KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dibuka dengan semangat pada Selasa, 26 Maret 2025. Menguat 1,21 persen ke level 6.235, penguatan indeks ini juga dibarengi dengan meningkatnya volume pembelian. Namun, jangan buru-buru euforia. Menurut Analis Teknikal MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana—akrab disapa Didit—penguatan ini belum tentu menandai tren bullish yang solid.
“Posisi IHSG saat ini masih berada pada bagian dari wave [v], sehingga IHSG masih rawan berbalik terkoreksi, paling tidak menguji kembali 5.975 atau bahkan worst case-nya 5.879,” ujar Didit, dalam riset hariannya yang diterima KabarBursa.com di Jakarta, Rabu, 26 Maret 2025.
Didit mengingatkan meski penguatan terlihat meyakinkan, potensi koreksi tetap terbuka dalam jangka pendek. Level support terdekat berada di 5.938 dan 5.825, sementara resistance berikutnya mengintai di kisaran 6.445 hingga 6.557.
Namun di tengah potensi konsolidasi ini, Didit tetap mencermati beberapa saham pilihan yang layak diperhatikan. Salah satunya adalah PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), yang sedang bergerak di fase wave iii dari wave (c). Meski rawan koreksi, BRMS masih dianggap potensial jika dibeli saat melemah di kisaran Rp274–312, dengan target kenaikan hingga Rp354 per saham.
Saham lain yang juga menarik perhatian analis adalah PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID). Meskipun terkoreksi 1,58 persen ke level Rp374, posisi teknikal DOID masih berada di bagian wave [v] dari wave C. Artinya, tekanan jual yang terjadi justru bisa menjadi peluang masuk jika harga menyentuh rentang Rp336–360, dengan target jangka pendek di Rp406 hingga Rp450.
Sementara itu, PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) mencatat kenaikan 3,99 persen ke level Rp8.475. Saham ini masih dalam fase wave [iv] dari wave 5. Jika mengalami pullback ke area Rp7.925–8.300, PANI disebut berpotensi menanjak hingga Rp9.675 dalam beberapa waktu mendatang.
Terakhir, saham teknologi PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) juga masuk radar analis. Meski harga turun 3,28 persen ke Rp1.770 dan masih dihantui tekanan jual, Didit memproyeksikan WIFI tengah dalam fase wave B dari wave (B). Peluang spekulatif terbuka jika saham ini bergerak di rentang Rp1.610–1.750, dengan potensi rebound ke Rp2.300.
Didit menegaskan, meskipun potensi koreksi masih membayangi IHSG secara umum, pergerakan teknikal beberapa saham tetap membuka ruang manuver bagi investor dengan strategi buy on weakness yang cermat. Namun tentu saja, disiplin dalam memasang stop loss tetap jadi kunci.
BEI Optimistis Pasar akan Pulih
Pasar modal Indonesia sedang diuji cukup berat sejak awal tahun. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, hingga 21 Maret 2025, IHSG melemah 11,61 persen. Penurunan ini menempatkan IHSG sebagai salah satu indeks saham terburuk di antara bursa dengan kapitalisasi pasar di atas USD100 miliar.
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menyebut kondisi ini bukan hanya dirasakan Indonesia. Bursa saham di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia dan Thailand juga mengalami tekanan serupa. Arus modal keluar terus terjadi akibat perubahan sentimen global.
Jeffrey menjelaskan tekanan terhadap IHSG dipicu oleh kombinasi faktor eksternal. Di awal tahun, Bank Indonesia memutuskan menurunkan suku bunga, yang berbarengan dengan kebijakan tarif impor baru oleh Amerika Serikat terhadap sejumlah negara mitra dagangnya. Di sisi lain, beberapa emiten Tanah Air juga terkena imbas penurunan peringkat dari lembaga internasional seperti Morgan Stanley.
Meski asing terus melakukan aksi jual, pasar domestik tidak tinggal diam. Menurut Jeffrey, investor dalam negeri kini menjadi kekuatan utama yang menjaga stabilitas pasar. Tercatat lebih dari Rp30 triliun dana asing sudah keluar dari pasar ekuitas sepanjang tahun ini. Namun, sebagian besar tekanan itu bisa diredam oleh investor ritel lokal, yang kini menyumbang 44 persen dari total nilai transaksi harian.
“Kami melihat bahwa peran investor domestik, terutama ritel, sangat signifikan dalam menjaga stabilitas pasar. Namun, untuk skala yang lebih besar, diperlukan dukungan dari investor institusi seperti dana pensiun dan asuransi guna meredam volatilitas yang ditimbulkan oleh aksi jual asing,” ujarnya dalam acara buka puasa bersama media pasar modal di Semasa Dulu, Cilandak, Jakarta Selatan, Senin, 24 Maret 2025.
Dari sisi jumlah investor, Jeffrey menilai pertumbuhannya masih terjaga. Sepanjang kuartal pertama 2025, sudah ada tambahan 850 ribu investor baru. Secara total, pasar modal Indonesia kini diikuti lebih dari 15,7 juta investor.
Aktivitas perdagangan juga tetap dinamis. Sepuluh emiten telah melakukan pencatatan saham perdana di BEI sepanjang kuartal ini. Sementara nilai transaksi harian saham rata-rata menyentuh Rp11,87 triliun. Transaksi produk multi-aset non-saham mencapai Rp721,34 miliar, dan perdagangan karbon ikut mencatatkan volume dengan total transaksi mencapai Rp27,27 miliar.
Jeffrey menilai situasi saat ini bukan hal yang baru dalam siklus panjang pasar modal. Sejak dekade 1990-an, pasar Indonesia telah menghadapi berbagai badai, dari krisis moneter 1998, krisis global 2008, hingga tekanan akibat pandemi pada 2020.
“Kami yakin bahwa setelah fase volatilitas ini, pasar akan kembali pulih. Sejarah telah menunjukkan bahwa setiap krisis yang terjadi selalu diikuti oleh periode pemulihan dan pertumbuhan yang lebih baik. Oleh karena itu, investor yang mampu melihat peluang dalam kondisi pasar yang sedang terdiskon berpotensi mendapatkan keuntungan besar di masa depan,” kata Jeffrey.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.