Logo
>

IHSG Terkoreksi, Sri Mulyani: Tidak cuma di Indonesia

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
IHSG Terkoreksi, Sri Mulyani: Tidak cuma di Indonesia
IHSG dibuka melemah tajam pada perdagangan hari ini, turun 598,56 poin atau sembilan koma satu sembilan persen ke level 5.912,06 pada Senin, 8 April 2025. (Foto: Kabar Bursa/Hutama Prayoga)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti tekanan besar yang melanda pasar keuangan global, termasuk di Indonesia yang mengalami penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Meski demikian, Sri Mulyani mengklaim penurunan IHSG di Indonesia lebih baik dibandingkan negara lain.

    IHSG dibuka melemah tajam pada perdagangan hari ini, turun 598,56 poin atau sembilan koma satu sembilan persen ke level 5.912,06 pada Senin, 8 April 2025. Sepanjang sesi pembukaan, indeks langsung menyentuh titik terendahnya di level tersebut, setelah dibuka di posisi 6.510,62, setara dengan level penutupan sebelumnya.

    “Kita semuanya tahu hari ini adalah hari pertama pembukaan bursa yang kita sudah melihat. Indonesia tadi sesi yang kedua di bawah 8 persen, 7,7 persen,” ujar Sri Mulyani dalam acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI di menara Mandiri, Jakarta Selatan, Selasa, 8 April 2025.

    Menurutnya, koreksi tajam juga terjadi di banyak negara lain, bahkan lebih ekstrem dibandingkan Indonesia.

    "Kalau kita lihat banyak negara yang indeks harga sahamnya pada tanggal 8 April dibanding 2 April banyak yang koreksinya sangat dalam hingga 14 persen. Bahkan tadi yang Pak Menko menyampaikan beberapa bisa mencapai ke atas 25 persen," lanjutnya.

    Merespons gejolak pasar, Bank Indonesia (BI) disebut sudah mengambil langkah-langkah preventif bahkan sebelum bursa dibuka. Langkah tersebut turut membantu menstabilkan tekanan yang terjadi di pasar keuangan domestik. 

    “Gubernur Bank Indonesia sudah menyampaikan juga beberapa langkah bahkan sebelum pembukaan hari ini dan Alhamdulillah kita sekarang sudah bisa turun ke bawah 17 persen," ujar Sri Mulyani.

    Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa tekanan terhadap harga saham, nilai tukar, dan obligasi sebenarnya merupakan fenomena yang kerap terjadi dalam konteks global. Dalam kondisi seperti ini, menurutnya, pasar keuangan Indonesia berperan sebagai shock absorber, menahan guncangan eksternal, meski tetap harus mewaspadai potensi risiko jangka panjang.

    "Dinamika ini seperti harga saham, nilai tukar maupun dalam hal ini obligasi surat berharga itu seperti FED, kita itu seperti shock absorber. Karena shock-nya terjadi ini adalah bentuk respons yang mungkin harus terbiasa kita lihat namun tidak berarti kita kemudian shifting attention-nya dari fondasi yang tetap harus dijaga," tegasnya.

    Ia menambahkan, tekanan ini bukanlah hal baru. Pergerakan US Treasury dan indeks dolar mengindikasikan menurunnya kepercayaan mutlak terhadap mata uang AS. 

    "US Treasury baik yang 2 tahun maupun 10 tahun agak melemah karena dia diaktifkan tapi dolar indeksnya juga melemah. Jadi kepercayaan 100 persen terhadap dolar juga mulai menurun," ujarnya.

    Meskipun indikator volatilitas seperti Fixed Index menunjukkan peningkatan, menurut Sri Mulyani, gejolaknya masih bisa dikelola. Ia mengingatkan bahwa suasana pasar saat ini ibarat “alarm yang mulai berbunyi”, sehingga pemerintah dan pelaku pasar perlu tetap waspada tanpa terjebak dalam kepanikan.

    "Fixed Index yaitu volatility juga meningkat tapi kalau kita bandingkan pada saat Covid kenaikannya sebetulnya masih relatively manageable tapi ini menggambarkan suasananya alarm-nya mulai berkunjung jadi kita harus juga tetap hati-hati tanpa panik," tandasnya.

    IHSG Ditutup Menguat

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar -7,90 persen atau terkoreksi 514 poin ke level 5.996 pada perdagangan Selasa, 8 April 2025.

    Mengutip data dari RTI Business, sepanjang hari IHSG berada di zona merah, dengan posisi tertinggi di 6.036 dan terendah mencapai 5.882.

    Akibat penurunan ini, sebanyak 672 saham tercatat melemah, 30 saham menguat, dan 95 saham stagnan. Volume perdagangan mencapai Rp22.746 miliar dengan total nilai transaksi sebesar Rp20.927 triliun.

    Sementara itu, mengacu pada data Stockbit, saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mencatat volume transaksi tertinggi, yakni 5,02 miliar saham. Ini menunjukkan minat investor yang tetap tinggi terhadap saham teknologi, meskipun sektor ini sedang berada di bawah tekanan.

    Posisi berikutnya ditempati oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dengan 741,43 juta saham, diikuti oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) masing-masing dengan volume 738,43 juta dan 733,84 juta saham.

    Dari sisi nilai transaksi, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) memimpin dengan nilai transaksi mencapai Rp4.071,12 miliar, diikuti oleh BMRI sebesar Rp3.460,08 miliar dan BBRI sebesar Rp2.658,46 miliar.

    Pada sektor saham, sektor teknologi mencatat penurunan terdalam yakni -10,23 persen. Disusul sektor barang baku (basic industry) dengan koreksi -10,54 persen, dan sektor industri yang melemah -8,44 persen.

    Beberapa sektor lain juga mengalami pelemahan signifikan, antara lain energi (-8,19 persen), infrastruktur (-8,35 persen), serta sektor transportasi yang turun -7,89 persen.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Ayyubi Kholid

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.