KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Rabu, 24 Desember 2025, dengan melemah 0,55 persen atau 46,87 poin menuju level 8.537,91. Namun jika dilihat dari year to date, IHSG sudah melambung 20,59 persen atau 1.458 poin.
Kenaikan di atas 20 persen di sepanjang tahun ini mencerminkan tahun yang sangat kuat, dengan dukungan sentiment domestik, stabilitas makro, serta aliran daya yang cukup solid di sepanjang tahun.
Di sepanjang 2025 ini, IHSG mencatatkan volume transaksi sebanyak 28,79 miliar saham. Angka ini jauh di atas rata-rata harian 17,44 miliar. Pasar tidak bergerak dalam kondisi sepi likuiditas, melainkan diiringi oleh minat transaksi yang besar, baik dari investor jangka pendek maupun pelaku institusional.
Untuk saat ini, arah pasar lebih tepat dipahami sebagai fase konsolidasi di puncak tren naik, bukan fase pembalikan arah. Secara visual, pergerakan indeks sejak pertengahan tahun membentuk rangkaian higher low dan higher high yang rapi, dengan kemiringan tren yang relatif stabil.
Kenaikan menuju area 8.600–8.700 menjadi klimaks sementara, lalu diikuti pergerakan mendatar hingga koreksi ringan ke kisaran 8.530–8.540 seperti yang terlihat sekarang.
Koreksi terakhir terlihat dangkal dan terkontrol. Candle merah muncul, tetapi tanpa ekor panjang atau body besar yang biasanya menandai panic selling. Ini memberi sinyal bahwa tekanan jual lebih bersifat profit taking, bukan distribusi agresif.
Indeks juga masih bertahan jelas di atas area support dinamis, baik dari struktur swing low sebelumnya maupun dari rata-rata pergerakan jangka menengah. Selama IHSG tidak turun menembus zona 8.400–8.450, struktur uptrend besar masih utuh.
Dari sisi volume, tidak ada lonjakan ekstrem di saat harga melemah. Volume justru cenderung menyusut dibandingkan saat reli sebelumnya, yang secara teknikal dibaca sebagai koreksi sehat.
Dalam konteks chart, kondisi seperti ini biasanya menjadi fase “menunggu katalis”, bukan fase keluar dari pasar. Artinya, pelaku pasar belum menunjukkan urgensi untuk membongkar posisi secara besar-besaran menjelang akhir tahun.
Jika ditarik ke arah target teknikal, selama IHSG mampu bertahan di atas area konsolidasi saat ini, peluang retest ke area puncak sebelumnya di kisaran 8.650–8.700 masih terbuka. Namun, karakter pergerakan menuju level tersebut kemungkinan tidak agresif.
Lebih realistis, indeks bergerak sideways–naik tipis dengan volatilitas mengecil, mencerminkan pasar yang sudah naik jauh dan kini menjaga posisi.
Dengan membaca keseluruhan chart, probabilitas IHSG menutup tahun 2025 tetap dalam kondisi positif secara tahunan jauh lebih besar dibanding skenario pembalikan turun. Meski mungkin tidak ditutup di level tertinggi absolut, struktur grafik menunjukkan bahwa pasar sedang mengunci kenaikan tahunannya, bukan membatalkannya.
Penutupan tahun dengan bias hijau atau setidaknya bertahan di zona tinggi menjadi skenario yang paling konsisten dengan pola pergerakan harga saat ini.
Singkatnya, chart IHSG saat ini berbicara tentang ketahanan, bukan kelelahan ekstrem. Pasar terlihat sedang mengatur napas di puncak, bukan bersiap turun gunung.
Dari sisi aliran dana asing, data memperlihatkan dinamika yang menarik. Terjadi net foreign sell yang signifikan di saham-saham perbankan besar seperti BBCA, BBRI, dan BMRI. Ini menegaskan bahwa investor asing sedang mengunci keuntungan pada saham-saham yang telah naik jauh dan menjadi tulang punggung reli IHSG.
Namun di saat yang sama, arus dana asing tidak sepenuhnya keluar dari pasar. Masuknya dana asing ke saham-saham seperti ANTM, INCO, dan ASII menunjukkan bahwa asing sedang melakukan rotasi sektoral, khususnya ke saham berbasis komoditas dan siklikal yang masih menawarkan ruang valuasi dan eksposur terhadap tema global.(*)