KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir sesi pertama perdagangan saham Kamis ini melemah 94,019 poin atau 1,317 persen di level 7,046,210.
Sebanyak 235 saham mengalami kenaikan harga sedangkan 426 saham mengalami penurunan harga 295 saham tak mengalami perubahan harga dengan nilai transaksi Rp6,88 triliun.
Saham-saham yang yang mengalami kenaikan harga diantaranya DCII sebesar Rp250 menjadi Rp36.600 per lembar dan STTP sebesar Rp200 menjadi Rp10.375 per lembar serta BRAM sebesar Rp175 menjadi Rp5.925 per lembar.
Saham-saham yang mengalami penurunan harga diantaranya BREN sebesar Rp1.000 menjadi Rp9.125 per lembar dan AMMN sebesar Rp875 menjadi Rp12.325 per lembar serta BYAN sebesar Rp775 menjadi Rp17.575 per lembar.
Saham-saham yang teraktif diperdagangkan diantaranya BBRI sebanyak 60.687 kali senilai Rp1, 005 triliun kemudian BBCA sebanyak 31.320 kali senilai Rp718,7 miliar dan ATLA sebanyak 28.323 kali senilai Rp17,7 miliar.
IHSG Kemarin
Sesi I perdagangan Rabu, 29 Mei 2024, menyaksikan penurunan tajam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 123,41 poin atau setara dengan 1,7 persen, mendorong indeks tersebut ke level 7.130,2.
Tanda-tanda penurunan IHSG sudah terlihat sejak pagi hari, dengan pembukaan IHSG yang melemah lebih dari 0,64 persen ke level 7.208,8. Penurunan semakin dalam menjelang penutupan Sesi I perdagangan hari, bahkan menyentuh level 7.127,2. Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan volume transaksi mencapai 9,27 miliar, dengan nilai transaksi mencapai Rp7,06 triliun. Frekuensi transaksi mencapai 696 ribu kali.
Sejumlah analis memberikan pandangannya mengenai penurunan ini. Panin Sekuritas, dalam riset hariannya, mengungkapkan bahwa pelemahan ini dipengaruhi sentimen eksternal, berupa berkurangnya ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS).
“Terutama setelah risalah pertemuan The Fed pada Mei mengungkapkan kekhawatiran inflasi yang sedang berlangsung, dengan beberapa pejabat cenderung hawkish terhadap suku bunga,” tulis sekuritas itu dalam catatannya, dikutip, kemarin.
Mayoritas sektor saham tertekan kecuali sektor saham transportasi naik 0,35 persen. Sementara itu, sektor saham energi susut 0,52 persen, sektor saham basic merosot 0,64 persen, sektor industri terpangkas 0,49 persen. Selain itu, sektor saham nonsiklikal susut 1,49 persen, sektor saham siklikal tergelincir 0,66 persen, sektor saham kesehatan melemah 0,24 persen, sektor saham keuangan merosot 1,42 persen, sektor saham properti terpangkas 0,65 persen. Kemudian sektor saham teknologi susut 2,42 persen dan sektor saham infrastruktur merosot 2,57 persen.
“Pelemahan pada sektor ini disebabkan karena ekspektasi peluang pemangkasan suku bunga yang mengalami penurunan, sehingga dengan suku bunga yang tinggi dapat menyebabkan perusahaan teknologi mengalami perlambatan pertumbuhan di tengah fokusnya dalam mengejar profitabilitas,” jelas riset itu.
“Suku bunga yang tinggi akan memengaruhi daya beli masyarakat, sehingga dikhawatirkan akan memperlambat pertumbuhan GMV dan membengkaknya cost of capital dari perusahaan teknologi,” sambung tulisan tersebut.
Sementara itu, analis PT MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menuturkan, koreksi IHSG pada Rabu, 29 Mei 2024 sejalan dengan pergerakan bursa Asia yang mayoritas terkoreksi. “Sebaliknya, IHSG terpengaruh oleh penguatan harga minyak global yang dapat meningkatkan inflasi, serta pelemahan nilai tukar rupiah terhadap USD pada level 16.156, yang juga berkontribusi pada penurunan IHSG,” kata Herditya.
