KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup jeda sesi pertama perdagangan Senin, 1 September 2025, dengan melemah cukup signifikan, turun 0,76 persen atau 59 poin ke level 7.771.
Meski sempat dibuka lebih tinggi di 7.620, indeks bergerak volatil sepanjang pagi hingga menyentuh titik terendah di 7.547 dan hanya mampu menguji level tertinggi sementara di 7.780.
Tekanan jual yang merata terlihat jelas, dengan 567 saham anjlok berbanding 172 saham yang menguat, sementara 217 lainnya stagnan.
Peta sektoral menunjukkan dominasi zona merah. Sektor keuangan menjadi sorotan dengan pelemahan terdalam, anjlok 1,6 persen ke level 1.439. Aksi jual pada saham-saham perbankan besar seperti BMRI, BBRI, dan BBCA menjadi pemicu utama, sebagaimana disoroti Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta.
Ia menilai pelemahan IHSG pada awal perdagangan yang sempat menyentuh minus 3,6 persen tidak lepas dari eskalasi suhu politik dalam negeri yang belum sepenuhnya mereda meski mulai menunjukkan tanda-tanda normalisasi.
Selain keuangan, tekanan juga datang dari sektor transportasi yang terjun 1,69 persen ke 1.567, serta sektor konsumer primer yang melemah 0,95 persen ke 789. Sektor energi juga tergelincir 0,78 persen, sejalan dengan fluktuasi harga minyak global.
Di sisi lain, hanya empat sektor yang mampu bertahan di zona hijau. Sektor kesehatan menonjol dengan kenaikan 2,24 persen, didorong optimisme pasar terhadap prospek permintaan layanan medis.
Industri dan bahan baku masing-masing naik 1,21 persen dan 0,67 persen, sementara sektor properti mencatat kenaikan tipis 0,19 persen.
Bursa Asia Mayoritas Terkoreksi
Ketidakpastian domestik ini beriringan dengan dinamika eksternal, khususnya dari Asia. Mayoritas bursa regional siang ini terkoreksi, mencerminkan sentimen hati-hati investor terhadap data manufaktur China.
Data resmi PMI manufaktur bulan Agustus berada di level 49,4, masih dalam fase kontraksi meski sedikit lebih baik dari bulan sebelumnya di 49,3.
Sementara itu, data swasta dari RatingDog justru lebih optimis, mencatat ekspansi ke 50,5 dari sebelumnya 49,5. Angka yang saling bertolak belakang ini membuat pelaku pasar ragu menilai arah pemulihan ekonomi Negeri Tirai Bambu.
Kondisi tersebut tercermin pada pergerakan indeks di Asia. Nikkei 225 Jepang anjlok 1,66 persen, Kospi Korea Selatan melemah 1,36 persen, dan Taiex Taiwan terkoreksi 1,06 persen.
Di Australia, ASX200 turun 0,41 persen. Pasar China cenderung stabil, dengan Shanghai Composite dan Shenzhen Component hanya naik tipis 0,12 persen dan 0,11 persen, sementara CSI300 sedikit terkoreksi 0,12 persen.
Menariknya, Hang Seng Hong Kong justru menguat tajam 1,77 persen, diuntungkan oleh arus masuk modal asing dan sentimen positif sektor teknologi.
Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS
Di pasar valuta, pergerakan cenderung terbatas. Rupiah justru menguat 0,09 persen ke posisi 16.485 per dolar AS, menunjukkan daya tahan meski IHSG tertekan. Yen Jepang nyaris tidak bergerak di 147,06 per dolar, sementara yuan China sedikit melemah ke 7,1319 per dolar.
Mata uang regional lain seperti ringgit Malaysia terkoreksi 0,20 persen, sementara dolar Singapura, dolar Australia, dan baht Thailand bergerak tipis di zona hijau.
Kombinasi tekanan politik domestik dan ketidakpastian arah ekonomi Asia menjadi penentu utama laju pasar pada sesi pertama ini. Investor tampak memilih sikap wait and see, menimbang arah sentimen global sekaligus dinamika dalam negeri.
Dengan IHSG yang masih bertahan di atas 7.700, arah pergerakan pada sesi berikutnya akan sangat bergantung pada seberapa cepat stabilitas politik bisa kembali terjaga, serta bagaimana pasar global merespons data ekonomi China dan perkembangan geopolitik kawasan.(*)