KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak nyaris tanpa arah pada sesi pertama perdagangan Selasa, 3 Juni 2025. IHSG ditutup melemah tipis 0,01 persen ke level 7.064,2.
Volatilitas sempat terjadi sepanjang pagi, yang artinya ada sikap hati-hati dari investor di tengah beragam sentimen, baik dari dalam negeri maupun global. Walau begitu, nilai transaksi mencapai Rp8,36 triliun, dan menandakan bahwa pasar tetap aktif meski belum menentukan arah yang jelas.
Dari dalam negeri, perhatian utama tertuju pada rencana pemerintah yang akan menggelontorkan stimulus fiskal senilai Rp24,4 triliun. Stimulus ini dirancang untuk mendorong konsumsi rumah tangga dan memperkuat pertumbuhan ekonomi yang belakangan ini menunjukkan gejala pelemahan.
Namun pasar tampaknya masih menunggu detail pelaksanaan dan efektivitas stimulus tersebut sebelum mengambil posisi lebih agresif.
Rupiah Menguat 0,32 Persen terhadap Dolar AS
Berbeda dengan IHSG yang cenderung datar, sentimen eksternal justru cenderung membawa dorongan positif bagi pasar Asia.
Hingga siang ini, bursa-bursa di kawasan Asia-Pasifik kompak menguat, mengikuti kenaikan di Wall Street semalam. Ketiga indeks utama AS ditutup di zona hijau, meskipun kekhawatiran terkait friksi dagang global tetap membayangi.
Di pasar mata uang, rupiah justru menguat 0,32 persen ke posisi Rp16.300 per dolar AS. Penguatan ini terjadi di tengah pelemahan indeks dolar dan ekspektasi masuknya aliran dana asing.
Pergerakan sektor saham di Bursa Efek Indonesia cukup bervariasi. Saham-saham di sektor industri, teknologi, infrastruktur, layanan kesehatan, dan keuangan tercatat melemah.
Sebaliknya, sektor transportasi, properti, energi, serta bahan dasar mencatat penguatan, ditopang rotasi sektor dan ekspektasi permintaan komoditas.
Saham DCII Terperosok, PSAB Melesat Jauh
Di kalangan saham berkapitalisasi besar, investor cenderung selektif. Saham DCII terkoreksi paling dalam, turun 3,13 persen, diikuti ASII yang melemah 1,67 persen dan BREN yang turun 1,19 persen.
Sementara itu, saham BRPT dan AMMN justru bergerak positif, masing-masing naik 3,20 persen dan 1,44 persen.
Pergerakan ini mencerminkan reaksi pasar terhadap kombinasi data ekonomi domestik yang lesu dan sentimen eksternal, termasuk rencana mantan Presiden AS Donald Trump untuk kembali memberlakukan tarif baja.
Saham berbasis logam dasar juga mencatat kinerja positif. Harga emas spot dunia melonjak ke level USD3.372 per ons troi, didorong pelemahan dolar AS dan meningkatnya kekhawatiran terhadap stabilitas global.
Saham TINS naik 3,11 persen, INCO 1,13 persen, dan ANTM 0,60 persen. Namun tidak semua saham tambang bergerak naik; MDKA justru terkoreksi 1,41 persen.
Satu saham yang mencuri perhatian adalah PSAB. Harga sahamnya melonjak hingga 24,61 persen setelah perusahaan membatalkan rencana penyampaian laporan keuangan konsolidasian per 31 Maret 2025.
Sebelumnya, PSAB sempat membocorkan bahwa laba bersihnya pada kuartal I 2025 melonjak 412 persen secara tahunan. Meski informasi tersebut belum sepenuhnya terang, pasar tampaknya menyambutnya secara positif.
Di daftar top movers, DSSA memimpin dengan kenaikan 4,20 persen, diikuti AMMN dan BRPT. Sementara itu, saham-saham seperti DCII, ASII, dan BREN menjadi pemberat utama indeks.
Dari sisi nilai transaksi, saham perbankan seperti BBRI dan BBCA tetap menjadi yang paling aktif, meski bergerak terbatas.
Pasar saat ini berada dalam fase menanti. Pelaku pasar masih menunggu realisasi stimulus ekonomi dan perkembangan global sebagai penentu arah pergerakan indeks ke depan.
Dengan tingkat ketidakpastian yang cukup tinggi, kehati-hatian tampaknya akan tetap menjadi tema dominan dalam beberapa waktu mendatang.(*)