Logo
>

IHSG Melemah ke Level 8.208, Tertekan Sektor Bahan Baku

IHSG terkoreksi tipis 0,36 persen ke level 8.208,80 pada sesi pertama, dipimpin pelemahan sektor bahan baku lebih dari 2 persen, sementara saham properti justru memimpin penguatan dengan dukungan beli asing.

Ditulis oleh Yunila Wati
IHSG Melemah ke Level 8.208, Tertekan Sektor Bahan Baku
Siang ini, IHSG terkoreksi tipis. Saham-saham di sektor bahan baku menjadi pemberat laju indeks. Foto: Dok KabarBursa.

KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup sesi pertama perdagangan Rabu, 22 Oktober 2025, dengan koreksi tipis. Penurunan ini tertekah sektor bahan baku yang turun lebih dari 2 persen.

Indeks terkikis sekitar 0,36 persen ke level 8.208,80 dengan aktivitas perdagangan yang cukup padat, menyentuh sekitar 161,32 juta lot. Nilai transaksi dari aktivitas tersebut berada di kisaran Rp12,8 triliun hingga Rp 13,8 triliun.

Pergerakan harian melebar antara high 8.238 dan low 8.180. Artinya, ada aksi jual beli yang sangat aktif, namun pasar lebih memilih hati-hati menjelang beberapa pemicu makro dan geopolitik. Akibatnya, IHSG terkoreksi.

Melihat komposisi sektor, properti tampil sebagai pahlawan. Indeks properti menguat tajam 3,23 persen. Di sini, investor memberikan sinyal rotasi modal menuju saham-saham yang dianggap defensif terhadap ketidakpastian ekonomi.

Sementara, yang menjadi penekan kenaikan IHSG adalah sektor bahan baku. Penurunannya cukup dalam, yaitu lebih dari 2 persen. Sepertinya, koreksi tajam ini karena adanya kekhawatiran atas permintaan global.

Indeks non-cyclical dan industri mencatat reli moderat, sementara sektor energi, finansial, teknologi dan kesehatan bergerak mixed-mildly negative. Artinya, saat ini investor lebih memilih sektor-sektor yang menawarkan kombinasi yield dan visibilitas pendapatan.

PWON, BBCA, ACES Berlomba Diserok Asing

Jika dilihat dari sisi aliran modal asing, saham-saham seperti PWON, BBCA, dan ACES tampak bersaing. Pakuwon Jati (PWON) diborong asing sekitar +42 juta saham, Bank Central Asia (BBCA) mendapat pembelian asing sekitar +37 juta saham, dan ACES juga menerima aliran beli asing sekitar +20 juta saham. 

Preferensi asing pada PWON dan BBCA mengindikasikan minat berlanjut pada saham properti yang likuid dan saham perbankan besar yang dianggap sebagai tempat berlindung modal ketika pasar lebih berhati-hati. 

Saham yang menjadi aksi buang asing adalah NSSS (-85 juta), MLPL (-78 juta), dan BUMI (-49 juta). Investor saat ini sepertinya sedang menikmati aksi profit taking pada saham-saham tertentu yang siap menanggapi sentimen makro yang memburuk. 

Daya tarik properti sebagai sektor terkuat hari ini selaras dengan data net buy asing pada PWON. Pasar tampaknya mengapresiasi prospek pendapatan sewa, dividen potensial, atau sentimen korporasi yang lebih cerah di subsektor real estate.

Sementara sektor bahan baku yang melemah menandakan kekhawatiran akan penurunan permintaan komoditas. Hal ini menandakan bahwa sektor bahan baku mudah terpicu oleh kabar geopolitik dan prospek ekonomi global. 

Sementara saham-saham top gainers seperti NIRO, AYLS, CENT, AKSI, FAST, JARR, RANC memperlihatkan adanya aksi selektif pelaku pasar mencari kinerja saham yang outperformance, kelompok saham teraktif BBCA, JARR, BRMS, GTSI, COCO, FAST, FUTR menunjukkan area likuiditas yang tinggi dan menjadi barometer sentimen intraday.

Bursa Asia Mengikuti, Indeks Hong Kong Catatkan Koreksi

Gambaran regional menambah konteks mengapa IHSG memilih merah tipis. Bursa Asia mengikuti koreksi pasar global.

MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun sekitar 0,24 persen. Indeks utama Asia bergerak mixed. Nikkei sedikit positif, Kospi menguat, tetapi Shanghai, Shenzhen, CSI300, dan Hang Seng mencatat koreksi. 

Kabar ditundanya pertemuan puncak antara Presiden AS dan Presiden Rusia serta ketidakpastian soal kemungkinan pertemuan antara Presiden AS dan Presiden China, menambah tingkat ambiguitas di pasar. 

Di tengah latar geopolitik ini, aset-safe haven seperti emas juga terkoreksi profit taking. Pasar juga sedang menghitung ulang ekspektasi terhadap kebijakan moneter AS.

Tingkat imbal hasil kebijakan The Fed dan pergerakan suku bunga menjadi katalis utama ke depan. Pasar saat ini hampir sepakat mempriced-in penurunan suku bunga 25 bps di pertemuan Fed mendatang. 

Namun, minimnya data ekonomi AS karena penutupan pemerintahan (government shutdown) membuat pembuat kebijakan berada di posisi kurang informasi. Volatilitaspun berpotensi tetap tinggi. 

Di sisi mata uang, rupiah melemah tipis ke kisaran 16.62x per USD, sementara beberapa mata uang regional bergerak menguat tipis terhadap dolar, menggambarkan tekanan dolar yang tidak merata.

Secara implikasi bagi investor, penurunan IHSG hari ini bukan sinyal krisis, melainkan koreksi terukur dalam konteks pasar yang menilai ulang risiko geopolitik dan prospek suku bunga. 

Struktur perdagangan menunjukkan preferensi modal ke saham-saham likuid dan defensif seperti bank besar dan properti, sementara saham komoditas/eksposur global menjadi yang pertama disentuh penjualan asing. 

Untuk jangka pendek, investor patut memantau tiga hal: kesinambungan arus modal asing (apakah net buy pada PWON/BBCA berlanjut atau hanya one-day window), perkembangan geopolitik yang bisa memperbesar risk-off, dan data fundamental/ekonomi yang mempengaruhi ekspektasi suku bunga. 

Jika properti terus menarik dana asing dan breakout volume mengonfirmasi kenaikan, sektor itu bisa menjadi motor penguat indeks. Sebaliknya, jika tekanan pada sektor dasar meluas akibat pelemahan permintaan komoditas atau berita makro yang buruk, indeks berisiko memperlebar koreksinya.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79