KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan lonjakan signifikan pada perdagangan Senin, 3 Maret 2025, ditutup menguat sebesar 3,97 persen ke level 6.519. Penguatan ini didukung oleh meningkatnya volume transaksi, menandakan optimisme di kalangan pelaku pasar.
Menurut analis, penguatan ini dapat menjadi awal dari wave B dari wave (Y), yang membuka peluang bagi IHSG untuk menguji level 6.639 hingga 6.882 pada hari ini, Selasa, 4 Maret 2025. Namun, para investor diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi pembalikan arah yang dapat membawa IHSG kembali menguji area support di 6.297 dan 6.203.
"IHSG mengalami rebound signifikan hari ini, dengan dukungan volume yang cukup kuat. Jika mampu menembus garis Moving Average 5 (MA5), indeks berpotensi melanjutkan kenaikan menuju MA20 dan bahkan menguji resistance bearish channel. Namun, jika gagal breakout, ada potensi koreksi lebih dalam," ujar Muhammad Wafi, Technical Analyzer dari RHB Sekuritas Indonesia.
Dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG saat ini berada dalam rentang 6.450 hingga 6.650. Jika IHSG mampu mempertahankan momentum penguatan, maka target berikutnya berada di kisaran 6.590 hingga 6.660. Sebaliknya, jika terjadi tekanan jual, indeks bisa kembali melemah hingga ke level 6.380.
Di sisi global, pelaku pasar turut mencermati dampak dari kebijakan tarif impor sebesar 25% yang akan segera diberlakukan terhadap Meksiko dan Kanada. "Tarif impor ini menimbulkan kekhawatiran terhadap lonjakan inflasi di AS, yang bisa memberikan tekanan tambahan pada pasar saham global," ungkap seorang analis dari CGS International Sekuritas Indonesia.
Sentimen negatif dari Wall Street ini berpotensi berimbas pada pasar Asia, termasuk Indonesia. Namun, optimisme masih bertahan berkat aksi beli investor asing serta kenaikan harga beberapa komoditas utama seperti emas, timah, nikel, tembaga, dan gas, yang dapat menjadi katalis positif bagi IHSG.
Wall Street Tergelincir Usai Trump Umumkan Tarif 25 Persen
Bursa saham global, terutama Wall Street, mengalami tekanan setelah Presiden Donald Trump mengumumkan tarif impor baru sebesar 25 persen terhadap Kanada dan Meksiko. Indeks utama Wall Street melemah tajam pada Senin, 3 Maret 2025, akibat pengumuman ini serta data manufaktur AS yang menunjukkan pelemahan.
Seperti dikutip dari Reuters, indeks S&P 500 turun 104,19 poin atau 1,75 persen menjadi 5.850,31, sementara Nasdaq Composite merosot 497,09 poin atau 2,64 persen ke 18.350,19. Dow Jones Industrial Average pun terperosok 643,61 poin atau 1,47 persen ke level 43.197,30.
Bursa saham mulai tergelincir setelah survei Institute of Supply Management (ISM) menunjukkan pelemahan sektor manufaktur AS. Data Purchasing Managers' Index (PMI) turun menjadi 50,3 pada Februari, lebih rendah dari 50,9 pada Januari. Indeks pesanan baru, indikator utama prospek ekonomi, menyusut tajam ke 48,6 dari 55,1 di bulan sebelumnya, mencerminkan melemahnya sentimen bisnis di tengah ketidakpastian perdagangan.
Wall Street semakin tertekan setelah Trump menegaskan bahwa tarif 25 persen terhadap Kanada dan Meksiko akan berlaku mulai Selasa, 4 Maret 2025. "Saya melihat ini sebagai kelanjutan dari tren data ekonomi yang kurang baik, yang meredam optimisme dari laporan keuangan kuartal IV yang sebenarnya cukup positif," ujar James St. Aubin, CIO Ocean Park Asset Management di Santa Monica, California.
Selain itu, ketidakpastian kebijakan Trump, termasuk potensi dampak terhadap perdagangan dan pemutusan hubungan kerja (PHK), semakin membebani pasar. "Sentimen positif terpaksa mundur, sementara ketakutan akan skenario terburuk semakin dominan di kalangan investor," tambah St. Aubin.
Saham-Saham Pilihan untuk Perdagangan Jangka Pendek
Selain pergerakan IHSG, beberapa saham menarik perhatian analis dan direkomendasikan untuk perdagangan jangka pendek. Beberapa di antaranya adalah BRIS, SCMA, EMTK, JPFA, PSAB, dan BRMS.
"Kami melihat peluang menarik pada saham BRIS, dengan potensi kenaikan menuju 2.720 hingga 2.780 selama tetap bertahan di atas level support 2.600," jelas tim riset dari CGS International Sekuritas Indonesia. Sementara itu, SCMA memiliki potensi menuju 208 hingga 212 jika tetap bertahan di atas 197, sedangkan EMTK berpeluang menguat hingga 590 apabila bertahan di atas level 545.
Saham lain yang masuk dalam radar investor spekulatif adalah JPFA, PSAB, dan BRMS. "JPFA memiliki support kuat di 1.980, dengan potensi kenaikan ke 2.060 hingga 2.100. PSAB pun menarik untuk diperhatikan, dengan target 274 hingga 280," tambah tim analis. Sementara itu, BRMS juga menunjukkan potensi kenaikan ke 390 hingga 400, selama tidak jatuh di bawah level support 370.
Dengan sentimen pasar yang beragam, investor disarankan untuk tetap memperhatikan level kunci IHSG serta pergerakan saham-saham pilihan. Meskipun peluang kenaikan masih terbuka, kewaspadaan tetap diperlukan mengingat faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pasar secara tiba-tiba. Aksi beli selektif dan strategi trading yang disiplin menjadi kunci utama dalam menghadapi volatilitas pasar saat ini.
"Di tengah dinamika pasar seperti ini, penting bagi investor untuk tidak terburu-buru mengambil keputusan. Perhatikan level resistance dan support, serta sesuaikan dengan profil risiko masing-masing," ujar seorang analis senior dari RHB Sekuritas Indonesia. (*)