Logo
>

Impor Batu Bara India 2025 Diprediksi Turun Lagi, Pasar Global Tertekan

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Impor Batu Bara India 2025 Diprediksi Turun Lagi, Pasar Global Tertekan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Impor batu bara termal India diperkirakan bakal turun lagi tahun ini dan melanjutkan tren penurunan dari tahun sebelumnya. Penyebabnya beragam, mulai dari ketergantungan yang makin berkurang terhadap batu bara untuk pembangkit listrik, perlambatan aktivitas ekonomi, hingga stok yang sudah kelewat penuh. Para pedagang batu bara yang hadir dalam konferensi Coaltrans India di New Delhi pun sepakat bahwa impor bahan bakar fosil ini akan terus menyusut sepanjang 2025.

    Dilansir dari Reuters di Jakarta, Rabu, 12 Februari 2025, beberapa pedagang memprediksi penurunan yang cukup signifikan, ada yang memperkirakan anjlok hingga 10 persen ke kisaran 155 juta metrik ton, sementara lainnya melihat penurunan lebih moderat di angka 1-2 persen. Sebagian lainnya memperkirakan penyusutan sekitar 7-8 persen. Namun, tak satu pun dari mereka berani berbicara secara terbuka ke media karena keterbatasan wewenang dalam memberikan komentar.

    Tren penurunan ini bukan sekadar angka di atas kertas, tetapi bisa berdampak langsung pada pasar batu bara global. Sebagai importir batu bara terbesar kedua di dunia setelah China, permintaan India selama ini menjadi salah satu faktor penentu harga batu bara internasional. Jika permintaan dari India terus melemah, tekanan terhadap harga batu bara global bakal semakin besar, terutama di tengah kondisi pasar yang sudah mulai kelebihan pasokan.

    Sejauh ini, produksi dalam negeri menjadi salah satu faktor utama yang menekan impor batu bara India. Sepanjang 2024, India mengimpor sekitar 173 juta metrik ton batu bara termal, turun sekitar 2 persen dari tahun sebelumnya. Data dari konsultan Bigmint menunjukkan bahwa penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh lonjakan produksi dari Coal India—perusahaan tambang batu bara terbesar di dunia. Produksi yang melimpah membuat stok di pembangkit listrik India mencapai rekor tertinggi sehingga kebutuhan untuk mengimpor semakin berkurang.

    Tak hanya itu, ketergantungan India terhadap batu bara impor juga terus menyusut dalam satu dekade terakhir. Menurut data dari perusahaan dagang I-Energy, pangsa batu bara impor dalam konsumsi nasional India turun 5,5 poin persentase menjadi 20,5 persen pada 2024. Tren ini diperparah dengan meningkatnya penggunaan petroleum coke (petcoke), bahan bakar yang lebih murah dan banyak digunakan di industri semen. Karena harga yang lebih kompetitif, industri semen India mulai beralih ke petcoke ketimbang batu bara termal sebagai sumber energi utama mereka.

    “Di 2025, sektor semen diperkirakan bakal lebih memprioritaskan petcoke ketimbang batu bara termal karena harganya lebih kompetitif,” ujar Direktur I-Energy, Vasudev Pamnani.

    Selain itu, meningkatnya produksi dari tambang-tambang swasta juga membuat para pedagang semakin mengurangi pembelian mereka. Semua faktor ini pada akhirnya berkontribusi pada penurunan permintaan batu bara impor, yang bisa berdampak lebih luas pada dinamika pasar energi global.

    Dengan produksi domestik yang terus meningkat dan pergeseran permintaan ke bahan bakar alternatif, pasar batu bara global harus bersiap menghadapi tekanan yang lebih besar. India yang selama ini menjadi salah satu motor utama permintaan, kini perlahan mengurangi ketergantungannya pada impor. Jika tren ini terus berlanjut, bukan tak mungkin harga batu bara global akan mengalami penyesuaian lebih lanjut di 2025.

    Harga Batu Bara Newcastle Terjun Bebas

    Berdasarkan data Trading Economics yang dilihat Rabu, 12 Februari 2025, harga batu bara berjangka Newcastle terus merosot hingga menyentuh USD105 per ton (sekitar Rp1,68 juta per ton) pada Februari 2025, level terendah dalam lebih dari empat tahun. Pasar yang semakin kelebihan pasokan jadi penyebab utama anjloknya harga.

    China mengumumkan bahwa produksi batu baranya bakal naik 1,5 persen menjadi 4,82 miliar ton pada 2025 setelah mencetak rekor tahun sebelumnya. Langkah ini diambil untuk meningkatkan kapasitas tambang agar terhindar dari risiko ketersediaan yang disebabkan oleh pembatasan emisi karbon dan penutupan tambang akibat pelanggaran protokol keselamatan.

    Di sisi lain, stok batu bara di pembangkit listrik China juga sudah mencapai rekor tertinggi, naik 12 persen dalam dua bulan terakhir hingga Oktober 2024. Sementara itu, Indonesia mencatatkan produksi batu bara sebesar 836 juta ton pada 2024, naik 18 persen dari target yang ditetapkan. Namun, investasi negara ini di sumber energi alternatif seperti tenaga surya dan biofuel mulai membatasi prospek permintaan batu bara domestik.

    Dari sisi perdagangan, China memberlakukan tarif impor terhadap batu bara asal Amerika Serikat. Meskipun pasokan dari AS bukan bagian besar dari impor China, kebijakan ini memberi tekanan pada pasokan energi alternatif seperti LNG yang kini ikut terdampak kebijakan tarif baru tersebut.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).