Logo
>

Indika Energy (INDY) Gandeng Mandiri-BNI, Biayai Tambang Emas Rp2,8 Triliun

Indika tandatangani fasilitas senilai Rp2,8 triliun dan USD203 juta bersama Mandiri, BNI, DBS, dan UOB untuk mendanai proyek emas Awak Mas dan bayar utang lama.

Ditulis oleh Syahrianto
Indika Energy (INDY) Gandeng Mandiri-BNI, Biayai Tambang Emas Rp2,8 Triliun
Truk tambang yang dimiliki dan dikelola oleh Indika Energy. (Foto: Dok. Indika Energy)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – PT Indika Energy Tbk (INDY) resmi menandatangani perjanjian fasilitas multicurrency senilai USD203 juta dan Rp2,8 triliun pada 25 Juni 2025. 

    Dana ini akan digunakan untuk membayar tuntas fasilitas pinjaman lama senilai USD250 juta yang jatuh tempo dan untuk mendanai pengembangan tambang emas Awak Mas. 

    Struktur fasilitas ini didukung oleh sejumlah bank besar seperti Bank Mandiri, BNI, DBS, dan UOB, dengan Bank Mandiri juga bertindak sebagai agen jaminan dan agen fasilitas.

    Dalam keterangannya kepada OJK, Sekretaris Perusahaan Indika, Adi Pramono, menyebut bahwa transaksi ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang perusahaan. 

    “Transaksi ini dilakukan untuk mendukung upaya transisi Perseroan dari bisnis batu bara,” tulis Adi dalam keterbukaan informasi, Kamis, 26 Juni 2025.

    Transisi ini sejalan dengan arah diversifikasi portofolio energi bersih dan mineral logam yang dicanangkan Indika sejak 2022.

    Perjanjian fasilitas ini melibatkan anak-anak usaha yang sepenuhnya dimiliki oleh Indika, termasuk PT Indika Inti Corpindo dan PT Tripatra Multi Energi. Selain fasilitas utama, turut ditandatangani pula dokumen jaminan seperti Perjanjian Gadai Rekening dan Konfirmasi Jaminan, yang menjamin transaksi ini secara pari passu dengan surat utang senior USD455 juta yang jatuh tempo 2029.

    Pendanaan ini sekaligus menjadi batu loncatan strategis bagi proyek Awak Mas yang dikelola PT Masmindo Dwi Area, anak usaha Indika. Proyek tersebut berada di Sulawesi Selatan dan telah memasuki tahap pengembangan lanjutan setelah sebelumnya melalui fase studi kelayakan. 

    Sejak awal tahun, Indika telah menyampaikan komitmennya untuk meninggalkan sektor batubara secara bertahap. Sebelumnya, perusahaan telah melepas sebagian besar sahamnya di sektor tambang batu bara melalui divestasi dari PT Kideco Jaya Agung.

    PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memegang peran sentral dalam transaksi ini, baik sebagai agen maupun sebagai bank rekening. Bersama Bank BNI, DBS Indonesia, dan UOB, institusi keuangan tersebut menjadi pemberi pinjaman awal yang memperkuat eksekusi fasilitas ini. 

    Pendanaan dilakukan dalam dua mata uang, dolar Amerika Serikat dan rupiah, untuk memberikan fleksibilitas optimal terhadap kebutuhan proyek dan struktur pembiayaan.

    Fasilitas baru ini menggantikan perjanjian yang sebelumnya diteken pada 2 Maret 2023 senilai USD250 juta. Dengan pelunasan fasilitas lama, Indika dapat menghindari potensi beban bunga tambahan dan memperpanjang tenor pembiayaan dalam kondisi pasar yang relatif stabil. Efisiensi biaya juga dicapai melalui restrukturisasi dan negosiasi ulang bunga serta beban administratif yang menyertai.

    Melalui aksi ini, Indika turut menyelaraskan langkah bisnisnya dengan kebijakan transisi energi nasional. Pemerintah Indonesia sendiri telah mencanangkan roadmap transisi energi hingga 2060, dengan target bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025. Keterlibatan Indika dalam pengembangan tambang emas dipandang mendukung ketahanan pasokan logam mulia yang juga penting dalam ekosistem energi baru dan terbarukan.

    Berdasarkan laporan terakhir, PT Masmindo Dwi Area telah menyelesaikan beberapa tahap awal pembangunan fasilitas pertambangan dan infrastruktur pendukung.  

    Proyek Awak Mas diproyeksikan akan menjadi salah satu aset utama non-batu bara bagi Indika dalam beberapa tahun mendatang. Rencana jangka menengah mencakup pembangunan fasilitas pemrosesan, pengadaan peralatan, dan peningkatan kapasitas eksplorasi.

    Hingga akhir kuartal I 2025, Indika mencatat total kas dan setara kas sebesar USD348 juta, sementara liabilitas berbunga jangka panjang tercatat mencapai lebih dari USD900 juta. 

    Dengan masuknya fasilitas baru, profil utang perusahaan akan mengalami perubahan signifikan terutama dalam struktur jatuh tempo dan jenis kewajiban. Kebijakan manajemen utang ini menjadi sorotan utama dalam strategi keuangan Indika yang menitikberatkan pada keberlanjutan dan mitigasi risiko likuiditas jangka panjang. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.