KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 0,40 persen ke level 7.858 pada perdagangan Jumat, 22 Agustus 2025. Pelemahan ini dipicu oleh beberapa faktor.
Analis sekaligus Founder Republik Investor, Hendra Wardana mengatakan koreksi ini dipicu rilis data Neraca Pembayaran (Balance of Payments/BoP) kuartal II-2025 yang kembali mencatatkan defisit sebesar USD 3 miliar, setara 0,8 persen dari PDB.
"Defisit ini menjadi catatan kesembilan kali berturut-turut, menandakan tekanan berkelanjutan pada stabilitas eksternal Indonesia. Dari sisi nilai tukar, rupiah juga sedikit melemah ke Rp16.340 per dolar AS (JISDOR)," ujar dia dalam risetnya kepada Kabarbursa.com.
Meski demikian, Hendra memandang pelemahan IHSG ini masih bersifat konsolidatif. Secara teknikal, kata dia, indeks terpantau menahan support di area 7.820–7.830, dengan peluang rebound menuju resistance 7.900–7.950 pada awal pekan depan.
"Sentimen utama yang akan menjadi penentu arah pergerakan pasar adalah pidato Gubernur The Fed Jerome Powell dalam forum Jackson Hole Symposium yang dapat memberi sinyal lebih jelas soal arah kebijakan suku bunga AS. Selain itu, penguatan harga beberapa komoditas logam seperti tembaga menjadi katalis tambahan bagi emiten berbasis mineral," ungkapnya.
Adapun pada awal pekan depan tepatnya Senin, 25 Agustus 2025, Hendra memprakirakan IHSG berpotensi menguat terbatas mencoba kembali ke atas level 7.900.
Ia menyampaikan strategi yang tepat bagi investor adalah akumulasi bertahap pada saham-saham pilihan dengan katalis positif, sembari tetap waspada terhadap volatilitas global yang masih tinggi menjelang keputusan arah kebijakan The Fed.
Dalam kondisi ini, Hendra meyakini jika sejumlah saham tetap menarik untuk dicermati. Seperti PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) yang menjadi salah satu pilihan seiring tren kenaikan harga tembaga serta eksposurnya di sektor tambang emas-mineral.
"Prospek ini membuat BRMS berpotensi melanjutkan penguatan dengan target harga di 550" katanya.
Sementara itu, pilihan kedua jatuh ke PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) yang mendapat sentimen positif setelah informasi mengenai Anthony Salim yang menambah kepemilikan di induk usahanya, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK).
Hendra bilang, masuknya nama besar seperti Anthony Salim memperkuat kepercayaan pasar terhadap prospek jangka panjang grup EMTK, khususnya di lini bisnis media dan digital.
"Dukungan struktur kepemilikan yang lebih solid dipandang mampu membuka peluang ekspansi konten dan sinergi bisnis yang lebih luas. Hal ini menjadikan target harga SCMA di 350 tetap relevan," terangnya.
Selain itu, PT WIR Asia Tbk (WIRG) juga patut diperhatikan. Hendra mengatakan saham berbasis teknologi dan metaverse ini sudah terkoreksi cukup dalam, namun kini mulai memasuki fase akumulasi.
"Prospek pengembangan ekosistem digital serta potensi pemulihan belanja korporasi di bidang teknologi memberi ruang bagi WIRG untuk rebound, dengan target harga di 270," pungkasnya. (*)