KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan rawan terkoreksi pada perdagangan hari ini, Rabu, 14 Mei 2025. Setelah menguat tipis 0,07 persen ke posisi 6.832 kemarin, IHSG kini memasuki fase teknikal yang cukup krusial.
Menurut MNC Sekuritas, posisi indeks sedang berada di awal gelombang [b] dari wave B—fase yang biasanya menandai potensi pelemahan jangka pendek.
“Selama belum mampu menembus level resistance di 6.986, IHSG berpotensi melanjutkan koreksi ke rentang support 6.713 hingga 6.759,” ujar Herditya Wicaksana, Kepala Analis Teknikal MNC Sekuritas, dalam laporan hariannya, Rabu.
Meski volume beli sempat muncul kemarin, namun struktur gelombang saat ini menunjukkan pasar belum keluar dari tekanan korektif. Area support penting hari ini berada di level 6.759 dan 6.682. Sementara itu, resistance selanjutnya dipatok di 6.986 dan 7.075.
Beberapa saham yang masih menarik untuk dipantau dalam strategi Buy on Weakness (BoW) oleh tim MNC Sekuritas antara lain:
- ISAT (PT Indosat Tbk) – Meski terkoreksi 2,41 persen ke 1.820, saham ini diperkirakan berada di wave [b] dari wave B. Area akumulasi ideal di 1.640–1.765 dengan target teknikal 1.975 hingga 2.130.
- INDF (PT Indofood Sukses Makmur Tbk) – Menguat ke 7.975, INDF dinilai masih berpeluang melanjutkan tren naik dalam wave v dari wave (iii). Area beli ideal 7.775–7.875, dengan target 8.250.
- MBMA (PT Merdeka Battery Materials Tbk) – Saat ini berada di awal wave [ii] dari wave C, rawan koreksi lanjutan. Buy on Weakness disarankan di 300–332 dengan potensi rebound ke 366–404.
- PTBA (PT Bukit Asam Tbk) – Meski sudah di bawah MA20, saham batubara ini dinilai masih menarik pada koreksi. Area beli 2.480–2.620, target jangka pendek 2.850 hingga 2.990.
“Untuk saat ini, investor sebaiknya tetap waspada dan memanfaatkan potensi koreksi untuk akumulasi bertahap pada saham-saham pilihan,” kata Herditya menambahkan.
Meskipun IHSG rawan koreksi dalam 1–2 hari ke depan, outlook jangka menengah masih tergolong konstruktif. Strategi akumulasi di fase tekanan teknikal dapat memberi posisi masuk yang lebih sehat.
Proyeksi IHSG di Kuartal II 2025
IHSG diproyeksikan berpotensi menembus ke level 7000-an pada kuartal II 2025. Seiring potensi penguatan ini, sejumlah saham dinilai patut dicermati para investor.
VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi memperkirakan skenario IHSG di kuartal II 2025 berada ei level optimis 6.950 – 7.050, moderat 6.700 – 6.800 hingga 6.100 – 6.200.
"Target tersebut cenderung alami kenaikan seiring dengan beberapa sentimen positif di pasar," ujar Audi kepada KabarBursa.com dikutip, Senin, 5 Mei 2025.
Menurut ia, terdapat sejumlah sentimen yang bakal mempengaruhi pasar di kuartal II 2025. Salah satunya penguatan nilai mata uang rupiah terhadap USD.
"Cenderung berdampak positif pada sektor konsumsi, retail, properti seiring dengan normalisasi biaya impor," jelasnya.
Selain itu, Audi juga memprediksi Bank Indonesia berpotensi memangkas suku bunga acuan atau BI rate. Menurutnya, kondisi ini bisa berefek positif terhadap beberapa emiten di sektor keuangan dan properti seiring dengan penurunan cost of fund dan mendorong demand.
Sentimen terakhir ialah perbaikan kinerja pada kuartal I 2025. Kata Audi, catatan positif ini berdampak pada emiten yang mencatatkan pertumbuhan resilien, khususnya blue chip seperti perbankan dan barang baku.
Sektor Kesehatan Memimpin, Transport Terseret
Bursa saham Indonesia mencatat pergerakan sektor yang bervariasi pada penutupan pekan lalu. Dari sebelas sektor utama dalam IHSG, hanya lima sektor yang berhasil mencetak penguatan, sementara enam lainnya masih bergerak di zona merah.
Sektor kesehatan menjadi pemimpin dengan lonjakan paling signifikan, naik 1,63 persen. Kinerja positif sektor ini ditopang oleh sentimen defensif investor yang memburu saham-saham berfundamental kuat di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Sementara itu, sektor properti juga mencatat kenaikan sebesar 0,33 persen, diikuti sektor teknologi dengan penguatan 0,08 persen, serta sektor keuangan dan energi yang masing-masing naik tipis 0,07 persen dan 0,01 persen.
Di sisi lain, pelemahan paling dalam dialami sektor transportasi dan cyclical yang sama-sama terkoreksi 0,80 persen. Kinerja sektor transportasi yang loyo tak lepas dari tekanan biaya operasional dan volatilitas harga bahan bakar. Sektor cyclical juga tertekan oleh kekhawatiran daya beli masyarakat menjelang pertengahan tahun.
Sektor industri dasar turun 0,46 persen, disusul industri 0,53 persen, non-cyclical minus 0,10 persen, serta sektor infrastruktur melemah tipis 0,06 persen.
Variasi pergerakan antar sektor ini mencerminkan bahwa investor mulai selektif menempatkan dana. Saham-saham dengan prospek pertumbuhan jangka panjang dan fundamental stabil masih menjadi incaran di tengah risiko koreksi teknikal IHSG yang disebut rawan terjadi pekan ini.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.