Logo
>

IHSG Melemah, Fokus Pasar Beralih ke RDG BI dan The Fed

Ditulis oleh Hutama Prayoga
IHSG Melemah, Fokus Pasar Beralih ke RDG BI dan The Fed

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Senin, 18 November 2024, ditutup melemah 26 poin atau turun 0,38 persen ke level 7.134. Meskipun sempat mencatatkan level tertinggi di angka 7.174, pergerakan IHSG hari ini cukup bervariasi, dengan level terendah menyentuh 7.118.

    Sebanyak 198 saham tercatat menguat, sementara 397 saham berada di zona merah dan 193 saham lainnya stagnan. Di antara saham-saham yang mengalami kenaikan terbesar, terdapat JSPT (+25 persen), DAAZ (+24,72 persen), BAJA (+21,05 persen), JAWA (+19,44 persen), dan TOSK (+17,76 persen).

    Namun, beberapa saham yang mengalami koreksi paling dalam antara lain PNSE (-20,09 persen), MLPT (-19,59 persen), TMPO (-14,39 persen), KDSI (-14,22 persen), dan BABY (-13,29 persen).

    Dua sektor yang mencatatkan penguatan pada perdagangan hari ini adalah sektor Basic Industry (+1,05 persen) dan Cyclical (+0,57 persen). Di sisi lain, sektor-sektor yang tertekan antara lain Teknologi (-1,46 persen), Properti (-1,38 persen), Energi (-1,05 persen), Infrastruktur (-0,77 persen), dan Keuangan (-0,74 persen).

    Rebound IHSG Tertahan

    Sebelumnya, IHSG diperkirakan akan mengalami technical rebound ke level 7.250, didorong oleh terhentinya rally di Wall Street pada akhir pekan lalu dan adanya indikasi membaiknya perdagangan global.

    Menurut analisis Phintraco Sekuritas, kinerja ekspor Indonesia yang meningkat 10,25 persen pada Oktober 2024 dan pertumbuhan impor yang juga signifikan (17,49 persen) menjadi faktor positif yang mendukung prospek rebound IHSG.

    Selain itu, sektor ekspor Indonesia yang didorong oleh permintaan dari negara-negara ASEAN dan China dipandang sebagai katalis yang memperkuat prospek pemulihan ekonomi Indonesia.

    Tiongkok sendiri mencatatkan pertumbuhan penjualan ritel yang positif, yakni 4,8 persen yoy pada Oktober 2024, meningkat dari 3,2 persen yoy pada bulan sebelumnya, yang memperlihatkan adanya pemulihan ekonomi di negara tersebut.

    Namun, pasar domestik lebih fokus pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang akan diadakan pada 20 November 2024. Pasar mengantisipasi keputusan BI terkait suku bunga acuan atau BI Rate.

    Berdasarkan analisis Phintraco Sekuritas, meskipun The Fed baru saja memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin, BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 6 persen mengingat proyeksi inflasi domestik yang masih terjaga.

    Pada RDG BI sebelumnya, pada Oktober 2024, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 6,00 persen, yang bertujuan untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Suku bunga Deposit Facility dipertahankan di 5,25 persen dan suku bunga Lending Facility di 6,75 persen.

    Sentimen Pasar Terhadap Kebijakan The Fed

    Meskipun adanya peluang pemangkasan suku bunga lebih lanjut dari The Fed, pasar tampaknya kurang merespon positif. Ketua The Fed Jerome Powell, dalam pidatonya pada 14 November 2024, menegaskan bahwa ekonomi AS cukup kuat untuk tidak terburu-buru melakukan pemangkasan suku bunga.

    Powell juga menyampaikan bahwa inflasi AS sudah mendekati target 2 persen, sehingga suku bunga akan lebih dipangkas secara hati-hati dan bertahap.

    Pernyataan ini berdampak pada ekspektasi pasar yang semula memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Desember mendatang.

    Namun, setelah pidato Powell, peluang pemangkasan suku bunga tersebut berkurang menjadi 59 persen dari sebelumnya 83 persen. Sebaliknya, para ekonom memperkirakan The Fed baru akan melakukan dua kali pemangkasan suku bunga pada tahun 2025.

    Pemangkasan suku bunga yang lebih hati-hati ini sepertinya tidak memberikan dampak signifikan terhadap pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Global Markets Strategist dari Maybank Indonesia Myrdal Gunarto, mencatat bahwa meskipun secara teori penurunan suku bunga seharusnya bisa mendorong aliran investasi ke pasar negara berkembang, dampaknya terkesan terbatas.

    Meski IHSG mencatatkan penurunan pada hari ini, sejumlah faktor masih memberikan optimisme bagi pasar saham Indonesia. Perbaikan dalam sektor ekspor, data ekonomi yang menunjukkan tren positif, serta stabilitas ekonomi domestik masih menjadi fondasi yang kuat.

    Namun, ketidakpastian terkait kebijakan suku bunga, baik domestik (BI) maupun eksternal (The Fed), serta fluktuasi harga saham beberapa sektor, menjadi tantangan yang perlu dicermati.

    Pada akhirnya, IHSG akan terus dipengaruhi oleh pergerakan ekonomi global, kebijakan bank sentral, serta kondisi domestik yang mencakup konsumsi, investasi, dan sektor-sektor utama ekonomi Indonesia. Pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia diharapkan dapat menjaga stabilitas ekonomi untuk memastikan keberlanjutan pertumbuhan pasar saham di Indonesia.

    Para ekonom kini memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga dua kali pada tahun 2025, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya yang menyebutkan empat kali pemangkasan.

    Suku bunga acuan yang diputuskan oleh The Fed memiliki dampak besar terhadap berbagai jenis pinjaman, seperti hipotek, kredit mobil, dan kartu kredit. Namun, pergerakan suku bunga juga dipengaruhi oleh proyeksi inflasi dan pertumbuhan ekonomi.(*)

    Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisis saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, sehingga  KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.