KABARBURSA.COM - Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tren positif dalam volume ekspor logam mulia, perhiasan, dan permata sepanjang tahun 2024. Menariknya, ekspor emas terbesar dilaporkan menuju Swiss, mencapai nilai US$700 juta.
Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini, peningkatan ini sejalan dengan kenaikan harga emas di pasar internasional pada awal tahun 2024, didukung oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah mata uang global, termasuk rupiah.
"Volume ekspor logam mulia, perhiasan, dan permata menunjukkan tren positif. Puncaknya terjadi pada Maret 2024, dengan volume ekspor mencapai 1.082 ton atau setara dengan USD1,37 miliar," ungkap Pudji dikutip Rabu 15 Mei 2024.
Dalam periode Januari hingga April 2024, ekspor logam mulia dan perhiasan terutama menuju Swiss dengan nilai USD700 juta, yang mencakup 21,37 persen dari total ekspor sektor tersebut.
{
"width": "100 persen",
"height": "480",
"symbol": "CAPITALCOM:GOLD",
"interval": "D",
"timezone": "Etc/UTC",
"theme": "light",
"style": "1",
"locale": "en",
"hide_top_toolbar": true,
"allow_symbol_change": false,
"save_image": false,
"calendar": false,
"hide_volume": true,
"support_host": "https://www.tradingview.com"
}
Namun, meskipun tren ekspor emas menggembirakan, Indonesia masih tercatat sebagai pengimpor emas dan perhiasan. Data BPS menunjukkan bahwa impor emas pada bulan April mencapai nilai US$248 juta dengan volume mencapai 562 ton.
Pudji Ismartini juga mengungkapkan bahwa impor terbesar emas dan perhiasan berasal dari Australia, dengan nilai mencapai US$242,16 juta atau sekitar 29,76 persen dari total impor sektor tersebut selama periode Januari-April 2024. "Peningkatan volume dan nilai impor emas dan perhiasan pada bulan April 2024 mengakhiri tren penurunan beberapa bulan sebelumnya," kata Pudji.