Logo
>

IHSG Sesi I Menguat, Rupiah Perkasa: Bursa Asia Semringah

IHSG menguat 0,59 persen ke 8.146,95 meski pasar global bergerak variatif. Investor menanti data ekonomi penting, sementara emas cetak rekor dan minyak tertekan pasokan.

Ditulis oleh Yunila Wati
IHSG Sesi I Menguat, Rupiah Perkasa: Bursa Asia Semringah
IHSG sesi pertama hari ini sudah berada di level 8.146,95. Foto: Dok KabarBursa.

KABARBURSA.COM - Pasar modal kembali menunjukkan dinamikanya yang khas, di mana optimisme investor bercampur dengan kewaspadaan terhadap agenda ekonomi global. 

Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melanjutkan penguatannya, sementara bursa Asia bergerak bervariasi dengan sejumlah indeks mencatatkan kenaikan tajam, namun sebagian lain tertekan oleh tekanan teknikal maupun kekhawatiran makro. 

Gambaran ini memberi sinyal bahwa pasar sedang berada pada fase “menunggu” sebelum data ekonomi penting dirilis pekan ini.

IHSG ditutup naik 47,62 poin atau 0,59 persen ke level 8.146,95, di sesi pertama perdagangan Senin, 29 September 2025, di mana indeks LQ45 menguat 0,32 persen ke 805,18. Aktivitas perdagangan relatif ramai, dengan volume mencapai 27,77 miliar saham senilai Rp12,95 triliun. 

Dari total transaksi, Rp509 miliar berasal dari pasar negosiasi, menunjukkan adanya pergerakan signifikan dari investor institusi. Secara keseluruhan, 373 saham menguat, 281 melemah, dan 142 stagnan, memperlihatkan dominasi positif meski tekanan selektif masih terasa.

Di sisi lain, pergerakan nilai tukar memberikan warna tersendiri. Kurs referensi JISDOR Bank Indonesia melemah 97 poin ke Rp16.775 per dolar AS, namun di pasar spot rupiah justru sedikit menguat 47 poin ke Rp16.678. 

Perbedaan ini menegaskan bahwa volatilitas masih cukup tinggi, sejalan dengan ekspektasi investor terhadap arah kebijakan bank sentral global.

Nikkei dan Shanghai Composite Terkoreksi, Hang Seng Naik

Untuk pasar regional, kinerja bursa Asia terbilang beragam. Indeks Nikkei Jepang terkoreksi 0,71 persen ke 45.031,81, dan Shanghai Composite turun tipis 0,18 persen ke 3.846,47, menandakan tekanan dari faktor domestik dan kekhawatiran perlambatan ekonomi. 

Sebaliknya, indeks Hang Seng Hong Kong melompat 1,41 persen ke 26.496,38, dan Kospi Korea Selatan juga menguat 1,44 persen ke 3.434,89, berkat rebound saham teknologi yang sempat terpukul pekan lalu. 

Taiwan TAIEX justru anjlok 1,97 persen, mencerminkan betapa rentannya sektor chip terhadap sentimen global.

Di Australia, indeks S&P/ASX 200 naik 0,77 persen ke 8.855, di tengah ekspektasi bahwa Reserve Bank of Australia akan mempertahankan suku bunga di level 3,6 persen. Sementara itu, indeks Sensex India naik 0,39 persen ke 80.739,24 menjelang keputusan kebijakan moneter Reserve Bank of India. 

Di Singapura, Straits Times Index (STI) bergerak relatif datar dengan kenaikan tipis 0,04 persen ke 4.275,65.

Dari Wall Street, sentimen positif masih terbawa ke Asia. Ketiga indeks utama AS menguat di perdagangan Jumat, 26 September 2025, setelah data Personal Consumption Expenditure (PCE) inti, yang menjadi acuan inflasi favorit The Fed, mencatat kenaikan hanya 0,2 persen bulan ke bulan dan 2,9 persen secara tahunan. 

Angka ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa laju kenaikan suku bunga sudah berakhir dan peluang pemangkasan suku bunga kian terbuka.

Pasar komoditas turut memberi bumbu pada sentimen. Harga minyak melemah setelah ekspor dari Kurdistan Irak kembali berjalan dan OPEC+ berencana menambah pasokan di November. 

Sebaliknya, emas justru mencetak rekor harga baru, didorong kekhawatiran terhadap potensi shutdown pemerintah AS serta meningkatnya spekulasi pemangkasan suku bunga yang membuat aset safe haven semakin dilirik.

Jika disatukan, gambaran pasar hari ini menunjukkan arah yang penuh nuansa. Investor domestik mengambil posisi positif dengan masuk ke saham-saham pilihan, tercermin dari penguatan IHSG. 

Namun, di level global, kewaspadaan tetap tinggi karena arah kebijakan bank sentral, volatilitas komoditas, serta ketidakpastian politik di AS masih membayangi. 

Bagi investor, kondisi ini menuntut keseimbangan, optimistis pada momentum domestik, namun tetap waspada terhadap risiko eksternal yang bisa mengguncang sewaktu-waktu.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79