KABARBURSA.COM - Impor minyak mentah di Asia sedikit menurun pada April dibandingkan bulan Maret. Salah satu penyebabnya ialah peningkatan di China tidak cukup untuk menutupi penurunan pembelian di negara lain di wilayah pengimpor utama dunia.
Impor pada April mencapai 26,89 juta barel per hari, turun dari 27,33 juta barel per hari pada bulan Maret.
Selama empat bulan pertama tahun ini, impor minyak mentah Asia mencapai sekitar 27,03 juta barel per hari, hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Perkiraan OPEC untuk pertumbuhan permintaan minyak global pada tahun 2024 berada di atas angka sebenarnya, dengan prospek pasar minyak OPEC pada April memperkirakan kenaikan permintaan sebesar 2,25 juta barel per hari, namun pertumbuhan impor yang lebih lambat di China dan negara-negara Asia lainnya menunjukkan bahwa pertumbuhan permintaan tidak sesuai dengan perkiraan OPEC.
Perkiraan IEA untuk pertumbuhan permintaan minyak global pada tahun 2024 adalah 1,2 juta barel per hari, dengan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak China sebesar 500.000 barel per hari, yang jauh lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan impor saat ini.
Pertanyaannya kemudian adalah apakah impor minyak mentah China kemungkinan akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang. Jawabannya kemungkinan besar bergantung pada pergerakan harga minyak mentah dan juga pada membaiknya perekonomian China.
Pola impor minyak mentah China baru-baru ini adalah bahwa impor minyak mentah meningkat ketika harga minyak melemah dan turun kembali ketika harga naik, sehingga memungkinkan adanya jeda sekitar dua bulan untuk memperhitungkan kapan kargo diatur dan dikirimkan secara fisik.
Artinya, sebagian besar minyak yang dijual pada empat bulan pertama tahun ini dibeli ketika harga minyak mentah masih lemah.
Patokan global Brent berjangka mencapai titik terendah dalam enam bulan di USD72,29 pada 13 Desember, dan kemudian pulih hingga diperdagangkan dalam kisaran sekitar USD80 pada sebagian besar kuartal pertama.
Meningkatnya ketegangan geopolitik dan perpanjangan pengurangan produksi oleh kelompok OPEC+, yang mencakup OPEC dan sekutunya seperti Rusia, mendorong harga Brent lebih tinggi mulai pertengahan Maret dan seterusnya, dengan kontrak mencapai puncaknya pada USD92,18 pada 12 April.
Artinya, dampak lonjakan harga sejak pertengahan bulan Maret dan seterusnya belum terlihat dalam angka impor China, dan kemungkinan besar dampaknya hanya akan menjadi faktor mulai bulan Mei dan seterusnya.
Apa yang terjadi pada impor China pada bulan Mei, Juni dan Juli akan menjawab pertanyaan apakah pemulihan ekonomi China cukup kuat untuk memperbaiki dampak kenaikan harga minyak.