KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Selasa, 20 Mei 2025 dengan koreksi sebesar 0,65 persen.
IHSG turun 46 poin ke level 7.094, setelah sempat menguat ke titik tertinggi harian di 7.202 sebelum tergelincir ke level terendah di 7.088 pada akhir sesi.
Data RTI Business menunjukkan sebanyak 388 saham berakhir di zona merah, sedangkan 247 saham berhasil menguat dan 172 lainnya stagnan. Volume transaksi mencapai 25,5 miliar lembar saham, dengan total nilai perdagangan menyentuh Rp16,16 triliun.
Dalam daftar saham dengan nilai transaksi terbesar, BBCA (Bank Central Asia) memimpin dengan nilai Rp1,5 triliun. Disusul oleh BBRI (Bank Rakyat Indonesia) sebesar Rp886,86 miliar dan BMRI (Bank Mandiri) sebesar Rp792,35 miliar.
CUAN (Petrindo Jaya Kreasi) dan ADRO (Alamtri Resources Indonesia) melengkapi lima besar dengan nilai transaksi masing-masing Rp760,78 miliar dan Rp718,19 miliar.
Di sisi volume, saham GOTO (GoTo Gojek Tokopedia) mencatat aktivitas tertinggi dengan 5,14 miliar lembar saham berpindah tangan, meski di tengah gelombang aksi demo para pengemudi di Jakarta.
Disusul oleh BUMI (Bumi Resources) sebanyak 1,05 miliar lembar, serta saham-saham lain seperti DKH, DEWA, dan BCAP yang juga mencatat volume signifikan.
Dari sisi sektoral, hanya sektor kesehatan yang berhasil bertahan di zona hijau, naik 0,62 persen. Sektor transportasi turut menguat tipis sebesar 0,31 persen.
Sebaliknya, tekanan cukup dalam dialami sektor industri yang terkoreksi 1,18 persen, sektor cyclical turun 1,24 persen, dan sektor non-cyclical melemah 1,16 persen.
Analis: Koreksi IHSG Masih Wajar
Analis pasar modal, Ibrahim Assuaibi, menyebut bahwa koreksi IHSG kali ini masih tergolong wajar dan tidak mengganggu tren jangka menengah.
Ia memproyeksikan indeks bisa kembali menuju level 7.200 dalam waktu dekat, terutama jika stabilitas sektor perbankan terjaga dan tensi global cenderung mereda.
“Kalau tidak ada tekanan eksternal yang signifikan, IHSG bisa rebound ke 7.200. Sektor perbankan akan jadi motor utama karena secara fundamental masih sangat solid,” kata Ibrahim saat dihubungi KabarBursa.com, hari ini.
Menurutnya, saham-saham bank besar tetap menjadi favorit investor karena kontribusinya yang besar terhadap gerak IHSG. Ditambah lagi, ekonomi domestik dinilai cukup kokoh dan sektor konsumsi masih tumbuh.
Tak hanya itu, Ibrahim juga menyoroti sektor ritel sebagai opsi menarik, terutama emiten di bawah grup Indo seperti Indomaret, Alfamart, dan Indomarko. Dengan karakter bisnis yang defensif dan basis pelanggan yang luas, saham-saham ini dinilai ideal untuk mengarungi pasar yang tidak menentu.
“Retail tetap menarik, mereka punya pangsa pasar besar dan cenderung stabil,” ujarnya.
Ia juga merekomendasikan saham-saham berbasis pertanian dan pupuk, seiring dengan dorongan pemerintah terhadap program ketahanan pangan nasional. Menurutnya, sektor ini akan mendapat momentum pertumbuhan seiring perubahan arah kebijakan dan tren konsumsi nasional.
Namun di sisi lain, Ibrahim tetap mengingatkan investor agar mencermati potensi risiko dari luar negeri, terutama dari Amerika Serikat. Ia menyoroti tanda-tanda perlambatan ekonomi di AS, mulai dari penurunan peringkat ekonomi hingga rencana PHK dari otoritas moneter negara tersebut.
“Kontraksi ekonomi AS sebesar 0,3 persen pada kuartal pertama jadi alarm penting. Ini bisa berdampak ke sentimen pasar secara global,” jelasnya.
Meski begitu, Ibrahim menilai adanya jeda 90 hari dalam eskalasi perang dagang antara AS dan Tiongkok sebagai kabar baik. Waktu ini, menurutnya, akan dimanfaatkan oleh investor untuk mengakumulasi saham, terutama di sektor-sektor strategis.
“Selama gencatan ini berlangsung, pelaku pasar akan ambil posisi. Ini bisa jadi ruang bagi IHSG untuk kembali menguat,” tutupnya.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.