Logo
>

IHSG Lagi di Jalur Hijau, Investor Disarankan Tetap Waspada

IHSG melonjak 1,32 persen ke 7.287 pasca BI rate dipangkas jadi 5,25 persen. Investor disarankan tetap selektif di tengah euforia dan potensi gejolak global.

Ditulis oleh Hutama Prayoga
IHSG Lagi di Jalur Hijau, Investor Disarankan Tetap Waspada
Logo Bursa Efek Indonesia (BEI) di main hall, Jakarta, Senin, 2 Juni 2025. (Foto: Dok. KabarBursa)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Para investor disarankan tetap waspada di tengah menguatnya Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dalam beberapa hari terakhir. 

    Diketahui pada perdagangan Kamis, 17 Juli 2025, IHSG ditutup melonjak hingga 1,32 persen atau naik 95 poin ke level 7.287. Penguatan ini masih tidak lepas dengan dipangkasnya suku bunga acuan atau BI rate menjadi 5,25 persen pada Juli 2025.

    Analis pasar modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardana mengatakan menurunnya suku bunga acuan memicu euforia pelaku pasar karena menjadi sinyal bahwa Bank Indonesia (BI) mulai mengambil sikap lebih akomodatif guna mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan global.

    "Meskipun nilai tukar rupiah melemah tipis, pelaku pasar lebih fokus pada prospek meningkatnya konsumsi dan investasi domestik sebagai dampak dari pelonggaran moneter ini," ujar dia dalam risetnya kepada Kabarbursa.com, Kamis, 17 Juli 2025.

    Selain sentimen kebijakan suku bunga, Hendra melihat penguatan IHSG juga tidak lepas dari meningkatnya partisipasi investor domestik yang mendominasi transaksi harian. 

    "Volume perdagangan yang mencapai 22,63 miliar saham dengan nilai transaksi Rp14,17 triliun mencerminkan antusiasme pasar terhadap prospek pemulihan ekonomi nasional," ungkapnya. 

    Menurutnya, kinerja korporasi yang akan dirilis dalam waktu dekat turut menjadi perhatian utama pelaku pasar, di mana ekspektasi terhadap laba bersih yang lebih baik pada semester I 2025 menjadi pendorong aksi beli.

    Sektor-sektor berbasis konsumsi, konstruksi, dan komoditas menjadi incaran, karena dipandang akan paling diuntungkan dari kebijakan pelonggaran moneter ini. 

    "Di tengah ketidakpastian global, daya tahan ekonomi Indonesia serta respons cepat otoritas moneter menjadi faktor kunci yang memberi kepercayaan kepada investor," katanya. 

    Namun demikian, Hendra menyebut pasar tetap mewaspadai potensi volatilitas lanjutan dari faktor eksternal seperti arah kebijakan The Fed, dinamika politik global, serta fluktuasi harga komoditas. 

    Ia menyebut kekhawatiran soal tarif perdagangan dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah maupun ketidakpastian arah suku bunga AS masih membayangi pasar global.

    "Oleh karena itu, pelaku pasar disarankan untuk tetap selektif dalam memilih saham, dengan fokus pada emiten yang memiliki fundamental solid, kinerja konsisten, serta prospek pertumbuhan berkelanjutan," jelasnya. 

    Dalam konteks ini, kata Hendra, saham-saham seperti JPFA, BRMS, MBMA, dan SCMA menawarkan keseimbangan antara potensi pertumbuhan dan valuasi yang menarik.

    "Kombinasi sentimen positif dari kebijakan domestik, arus dana yang mulai membaik, serta prospek sektor-sektor strategis menjadi bahan bakar utama penguatan IHSG dalam jangka pendek hingga menengah," pungkasnya. 

    Sebelumnya diberitakan, Stockbit Sekuritas melihat keputusan pemangkasan BI Rate mencerminkan strategi BI yang lebih akomodatif dalam menjaga keseimbangan antara stabilitas makroekonomi dan dorongan terhadap pertumbuhan. 

    Dengan inflasi yang tetap terjaga dalam kisaran target dan tekanan eksternal yang relatif moderat, bank sentral menilai ada ruang cukup aman untuk memberikan stimulus moneter tambahan.

    Dampaknya bisa cukup luas. Penurunan suku bunga tentu menjadi angin segar bagi sektor riil. Dunia usaha, terutama sektor properti, infrastruktur, dan konsumsi, kemungkinan besar akan merasakan efek langsung melalui biaya pendanaan yang lebih murah. 

    Di sisi lain, perbankan punya peluang untuk menggenjot penyaluran kredit, terutama menjelang semester kedua yang kerap menjadi periode strategis untuk ekspansi bisnis.

    Bagi investor, keputusan ini juga menandai sinyal penting. Di pasar saham, sektor-sektor sensitif terhadap bunga rendah kemungkinan akan mendapat dorongan. 

    Sementara itu, di pasar obligasi, tren penurunan yield bisa berlanjut, membuka ruang bagi potensi capital gain, terutama pada surat utang jangka menengah dan panjang. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.