KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai perdagangan Selasa, 5 Agustus 2025 di level 7.464,7, terkoreksi 0,97 persen. Arah pergerakan indeks diperkirakan masih akan bervariasi, namun kecenderungan pelemahan tetap membayangi.
Tekanan datang dari laporan kinerja emiten yang belum memuaskan dan proyeksi pertumbuhan PDB Indonesia yang mulai direvisi ke bawah, memicu kekhawatiran di kalangan pelaku pasar.
Nilai tukar rupiah diproyeksikan memiliki peluang untuk menguat tipis setelah sebelumnya tertekan oleh penguatan dolar AS dan menurunnya daya beli masyarakat. Meski begitu, sentimen eksternal yang belum stabil tetap menjadi faktor pembatas bagi pergerakan mata uang domestik.
Dari pasar komoditas, harga minyak dunia kembali tertekan. Peningkatan pasokan dari OPEC+ bertemu dengan kekhawatiran melemahnya permintaan global, di tengah ketidakpastian geopolitik dan kondisi ekonomi yang belum pulih sepenuhnya.
Sebaliknya, emas justru menguat, didorong meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed, data ketenagakerjaan AS yang melemah, serta memanasnya tensi perdagangan global yang membuat investor beralih ke aset aman.
Harga tembaga juga mencatat kenaikan. Kabar bahwa kekhawatiran kelebihan stok di AS mulai mereda, dengan ekspektasi penurunan persediaan setelah periode penimbunan jelang penerapan tarif baru, mendorong sentimen positif di pasar logam industri.
Kondisi ini membuat pasar berada dalam situasi yang terbelah: tekanan domestik yang membatasi ruang gerak IHSG dan rupiah, berhadapan dengan peluang di pasar komoditas tertentu.
Investor dituntut cermat membaca arah, mencari peluang di sektor yang sedang mendapat sentimen positif, sambil menjaga kewaspadaan terhadap potensi pelemahan lanjutan.
Beberapa Saham Patut Diperhatikan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa, 5 Agustus 2025, dibuka melemah 0,97 persen di posisi 7.464,65. Tekanan yang terjadi di pasar tidak menghalangi sejumlah saham untuk tetap mencatatkan potensi teknikal positif.
Korea Investment dan Sekuritas Indonesia melihat dua di antaranya adalah Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) dan Media Nusantara Citra (MNCN), yang kini menjadi sorotan pelaku pasar untuk pergerakan jangka pendek.
Untuk JPFA, area beli ideal berada di kisaran 1.685 dan 1.650. Selama harga bertahan di atas level stop loss pada 1.610, peluang menuju target 1.770 hingga 1.830 tetap terbuka. Secara teknikal, saham ini menunjukkan sinyal penguatan setelah menguji level support penting, memberikan peluang bagi investor yang mengincar pantulan harga.
Sementara itu, MNCN diproyeksikan bergerak positif jika mampu menjaga area beli di 256 dan 252, dengan batas stop loss di 244. Target kenaikan berada di 268 dan 274, seiring posisi harga yang relatif dekat dengan support dan berpotensi menarik minat beli baru.
Kedua saham ini menjadi kandidat menarik di tengah pelemahan IHSG, khususnya bagi investor yang menerapkan strategi buy on support. Disiplin terhadap level masuk dan batas risiko menjadi kunci agar peluang keuntungan tetap optimal sekaligus menjaga portofolio dari potensi kerugian.(*)