Logo
>

IHSG Melaju Kencang, Sektor Teknologi dan Sentimen Asia Jadi Penggerak

IHSG melonjak 1,27 persen di sesi I perdagangan Jumat, dipimpin sektor teknologi. Bursa Asia turut menguat berkat sentimen laba emiten global dan ekspektasi suku bunga AS.

Ditulis oleh Yunila Wati
IHSG Melaju Kencang, Sektor Teknologi dan Sentimen Asia Jadi Penggerak
Mengintip bursa saham sejumlah emiten. (Foto: Dok KabarBursa)

KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menunjukkan performa impresif pada sesi pertama perdagangan Jumat, 18 Juli 2025. Indeks acuan di Bursa Efek Indonesia itu menguat 1,27 persen atau naik 92 poin ke posisi 7.379, menandai reli positif yang kian menguat dalam beberapa hari terakhir.

Lonjakan ini terjadi di tengah aktivitas perdagangan yang cukup aktif. Volume transaksi tercatat sebanyak 118,45 juta lot saham, dengan nilai mencapai Rp7,75 triliun hingga akhir sesi pertama. Pasar tampak mendapat sentimen positif dari kombinasi kekuatan sektor teknologi dan dukungan sektor-sektor lain yang turut menguat.

Sektor teknologi menjadi penopang utama dengan kenaikan tertinggi sebesar 6,36 persen. Sektor infrastruktur dan kesehatan juga tampil kuat, masing-masing naik 3,82 persen dan 1,84 persen. 

Di sisi lain, sektor barang konsumen primer justru melemah tipis 0,28 persen, menjadi satu-satunya sektor yang mencatat kinerja negatif di sesi ini.

Di papan perdagangan, saham-saham seperti OKAS, BOLA, CDIA, PYFA, COIN, RELI, dan BWPT tercatat sebagai top gainers. 

Sementara saham CUAN, BLOG, SSIA, TOBA, PAMG, BRPT, dan WIFI masuk dalam daftar saham teraktif, menandakan tingginya minat investor ritel terhadap emiten-emiten tersebut.

Pasar Asia Bergerak Positif: Netflix Terkoreksi 1,8 Persen

Sinyal penguatan pasar tidak hanya datang dari domestik. Bursa saham Asia juga bergerak positif pada hari yang sama, ditopang oleh laporan kinerja emiten global yang relatif kuat serta ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter di Amerika Serikat.

Netflix, misalnya, membukukan pendapatan kuartal kedua yang melampaui estimasi analis. Meski demikian, sahamnya justru terkoreksi 1,8 persen karena pasar menilai sebagian besar proyeksi pertumbuhan sudah tercermin di harga. 

Sebaliknya, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) mencatatkan rekor laba kuartalan dan sahamnya naik 2,2 persen di bursa Taiwan. Perusahaan chip raksasa ini turut memberi warna pada reli sektor teknologi Asia meski tetap mengingatkan potensi tekanan akibat tarif AS.

Data dari Jepang juga turut memengaruhi dinamika pasar. Inflasi inti di negeri Sakura tercatat melambat pada Juni karena pemangkasan sementara tarif utilitas. Namun beban biaya hidup, terutama dari harga bahan pangan seperti beras, terus meningkat. 

Popularitas Perdana Menteri Jepang Fumio Ishiba, pun disebut mengalami tekanan. Analis menilai, jika Ishiba memutuskan mundur pasca hasil pemilu yang tak menguntungkan, hal ini bisa memicu gejolak awal di pasar mata uang. Nilai tukar yen pun berpotensi menembus level psikologis 149,7 terhadap dolar AS.

Di pasar uang, rupiah justru bergerak positif. Mata uang Garuda menguat 0,20 persen ke level Rp16.308 per dolar AS, mengikuti penguatan terbatas sejumlah mata uang Asia lainnya. Dolar Australia dan Singapura juga mencatatkan kenaikan, sementara yen Jepang dan rupee India bergerak negatif.

Indeks MSCI Sentuh Level Tertinggi

Dari bursa regional, indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,8 persen, menyentuh level tertinggi sejak akhir 2021. Sepanjang pekan ini, indeks tersebut telah mencatat kenaikan 1,7 persen. Bursa Taiwan naik 0,96 persen, Hang Seng Hong Kong naik 0,71%, sementara ASX200 Australia melonjak 1,44 persen. 

Bursa Shanghai dan Shenzhen di China juga mencatat penguatan tipis. Hanya Nikkei Jepang dan Kospi Korea Selatan yang cenderung bergerak melemah pada perdagangan hari itu.

Sementara itu, dari sisi kebijakan moneter, Gubernur The Fed Christopher Waller menyatakan bahwa pemangkasan suku bunga tetap menjadi opsi menjelang pertemuan bank sentral akhir bulan ini. 

Namun pasar masih melihat probabilitasnya terbatas. Kontrak berjangka menunjukkan peluang penurunan suku bunga di bulan Juli nyaris nol, sementara peluang pemangkasan pada September berada di kisaran 62 persen.

Kombinasi dari kuatnya kinerja emiten global, optimisme terhadap arah kebijakan suku bunga, serta stabilitas data domestik menjadi bahan bakar bagi penguatan IHSG. 

Meski sejumlah risiko global masih membayangi, pelaku pasar saat ini tampaknya tengah menikmati periode transisi menuju tren yang lebih konstruktif.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79