Logo
>

IHSG Masih Fluktuatif, Saatnya Serok Saham Blue Chip?

Saham blue chip umumnya memiliki fundamental yang kuat dan lebih stabil dalam menghadapi gejolak pasar.

Ditulis oleh Hutama Prayoga
IHSG Masih Fluktuatif, Saatnya Serok Saham Blue Chip?
Papan pant menunjukkan pergerakan IHSG masih di zona merah. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG masih bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah. Namun, kondisi ini rupanya menjadi kans bagi investor untuk mengoleksi saham blue chip. 

    Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas Muhammad Thoriq  menjelaskan, saham blue chip umumnya memiliki fundamental yang kuat dan lebih stabil dalam menghadapi gejolak pasar. 

    "Namun, keputusan untuk mengakumulasi saham harus disesuaikan dengan profil risiko dan tujuan investasi masing-masing investor," kata Thoriq kepada Kabarbursa.com, Selasa, 25 Maret 2025.

    Meski ada kesempatan, Thoriq tetap mengimbau para investor melakukan analisis mendalam terhadap kinerja perusahaan dan kondisi pasar saat ini. Hal tersebut tetap diperlukan sebelum mengambil keputusan investasi.

    Di sisi lain investor tetap perlu waspada karena pergerakan IHSG masih sangat fluktuatif. Jika pelemahan terus berlanjut, peluang terjadinya technical rebound bisa semakin sulit.

    Thoriq menjelaskan, sentimen positif bagi saham-saham blue chip hadir melalui kebijakan Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memungkinkan emiten melakukan buyback saham tanpa persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS. 

    "Stimulus ini bertujuan untuk meredam volatilitas pasar dan dapat berdampak positif bagi saham blue chip, mengingat buyback berpotensi meningkatkan kepercayaan investor," jelasnya.

    Thoriq kemudian memberi contoh saham blue chip yang memiliki fundamental bagus. Seperti di sektor perbankan yakni BBRI, BMRI, BBCA, dan BBNI. 

    Menurutnya, keempat saham bank besar tersebut masih menunjukkan kinerja positif, meskipun harga sahamnya tertekan oleh sentimen domestik dan aksi distribusi investor asing yang besar.

    "Hal ini menegaskan bahwa meskipun ada tekanan harga, fundamental perusahaan tetap kuat," tandasnya. 

    Tak hanya perbankan, saham blue chip di sektor lain diakuinya juga mempunyai fundamental yang baik. Namun, kekhawatiran terhadap potensi penurunan harga tetap ada. 

    "Bagi investor yang berani mengambil risiko, saat ini saham-saham blue chip terpantau berada pada valuasi yang menarik atau bisa dikatakan sedang dalam kondisi diskon," tutur Thoriq. 

    IHSG Koreksi, Tekanan Buat Investor 

    Diketahui, IHSG ditutup melemah sebesar 1,55 persen atau 96 poin ke level 6.161 pada perdagangan Senin, 24 Maret 2025. Merujuk data RTI Business, indeks sempat menyentuh tempat terendah di level 5.967. Sebaliknya, peringkat tertinggi indeks hari ini adalah di level 6.269.

    Melemahnya IHSG membuat 500 saham berada di zona merah, 134 saham menguat, dan 168 saham stagnan. 

    Founder Stocknow.id Hendra Wardana, menerangkan IHSG kini menghadapi uji support di kisaran 5.945 - 6.034, yang bisa menjadi titik balik jika pasar dapat bertahan di atasnya.

    "Namun, jika tekanan pasar masih berlanjut, IHSG berisiko menguji support lebih dalam di area 5.800 - 5.900" ujarnya kepada Kabarbursa.com, Senin, 24 Maret 2025.

    Hendra menjelaskan, faktor yang membuat IHSG koreksi adalah sentimen pasar menjelang libur Lebaran karena banyak investor memilih untuk melakukan aksi jual saham atau mengambil keuntungan (profit taking). 

    Bagi investor, kondisi ini justru menjadi momentum tepat untuk mengoleksi saham  yang diskon. Terutama saham yang memiliki fundamental  kuat dan berpotensi rebound dalam jangka panjang.

    "Saham-saham seperti BRIS dengan target harga 2.330 dan ANTM dengan target harga 1.690 menjadi pilihan menarik, seiring dengan potensi sektor perbankan syariah dan komoditas logam yang masih positi," jelas Hendra. 

    Selain itu, ia juga merekomendasikan beberapa saham blue chip seperti BMRI, BBCA, dan TLKM. Menurutnya, saham-saham ini dapat dipertimbangkan sebagai pilihan investasi jangka panjang. 

    Pengamat: RI Hadapi Game Volatilitas

    Pengamat Ekonomi Yanuar Rizky menilai, pelemahan IHSG dan volatilitas pasar saat ini dipicu oleh sejumlah faktor, baik dari dalam maupun luar negeri, dengan tekanan utama berasal dari dinamika rebalancing portofolio global hedge fund yang lazim terjadi pada periode Maret. 

    Global hedge fund, semacam klub investasi eksklusif yang dikelola oleh profesional, punya strategi lebih bebas dibanding reksa dana biasa. Mereka bisa mencari untung dari pasar yang naik maupun turun dengan berbagai cara seperti jual beli saham.

    “Kita sedang menghadapi game volatilitas yang menekan Bank Indonesia (BI) untuk bersaing dalam menetapkan suku bunga baru untuk instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI),” kata Yanuar melalui pesan singkat kepada Kabarbursa.com, Senin, 24 Maret 2025.

    Ia menambahkan, meskipun Bank Indonesia (BI) masih dapat menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah gejolak pasar saham, harga yang harus dibayar adalah lonjakan utang luar negeri BI akibat kebutuhan menyerap likuiditas melalui SRBI dengan tingkat bunga yang meningkat.

    “Apakah ini terkendali? Sepanjang ini masih sebatas permainan rebalancing portofolio temporer hedge fund global yang biasa terjadi di Maret, maka volatilitas bisa mereda di April,” tutur dia.

    Namun, Yanuar menggarisbawahi adanya potensi risiko lanjutan dari sisi fiskal dan sosial politik. Menurutnya, masalah pada on curve fiskal atau tren ekonomi fiskal Indonesia berpotensi memperburuk kondisi transaksi antar kelas masyarakat dan berujung pada pelemahan ekonomi domestik yang lebih dalam.

    “Problemnya isu fiskal kita sedang buruk. A head the curve ada potensi pemburukan kondisi akibat masalah sosial politik,” paparnya.

    Selain itu, ia juga menyinggung faktor teknikal di pasar surat utang, di mana suku bunga lelang terakhir Surat Utang Negara (SUN) telah mendekati suku bunga SRBI. Hal ini turut mendorong pelemahan Rupiah dan memperdalam tekanan jual di pasar saham.

    “Maret memang periode rebalancing portofolio hedge fund global. Saham kita bisa jadi target downgrade atau volatilitas jangka pendek tahun ini karena berbagai isu yang saya sebutkan,” tandasnya.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.