KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Selasa, 16 September 2025, dengan rebound tipis setelah sempat melemah di sesi pertama. IHSG akhirnya naik 20 poin atau 0,26 persen ke level 7.957,70.
Sepanjang perdagangan, indeks bergerak fluktuatif dalam rentang 7.899–7.985 sebelum stabil di jalur positif menjelang penutupan. Aktivitas bursa juga cukup ramai, dengan volume mencapai 445,13 juta lot saham dan nilai transaksi Rp16,12 triliun.
Sektor barang konsumen primer menjadi penopang utama kenaikan, melonjak 1,76 persen berkat minat beli pada saham-saham berbasis kebutuhan pokok. Sebaliknya, sektor finansial justru menjadi pemberat dengan pelemahan 0,38 persen, mencerminkan aksi ambil untung setelah penguatan sebelumnya.
Dari jajaran LQ45, saham Medco Energi (MEDC), AKR Corporindo (AKRA), dan Aneka Tambang (ANTM) tercatat sebagai top gainers. Sementara itu, Vale Indonesia (INCO), Map Aktif Adiperkasa (MAPA), dan Bank Tabungan Negara (BBTN) masuk daftar top losers. Ini menunjukkan bahwa tekanan jual masih selektif di beberapa sektor.
Bursa Asia Bergerak Positif
Penguatan IHSG sejalan dengan kinerja bursa Asia yang kompak bergerak positif. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang mencatat kenaikan 0,7 persen, menembus level tertinggi dalam empat tahun terakhir. Sentimen utama datang dari ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve AS.
Pasar menilai peluang pemangkasan 25 basis poin sudah hampir pasti, sehingga investor global lebih percaya diri masuk ke aset berisiko.
Bursa Jepang ikut menguat, dengan Nikkei 225 naik 0,30 persen ke 44.902 dan Topix menguat 0,25 persen. Di Tiongkok, Shanghai Composite hanya naik tipis 0,04 persen, sementara Shenzhen Component lebih solid dengan kenaikan 0,45 persen, meski indeks CSI300 justru melemah 0,21 persen.
Indeks Hang Seng di Hong Kong terkoreksi tipis 0,03 persen, sedangkan Kospi Korea Selatan melesat 1,24 persen dan Taiex Taiwan naik 1,07 persen. Indeks Australia ASX200 juga naik 0,28 persen, menambah optimisme kawasan.
Dolar AS Melemah Terhadap Mata Uang Asia
Pasar valuta asing pun bergerak dinamis. Dolar AS melemah ke level terendah sejak 24 Juli seiring meningkatnya taruhan pemangkasan suku bunga The Fed.
Yen Jepang menguat 0,24 persen ke 147,04 per USD, sementara euro dan poundsterling juga menguat ke level tertinggi dalam dua bulan terakhir. Mata uang Asia mayoritas terapresiasi, termasuk dolar Singapura (+0,14 persen), yuan (+0,03 persen), ringgit (+0,44 persen), dan baht (+0,21 persen).
Hanya dolar Australia yang sedikit melemah 0,09 persen. Di sisi lain, rupiah justru melemah tipis 0,15 persen ke 16.440 per USD, menunjukkan tekanan dari arus modal keluar meski sentimen global cenderung positif.
Secara keseluruhan, rebound IHSG mencerminkan bahwa pasar domestik masih dalam jalur optimisme, meski tekanan di sektor finansial menahan penguatan lebih besar. Sentimen eksternal dari The Fed yang diperkirakan melonggarkan kebijakan moneter menjadi faktor pendorong utama.
Dengan bursa Asia yang cenderung menguat dan mata uang regional stabil, prospek jangka pendek IHSG tetap konstruktif, meskipun volatilitas masih perlu diwaspadai terutama dari pergerakan rupiah.(*)