KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan sebesar 32,84 poin atau 0,44 persen pada akhir sesi pertama perdagangan, mencapai level 7.403,1 pada Kamis, 15 Agustus 2024. Menurut Pilarmas Investindo Sekuritas, penurunan IHSG hari ini sebagian besar disebabkan oleh aksi ambil untung (profit taking) oleh para investor.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, empat sektor menguat yaitu dipimpin sektor properti sebesar 0,85 persen, diikuti oleh sektor transportasi & logistik dan sektor teknologi yang masing-masing naik sebesar 0,33 persen dan 0,21 persen.
Sedangkan, tujuh sektor terkoreksi yaitu sektor infrastruktur turun paling dalam minus 0,73 persen, diikuti oleh sektor barang baku dan sektor energi yang masing-masing turun sebesar 0,66 persen dan 0,65 persen.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.025.975 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 17,11 miliar lembar saham senilai Rp9,34 triliun. Sebanyak 279 saham naik 286 saham menurun, dan 224 tidak bergerak nilainya.
Pilarmas juga menjelaskan bahwa IHSG merosot karena kekhawatiran pasar terkait penurunan surplus neraca perdagangan Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia untuk bulan Juli 2024 mencatatkan surplus sebesar USD470 juta, turun signifikan dari surplus sebesar USD2,39 miliar yang tercatat pada bulan Juni 2024.
"Angka surplus yang lebih rendah ini juga berada di bawah ekspektasi pasar," tulis Pilarmas dalam laporan risetnya.
Meskipun Indonesia terus mencatatkan surplus neraca perdagangan secara konsisten, penurunan yang terjadi menimbulkan perhatian dari pemerintah dan pihak otoritas. Pilarmas menyebutkan bahwa pasar berharap adanya sinergi yang lebih baik antara pemerintah dan otoritas terkait untuk memastikan neraca perdagangan tetap solid dan sektor ekonomi serta keuangan tidak mengalami perlambatan.
"Diharapkan sinergi ini dapat menjaga stabilitas neraca perdagangan dan mendukung kelancaran ekonomi," tambah Pilarmas.
Data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS memperlihatkan laju inflasi melambat selama empat bulan beruntun menjadi 2,9 persen year on year (yoy) pada Juli 2024, atau terendah sejak Maret 2021, dari 3.0 persen (yoy) pada Juni 2024.
Inflasi Inti juga tercatat melambat selama empat bulan beruntun menjadi 3,2 persen (yoy), terendah sejak April 2021, dari 3,3 persen (yoy) pada Juni 2024 dan sesuai dengan ekspektasi pasar.
“Investor menyambut baik satu lagi sinyal menggembirakan bahwa inflasi sudah mereda, sehingga mempertebal keyakinan investor bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed akan memangkas suku bunga acuan bulan depan," sebut Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia dalam kajiannya.
Sementara itu, di belahan Asia, indeks saham menunjukkan penguatan. Hal ini didorong oleh rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang sesuai dengan ekspektasi pasar, serta data ekonomi terbaru dari Jepang dan China. Inflasi AS pada bulan Juli 2024 mengalami kenaikan dari minus 0,1 persen menjadi 0,2 persen secara bulanan, dan turun dari 3 persen menjadi 2,9 persen secara tahunan.
Bursa saham regional Asia sore ini antara lain, indeks Nikkei menguat 284,20 poin atau 0,78 persen ke 36,726,60, indeks Hang Seng menguat 4,21 poin atau 0,02 persen ke 17.109,14, indeks Shanghai menguat 26,71 poin atau 0,94 persen ke 2.877,36, dan indeks Strait Times menguat 29,44 poin atau 0,90 persen ke 3.315,72.
"Data inflasi ini memberikan harapan kepada pasar bahwa ada kemungkinan bank sentral AS akan segera melakukan pemangkasan suku bunga," ujar Pilarmas, menjelaskan dampak dari data tersebut terhadap pasar.
Selain itu, Pilarmas Investindo Sekuritas mengungkapkan bahwa pasar juga memberikan sambutan positif terhadap rilis data pertumbuhan ekonomi Jepang. Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang mencatatkan pertumbuhan 0,8 persen secara kuartalan pada kuartal II 2024, melampaui ekspektasi pasar yang sebesar 0,5 persen. Selain itu, penjualan ritel di China pada bulan Juli menunjukkan pertumbuhan sebesar 2,7 persen, melebihi perkiraan pasar yang sebesar 2,6 persen.
Menurut Pilarmas, pertumbuhan penjualan ritel yang positif ini mencerminkan pemulihan daya beli masyarakat di China. Peningkatan daya beli ini diharapkan akan mendukung permintaan domestik dan mendorong arus ekonomi yang lebih baik melalui peningkatan belanja konsumen. Dengan membaiknya daya beli, sektor ritel di China dapat menunjukkan performa yang lebih kuat, yang pada gilirannya akan memperkuat perekonomian domestik.
Pada sesi pertama perdagangan hari ini, beberapa saham mengalami kenaikan signifikan, termasuk ARGO, JKON, ACST, BEBS, dan WIKA. Sebaliknya, saham-saham seperti TELE, CNKO, HADE, MIRA, dan VINS mengalami penurunan yang cukup besar.
Pilarmas merekomendasikan saham INDY untuk perdagangan sesi kedua. “Kami merekomendasikan pembelian saham INDY dengan level support dan resistance di 1.455 – 1.540,” kata Pilarmas, menutup laporan mereka. (*)