Logo
>

IHSG Melemah Tipis di Sesi Pertama, Saham Komoditas Jadi Penopang

IHSG melemah tipis di sesi pertama ke 8.003,39, ditopang saham komoditas seperti ANTM dan INCO, sementara bank BUMN tertekan aksi ambil untung pasca reli besar.

Ditulis oleh Yunila Wati
IHSG Melemah Tipis di Sesi Pertama, Saham Komoditas Jadi Penopang
Ilustrasi - Performa IHSG sebelum turun ke level 8.003 di sesi pertama Jumat, 19 September 2025. Foto: KabarBursa.com/Desty Luthfiani.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi pertama perdagangan Jumat, 19 September 2025, ditutup melemah tipis 0,06 persen ke posisi 8.003,39. Pergerakan indeks sejak pagi berlangsung fluktuatif, bergerak di antara zona positif dan negatif, dipengaruhi kombinasi sentimen domestik maupun eksternal. 

    Nilai transaksi tercatat sebesar Rp9,1 triliun, dengan perdagangan yang cukup aktif namun cenderung berhati-hati.

    Dari sisi makro, pelaku pasar masih mencermati keputusan suku bunga Bank Indonesia dan The Fed, yang menjadi penentu arah likuiditas global dan arus modal ke emerging markets. Sementara itu, mata uang rupiah justru menunjukkan penguatan 0,35 persen di level Rp16.563 per dolar AS, memberi sedikit kelegaan terhadap kekhawatiran inflasi impor. 

    Dari eksternal, bursa Asia-Pasifik mayoritas menguat setelah investor menunggu langkah kebijakan Bank of Japan, yang turut membentuk arah sentimen regional.

    Secara sektoral, kinerja bursa menampilkan pola yang beragam. Sektor industri, bahan baku, dan infrastruktur menjadi penopang utama IHSG, mengikuti sentimen positif dari kenaikan harga komoditas global. 

    Saham logam dasar mencatatkan penguatan, dengan ANTM naik 3,21 persen, INCO menguat 1,25 persen, MDKA bertambah 1,68 persen, dan TINS naik 0,45 persen. Kenaikan ini menunjukkan bahwa investor kembali memburu saham berbasis komoditas di tengah tren positif harga nikel, emas, dan timah.

    Sebaliknya, tekanan paling besar datang dari sektor properti, siklikal konsumen, dan teknologi. Saham bank-bank pelat merah yang sebelumnya sempat reli akibat kabar rencana pengalihan dana pemerintah sebesar Rp200 triliun dari Bank Indonesia ke bank Himbara, kini terkoreksi oleh aksi ambil untung. 

    BBRI turun 0,70 persen, BBNI melemah 1,61 persen, sementara BMRI dan BBTN stagnan di level sebelumnya. Koreksi ini menunjukkan bahwa investor mulai merealisasikan keuntungan jangka pendek setelah reli signifikan pada awal pekan.

    Dari pergerakan saham individu, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) kembali mencuri perhatian dengan lonjakan 4,13 persen. Saham ini memperpanjang reli hingga hampir 19 persen dalam beberapa hari terakhir, didorong aksi akumulasi oleh sejumlah direktur dan komisaris yang meningkatkan kepemilikan. 

    Kinerja BBCA juga cukup solid dengan kenaikan 1,29 persen, sementara Astra International (ASII) menguat 2,24 persen. Ketiga saham ini tercatat sebagai top leaders yang memberi kontribusi positif pada pergerakan IHSG.

    Di sisi lain, beberapa saham unggulan justru menjadi penekan indeks. Saham BREN melemah 2,20 persen, Telkom Indonesia (TLKM) turun 1,53 persen, dan BBRI terkoreksi 0,70 persen. Meski tidak jatuh terlalu dalam, koreksi di saham-saham berkapitalisasi besar tersebut cukup memengaruhi arah indeks di sesi pertama.

    Saham dengan nilai transaksi tertinggi di antaranya BRPT yang kembali aktif diperdagangkan, diikuti PTRO yang melesat 6,13 persen, serta CDIA yang naik 4,65 persen. Aktivitas ini menandakan bahwa investor masih selektif, memilih saham berbasis komoditas dan emiten dengan katalis korporasi kuat sebagai tempat menaruh dana di tengah pasar yang cenderung wait and see.

    Secara keseluruhan, riset Korea Investment & Sekuritas Indonesia menunjukkan bahwa meski IHSG melemah tipis, pola pergerakan hari ini mencerminkan rotasi sektor yang sehat. Saham-saham komoditas menjadi penopang utama, sementara tekanan di bank BUMN lebih bersifat teknikal akibat aksi ambil untung. 

    Dengan katalis eksternal berupa arah kebijakan bank sentral global dan stabilitas rupiah, IHSG masih berpeluang menjaga level psikologis 8.000 menjelang penutupan.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79