KABARBURSA.COM - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya keras mendorong industri kecil menengah (IKM) untuk melakukan diversifikasi produk pangan dengan memanfaatkan bahan baku lokal guna meningkatkan nilai tambah.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur IKM Pangan Furnitur dan Bahan Bangunan Ditjen IKM dan Aneka Kemenperin, Yedi Sabaryadi, di Jakarta Jumat 14 Juni 2024.
Yedi mengungkapkan bahwa industri pangan memiliki potensi besar untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong hilirisasi produk pertanian di masa depan. "Kemenperin berupaya untuk mewujudkan diversifikasi produk pangan dengan memanfaatkan sumber daya lokal," ujarnya.
Menurut Yedi, industri pangan memberikan kontribusi signifikan terhadap sektor industri pengolahan nonmigas. Pada triwulan pertama 2024, sektor pangan menyumbang 39,91 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas. Selain itu, sektor IKM pangan menyumbang 1.682.969 unit usaha, menyerap 3.892.159 tenaga kerja, dan berkontribusi 1,33 persen terhadap PDB nasional.
Bahan baku lokal dapat menjadi alternatif untuk memperkuat ketahanan pangan Indonesia. Menurut Yedi, masih banyak bahan baku pangan lokal yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Beberapa bahan baku yang dapat digarap oleh pelaku IKM antara lain sorgum sebagai pengganti beras, ganyong untuk bahan mie, hotong untuk sereal, porang untuk beras shirataki dan tepung, hanjeli untuk yogurt dan pakan ternak, talas sebagai bahan pembuat kue dan roti, serta ubi kayu untuk aneka tepung.
Untuk mengembangkan bahan baku tersebut, Kemenperin juga bekerja sama dengan Kementerian Pertanian dari aspek keamanan pangan. "Pengembangan industri pangan masih memiliki prospek yang besar sehingga diharapkan ke depannya hilirisasi produk pertanian dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri," kata Yedi.
Untuk mempercepat hilirisasi komoditas bahan pangan, Kemenperin menjalankan beberapa program. Program akselerasi bisnis bagi IKM pangan berbasis bahan pangan lokal melalui Indonesia Food Innovation (IFI) 2024 mencakup pendampingan teknis dan bisnis, pengembangan jaringan, serta sertifikasi sistem keamanan pangan.
Selain itu, Kemenperin juga meningkatkan nilai tambah komoditas bahan pangan lokal di sentra penghasil dan meningkatkan sistem keamanan pangan melalui sertifikasi sistem jaminan mutu atau HACCP untuk meningkatkan daya saing.
Kemenperin juga melakukan revitalisasi sentra melalui dana alokasi khusus (DAK) serta pendampingan sistem keamanan pangan dan pasar. Promosi untuk peningkatan pasar melalui pameran juga gencar dilakukan. Beberapa ajang yang diikuti antara lain Food Hotel Indonesia, SIAL Interfood, dan Trade Expo Indonesia. Selain itu, Kemenperin mendorong peningkatan akses pasar melalui kemitraan.
Kolaborasi Dua Sektor
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengkolaborasikan Industri Kecil Menengah (IKM) dengan dengan berbagai sektor ekonomi lain, termasuk dengan pasar ritel dan ekosistemnya serta para distributor.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang mengatakan Strategi kemitraan IKM dan ritel ini dapat mendorong kemandirian IKM dengan adanya kepastian pasar.
“Strategi kemitraan IKM dan ritel ini dapat mendorong kemandirian IKM dengan adanya kepastian pasar, transfer teknologi, perbaikan kualitas, sistem manajemen, peningkatan kapasitas Sumber.
Sedangkan bagi perusahaan ritel, kemitraan dengan IKM mampu mendukung upaya pemenuhan regulasi pemerintah yang mengatur kewajiban untuk mengikutsertakan UMKM dan memperdagangkan produk dalam negeri.
Peritel menjalankan kewajiban untuk memberikan ruang usaha yang strategis dan mudah diakses oleh pengunjung, paling sedikit 30 persen dari luas area pusat perbelanjaan. Selain itu, peritel juga diharuskan untuk memperdagangkan minimal 80 persen produk dalam negeri.
Kontribusi Terbesar
Selama ini, sektor industri pangan menjadi kontributor terbesar terhadap pembentuk kontribusi industri pengolahan nonmigas. Sepanjang 2023, industri pangan menyumbang 39,10 persen dari nilai PDB industri pengolahan nonmigas, atau 6,55 persen dari total PDB Nasional dengan nilai ekspor menembus angka USD41,70 miliar.
Dari jumlah usahanya, sebanyak 1,70 juta unit usaha IKM pangan telah berkontribusi dan menyerap sekitar 3,6 juta tenaga kerja, sehingga dikategorikan sebagai industri padat karya.
Sementara itu, industri furnitur dalam negeri juga sangat potensial untuk dikembangkan. Selama tahun 2023, sektor industri furnitur menyumbang 1,21 persen dari nilai PDB industri pengolahan nonmigas dengan nilai ekspor mencapai USD1,8 miliar.