KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan sesi pertama Selasa, 16 Desember 2025, dengan pelemahan. Indeks yang sempat menguat di awal perdagangan, dipaksa mundur sejenak.
IHSG ditutup di level 8.649, berada di zona merah dan praktis tidak berubah dibandingkan penutupan sesi sebelumnya. Meski demikian, pergerakan intraday menunjukkan volatilitas yang cukup lebar, yang menandakan bahwa pasar belum sepenuhnya kehilangan arah.
Sejak awal perdagangan, IHSG sempat menguat dan menyentuh level tertinggi di 8.700. Namun, dorongan tersebut tidak bertahan lama. Tekanan jual mulai muncul dan mendorong indeks berbalik melemah hingga menyentuh level terendah di 8.611, sebelum akhirnya stabil mendekati level penutupan.
Pola ini menggambarkan bahwa minat beli masih ada, tetapi belum cukup kuat untuk mempertahankan momentum penguatan hingga akhir sesi.
Dari sisi breadth pasar, kondisi terlihat relatif seimbang. Jumlah saham yang menguat mencapai 341 emiten, sedikit lebih banyak dibandingkan 329 emiten yang melemah, sementara 287 emiten bergerak stagnan.
Keseimbangan ini menegaskan bahwa tekanan indeks tidak berasal dari pelemahan yang merata, melainkan dipengaruhi oleh pergerakan saham-saham berkapitalisasi besar yang memiliki bobot signifikan terhadap IHSG.
Meski melemah, aktivitas transaksi di sesi ini terbilang tinggi. Frekuensi perdagangan mencapai 1,75 juta kali dengan nilai transaksi Rp19,63 triliun. Likuiditas yang tetap terjaga di tengah pergerakan indeks yang datar menunjukkan bahwa pelaku pasar belum mengurangi aktivitasnya. Investor dan trader masih aktif melakukan penyesuaian posisi, meski cenderung lebih selektif.
Pergerakan sektoral menjadi kunci pembacaan sesi ini. Tujuh sektor berhasil mencatatkan penguatan, dipimpin sektor teknologi yang naik 1,30 persen ke level 10.433. Penguatan ini mengindikasikan minat risiko yang masih terjaga pada saham-saham berbasis pertumbuhan.
Sektor transportasi juga mencatatkan kenaikan cukup solid sebesar 0,97 persen ke level 1.987, sejalan dengan sentimen pemulihan mobilitas dan aktivitas logistik. Sektor energi menguat 0,74 persen ke level 4.308, memperlihatkan dukungan dari saham-saham komoditas yang relatif defensif di tengah volatilitas pasar.
Sektor konsumer non primer dan properti masing-masing naik 0,46 persen, mencerminkan adanya minat beli selektif pada saham-saham siklikal. Sementara itu, sektor industri dan infrastruktur mencatatkan penguatan tipis, masing-masing 0,08 persen dan 0,07 persen, yang menunjukkan pasar belum memberikan katalis kuat untuk mendorong sektor-sektor ini bergerak lebih agresif.
Di sisi lain, tekanan terhadap IHSG terutama datang dari sektor keuangan yang melemah 0,51 persen ke level 1.530. Pelemahan sektor ini cukup signifikan mengingat bobotnya yang besar dalam pembentukan indeks.
Sektor bahan baku juga turun 0,69 persen, diikuti sektor kesehatan yang melemah 0,58 persen. Sektor konsumer primer turut bergerak di zona merah meski dengan penurunan terbatas sebesar 0,09 persen. Pelemahan pada sektor-sektor defensif ini menunjukkan adanya sikap hati-hati investor terhadap saham-saham yang sebelumnya menjadi penopang stabilitas indeks.
Secara keseluruhan, kinerja IHSG pada sesi I mencerminkan pasar yang belum menentukan arah. Dorongan beli masih terlihat di sejumlah sektor, namun tekanan jual pada saham-saham berkapitalisasi besar, khususnya di sektor keuangan, menahan laju penguatan indeks.
IHSG bergerak dalam rentang yang cukup lebar, tetapi akhirnya kembali ke level keseimbangan, menandakan pasar sedang menunggu katalis berikutnya untuk menentukan arah pergerakan yang lebih tegas pada sesi selanjutnya.(*)