KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup pekan terakhir Oktober 2025 dengan koreksi setelah sempat menunjukkan performa impresif di pekan sebelumnya. Dalam periode 27–31 Oktober, IHSG melemah 1,3 persen ke posisi 8.163,87, turun dari level 8.271,72 pada pekan sebelumnya.
Koreksi ini mencerminkan fase penyesuaian pasar di tengah padatnya jadwal rilis laporan keuangan kuartal III, pelemahan harga emas global, serta meningkatnya kekhawatiran terhadap rencana MSCI yang disebut akan meninjau ulang aturan terkait free float saham.
Kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) ikut tergerus 2,48 persen menjadi Rp14.857 triliun dari Rp15.234 triliun pada pekan sebelumnya. Meski begitu, sejumlah indikator transaksi menunjukkan sinyal pergerakan yang masih aktif.
Rata-rata nilai transaksi harian naik 1,55 persen menjadi Rp22,63 triliun, sementara volume transaksi harian meningkat 3,72 persen ke 31,61 miliar saham. Aktivitas investor asing juga masih mencatatkan arus masuk positif dengan total pembelian bersih sebesar Rp5,53 triliun, naik dari Rp4,23 triliun pada pekan sebelumnya.
Kendati arus dana asing masih positif, pasar domestik menghadapi tekanan dari sisi sentimen korporasi. Musim laporan keuangan emiten kuartal III belum sepenuhnya menghadirkan hasil menggembirakan.
Beberapa sektor mencatatkan hasil di bawah ekspektasi, sehingga memicu aksi ambil untung di saham-saham yang sempat menguat tajam pada pekan sebelumnya. Selain itu, investor juga memperhatikan dampak potensial dari kebijakan MSCI terkait metodologi free float, yang dikhawatirkan bisa mempengaruhi bobot sejumlah saham besar di indeks acuan.
IHSG Sempat Menguat 4,5 Persen di Minggu Sebelumnya
Sebelumnya, pada pekan 20–24 Oktober, IHSG justru melonjak 4,5 persen dan menembus 8.200. Lonjakan didorong oleh optimisme pasar terhadap hasil kinerja emiten dan net buy asing yang signifikan.
Namun, reli tersebut tampaknya berujung pada fase konsolidasi alami di pekan berikutnya. Penurunan 1,3 persen di akhir Oktober menunjukkan bahwa pasar mulai menyeimbangkan kembali posisi setelah reli cepat dua pekan sebelumnya.
Meskipun indeks melemah, karakter perdagangan sepanjang pekan tetap dinamis. Beberapa saham justru mencatatkan penguatan tajam, namun di sisi lain, sejumlah emiten mengalami tekanan berat dan menjadi top losers pekan ini.
Data BEI menunjukkan saham PT Buana Lintas Lautan Tbk. (BULL) anjlok 35,88 persen ke Rp218, sementara PT Indonesia Pondasi Raya Tbk. (IDPR) turun 28,26 persen ke Rp330. PT Star Pacific Tbk. (LPLI) juga terkoreksi 28 persen, dan PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) melemah 22,6 persen ke Rp805.
Koreksi dalam di beberapa saham ini turut menjadi penyumbang pelemahan indeks secara agregat.
Analisis Teknikal: IHSG Masih Berpeluang Rebound di November
Secara teknikal, pergerakan IHSG yang masih bertahan di atas level 8.100 menunjukkan bahwa momentum jangka menengah belum sepenuhnya rusak. Level ini kini menjadi batas psikologis penting bagi investor untuk menilai arah pasar pada awal November.
Selama tekanan jual tidak memperdalam penurunan di bawah area tersebut, peluang rebound tetap terbuka, terutama jika hasil laporan keuangan lanjutan menunjukkan pemulihan kinerja emiten di sektor perbankan dan komoditas.
Secara keseluruhan, koreksi IHSG pekan terakhir Oktober menandakan fase pendinginan setelah reli tajam sebelumnya. Sentimen global yang fluktuatif, isu metodologi indeks, serta ketidakpastian makro masih menjadi faktor penahan.
Namun, arus modal asing yang masih masuk dan aktivitas transaksi yang tetap tinggi memberi alasan bagi pasar untuk tetap optimistis menghadapi awal November, dengan fokus bergeser ke fundamental emiten dan arah kebijakan bank sentral global.(*)