Indeks Saham Asia
Senada dengan PT MNC Sekuritas, Pilarmas Investindo Sekuritas mengatakan biang kerok IHSG hari ini ambles karena terseret pelemahan indeks saham Asia.
Pilarmas menjelaskan, indeks saham Asia bergerak melemah yang tampaknya dipengaruhi sentiment pasar dari kenaikan imbal obligasi Amerika Serikat (AS) bertenor 10-tahun naik hampir 10 basis poin menjadi 5,545 persen. “Hal ini membuat pelaku pasar menahan diri masuk ke asset keuangan equity,” tulis Pilarmas dalam risetnya.
Pilarmas menambahkan, kenaikan imbal hasil tersebut dampak dari sikap petinggi The Fed – Presiden Fed Minneapolis Kashkari yang mengatakan bahwa tidak akan mengesampingkan kenaikan suku bunga tambahan jika tekanan inflasi muncul Kembali dan menambahkan, Fed harus menunda pemangkasan suku bunga sampai inflasi membaik secara signifikan dan bahkan mungkin menaikkan suku bunga jika inflasi gagal turun lebih jauh.
“Alhasil pasar terus mengurangi spekulasi terhadap penurunan suku bunga Fed AS tahun ini, menyusul pernyataan tersebut,” jelas Pilarmas.
Menurut Pilarmas, sentimen lainnya dating dari Timur Tengah dimana meningkatnya risiko geopolitik di Timur Tengah menjadi perhatian pasar, hal ini menyusul berita bahwa militer Israel membantah menyerang sebuah kamp tenda di sebelah barat Rafah, di mana otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa penembakan tank Israel menewaskan sedikitnya 21 orang di zona evakuasi sipil yang ditunjuk.
Pilarmas merekomendasikan saham NICL untuk perdagangan di sesi II. “Kami merekomendasikan NICL buy dengan support dan resistance di level 175-188,” tutup Pilarmas.
IHSG bergabung dengan sejumlah indeks saham Asia yang turun dan bertahan di zona merah, termasuk KOSPI (Korea Selatan), Hang Seng (Hong Kong), PSEI (Filipina), Topix (Jepang), TW Weighted Index (Taiwan), NIKKEI225 (Tokyo), KLCI (Malaysia), SETI (Thailand), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), dan Straits Times (Singapura), yang turun masing-masing 1,59 persen, 1,56 persen, 0,95 persen, 0,76 persen, 0,72 persen, 0,43 persen, 0,32 persen, 0,25 persen, 0,10 persen, dan 0,07 persen.
Di sisi lain, hanya Shenzhen Comp. (China) dan Shanghai Composite (China) yang berhasil mempertahankan zona hijau dengan kenaikan masing-masing 0,41 persen dan 0,09 persen. Sehingga, IHSG tercatat sebagai indeks dengan penurunan terdalam di Asia dan se-ASEAN. Dengan demikian, IHSG adalah indeks dengan pelemahan terdalam nomor satu di Asia, dan juga se-ASEAN.
Bursa Asia Bervariasi
Sentimen yang mewarnai laju Bursa Saham Asia hari ini adalah datang dari Dow Jones Index Bursa Wall Street yang tertekan oleh kenaikan imbal hasil Treasury, surat utang Pemerintah Amerika Serikat tadi malam, melonjak melesat indikasi kejatuhan harga di mana yield UST-10Y menguat 8,5 bps ke 4,55 persen dan tenor 2Y saat ini semakin mendekati 5 persen lagi.
Kejatuhan harga Treasury, dipicu oleh sinyal yang keluar dari hasil lelang Treasury oleh Kementerian Keuangan AS di mana UST-5Y dimenangkan sebanyak USD70 miliar pada yield 4,553 persen, di atas yield pra–lelang di 4,540 persen.
Sinyal dari AS itu akan membebani aset-aset Emerging Market termasuk pasar keuangan Indonesia karena yield UST yang kian tinggi mempersempit selisih dengan imbal hasil Surat Utang Negara. Saat ini, imbal hasil investasi AS dengan Indonesia hanya berjarak 233 bps. Surat utang RI semakin tidak menarik.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.