Logo
>

IHSG Menguat 2,82 Persen: BABY Menangis, FPIN Bintang Pekan ini

IHSG naik 2,82 persen ke 8.394 didorong rotasi sektor dan masuknya kembali investor asing, meski aktivitas perdagangan menurun dan volatilitas pasar masih tinggi.

Ditulis oleh Yunila Wati
IHSG Menguat 2,82 Persen: BABY Menangis, FPIN Bintang Pekan ini
IHSG saat berada di level 8.200-an. Foto: Dok KabarBursa.

KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menunjukkan performa impresif pada pekan perdagangan 3–7 November 2025. Hal ini menandai momentum pemulihan pasar yang kian kuat menjelang akhir tahun. 

Indeks utama Bursa Efek Indonesia ini ditutup di level 8.394, menguat 2,82 persen dalam sepekan. IHSG sukses meninggalkan posisi sebelumnya di 8.163. Kenaikan tersebut sekaligus mempertegas konsistensi IHSG yang perlahan mulai menembus kembali area rekor baru setelah sempat stagnan pada Oktober.

Secara nilai, kapitalisasi pasar naik signifikan sebesar 3,09 persen menjadi Rp15.316 triliun, bertambah sekitar Rp459 triliun hanya dalam satu pekan. Angka ini menunjukkan optimisme pelaku pasar terhadap prospek ekonomi domestik, meski di sisi lain aktivitas perdagangan justru melambat. 

Frekuensi transaksi harian turun 6,85 persen menjadi 2,16 juta kali, volume transaksi anjlok 14,37 persen menjadi 27,06 miliar lembar, dan nilai transaksi harian merosot 22,46 persen menjadi Rp17,54 triliun. 

Penurunan ini memperlihatkan adanya kecenderungan pelaku pasar untuk lebih selektif, di tengah rotasi sektor dan aksi ambil untung setelah reli sebelumnya.

Yang menarik, peran investor asing kembali terasa di tengah penguatan indeks. Pada Jumat, 7 November 2025, investor asing mencatat aksi beli bersih senilai Rp920,24 miliar. Meskipun sepanjang 2025 asing masih mencatat net sell besar, mencapai Rp38,33 triliun, kembalinya arus masuk mingguan ini menandakan mulai munculnya kepercayaan terhadap stabilitas makro dan prospek suku bunga domestik.

Namun, penguatan IHSG ini tidak merata. Terjadi kontras mencolok antara saham-saham unggulan dan saham-saham yang mengalami tekanan tajam. Dalam daftar top losers, sederet emiten mengalami koreksi drastic dan menjadi beban psikologis bagi indeks. 

BABY Anjlok Paling Tajam

Multitrend Indo (BABY) mencatat penurunan paling tajam, anjlok 38,32 persen ke Rp330. Hal ini menunjukkan tekanan ekstrem pada sektor ritel fesyen. First Media (KBLV) turun 26,42 persen, dan menandakan sektor media serta telekomunikasi masih belum keluar dari fase restrukturisasi bisnis. 

Dwi Guna Laksana (DWGL) dan Jaya Sukses Makmur (RISE) juga terkoreksi dalam, masing-masing 25,97 persen dan 25,81 persen, memperlihatkan masih rapuhnya emiten dengan modal menengah di tengah fluktuasi likuiditas.

KFC Indonesia (FAST) dan Remala Abadi (DATA) ikut masuk daftar merah dengan koreksi 20 persen lebih, menggambarkan tekanan pada saham-saham konsumer yang belum mampu menahan marjin di tengah kenaikan biaya bahan baku dan moderasi konsumsi rumah tangga. 

Beberapa nama lain seperti Sumber Mineral Global Abadi (SMGA), FKS Multi Agro (FISH), dan Ketrosden (KETR) juga tertekan akibat pelemahan permintaan dan tekanan harga komoditas.

Lotte Chemical Spektakuler, Melesat 150 Persen

Sebaliknya, daftar top gainers memperlihatkan semangat baru di sektor-sektor yang sebelumnya tertinggal. Lotte Chemical Titan (FPNI) menjadi bintang pekan ini dengan lonjakan spektakuler 150 persen ke Rp515. Ada sentimen positif pada sektor petrokimia pasca pemulihan harga minyak global.

Trimegah Karya (UVCR) dan Steady Safe (SAFE) masing-masing naik 63,51 persen dan 54,12 persen. Kenaikan ini didorong oleh spekulasi investor terhadap potensi restrukturisasi bisnis dan peningkatan kinerja keuangan kuartal IV.

Saham pelayaran seperti Pelayaran Ekalya (ELPI) yang melesat 50 persen dan Tira Austenite (TIRA) yang naik 33 persen juga menegaskan rotasi minat ke sektor industri dan logistik, seiring rebound aktivitas ekspor-impor dan proyek infrastruktur pemerintah. 

Lonjakan serupa pada saham-saham menengah seperti Anabatic (ATIC), Nusantara Berkah (NTBK), dan Kedaung Indah Can (KICI) menunjukkan bahwa sektor teknologi dan manufaktur mulai menarik kembali perhatian investor domestik yang mencari peluang di luar saham-saham big cap.

Kenaikan IHSG pekan ini pada dasarnya didorong oleh rotasi sektor dan ekspektasi makro bahwa suku bunga Bank Indonesia berpotensi turun lebih cepat dari perkiraan pasar global. Namun, koreksi pada likuiditas harian menandakan bahwa penguatan belum sepenuhnya disertai partisipasi luas dari investor ritel.

Dengan volatilitas global yang masih tinggi dan dinamika politik domestik menjelang 2026, pasar tampaknya mulai memasuki fase yang lebih berhati-hati. IHSG masih menunjukkan kekuatan fundamental yang solid, tetapi arah pergerakan ke depan akan sangat ditentukan oleh kemampuan menjaga aliran modal asing, stabilitas nilai tukar, dan konsistensi kebijakan suku bunga. 

Untuk sementara, investor tampaknya memilih bertahan di saham-saham defensif, sambil menunggu katalis baru untuk mendorong reli berikutnya.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79