KABARBURSA.COM - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEB Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) melihat pada Agustus 2024, inflasi umum Indonesia sedikit menurun menjadi 2,12 persen secara year on year (yoy) dari 2,13 persen pada Juli 2024.
Teuku Riefky, ekonom LPEM FEB UI mengatakan penyebab utama penurunan tersebut terlihat dari penurunan harga pangan. "(inflasi umum) masih berada dalam kisaran target BI sebesar 1,5 persen hingga 3,5 persen," tulisnya dalam laporan Seri Analisis Makro Ekonomi Rapat Dewan Gubernur BI, 18 September 2024.
Penurunan tipis ini terutama disebabkan oleh faktor dari sisi penawaran, terutama penurunan harga pangan bergejolak karena musim panen tanaman hortikultura.
Inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau semakin melemah menjadi 3,39 persen (yoy) pada Agustus 2024 dari 3,66 persen (yoy) pada Juli 2024, terendah sejak Juli 2023.
Inflasi juga tercatat menurun pada kelompok pengeluaran lainnya, seperti pendidikan 1,83 persen (yoy) pada Agustus 2024, dibanding pada Juli 2024 yang berada di 1,90 persen yoy
"Pelonggaran pada kelompok pengeluaran ini sebagian disebabkan oleh memudarnya dampak tahun ajaran baru yang dimulai pada Juli 2024," terangnya.
Secara bulanan, inflasi umum mencatat deflasi keempat kalinya secara berturut-turut pada tahun 2024, dengan deflasi sebesar 0,03 persen secara bulanan atau (mtm) pada Agustus 2024 dibandingkan dengan 0,18 persen (mtm) pada Juli 2024.
Serupa dengan tren harga tahunan, pendorong utama deflasi bulanan Agustus adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau, yang mengindikasikan deflasi sebesar 0,52 persen (mtm), memberikan kontribusi 0,15 poin persentase terhadap deflasi keseluruhan untuk bulan tersebut.
Berdasarkan komponennya, komponen harga pangan bergejolak menjadi penggerak utama angka inflasi pada Agustus 2024. Komponen ini mencatat inflasi tahunan sebesar 3,04 persen (yoy) pada Agustus 2024, turun dari 3,63 persen (yoy) pada Juli 2024, yang merupakan tingkat terendah sejak September 2023.
Secara bulanan, komponen harga bergejolak mencatat deflasi kelima tahun ini, mencapai 1,24 persen (mtm) pada Agustus 2024 dari 1,92 persen (mtm) pada Juli 2024.
"Penurunan inflasi tahunan dan berlanjutnya deflasi bulanan ini didorong oleh penurunan harga bawang merah, daging ayam ras, dan tomat," ungkapnya.
Sementara itu, komponen harga yang diatur pemerintah mencatat inflasi tahunan sebesar 1,68 persen (yoy) pada Agustus 2024, sedikit naik dari 1,47 persen (yoy) pada Juli 2024.
Secara bulanan, komponen ini mencatat inflasi sebesar 0,23 persen (mtm) pada Agustus 2024, meningkat dari 0,11 persen (mtm) pada bulan sebelumnya.
"Kontributor utama kenaikan komponen harga yang diatur pemerintah adalah harga bensin dan rokok kretek mesin, setelah adanya penyesuaian harga BBM non-subsidi serta berlanjutnya transmisi kenaikan cukai tembakau," jelasnya.
Catatan Inflasi Inti
Kemudian, inflasi inti pada Agustus 2024 naik tipis menjadi 2,02 persen (yoy) dari 1,95 persen (yoy) pada Juli 2024. Secara bulanan, inflasi inti tercatat sebesar 0,20 persen (mtm) pada Agustus 2024, meningkat secara moderat dari 0,18 persen (mtm) pada Juli 2024.
Inflasi ini dipengaruhi oleh berlanjutnya kenaikan harga komoditas global. Harga kopi terus meningkat, di mana kopi robusta telah mencapai level tertinggi sepanjang sejarah dan kopi arabika naik ke level tertinggi dalam 2,5 bulan terakhir.
Penurunan produksi dan peningkatan permintaan memperparah kondisi pasar kopi global. Harga komoditas emas global terus meningkat karena meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga oleh the Fed yang diperkirakan akan dilakukan pada bulan September ini.
Selain itu, kenaikan inflasi inti juga dikontribusikan oleh kenaikan biaya pendidikan, mengingat biaya pendidikan biasanya dibayarkan pada bulan Juli dan Agustus.
"Pendorong utama inflasi inti bulan Agustus adalah kopi bubuk, emas perhiasan, dan biaya pendidikan," katanya.
Adapun ke depan, tekanan inflasi diperkirakan akan mereda pada September 2024, dengan inflasi diproyeksikan tetap berada dalam kisaran target 1,5 persen hingga 3,5 persen.
Hal ini tercermin dalam Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) untuk September 2024, yang sedikit lebih rendah dibandingkan Agustus 2024.
Penurunan harga BBM nonsubsidi pada awal September juga diperkirakan dapat meredakan tekanan inflasi. "Namun, tekanan inflasi diperkirakan akan tetap ada pada komponen harga pangan bergejolak.
"Produksi beras diperkirakan akan menurun hingga Oktober 2024, mengantisipasi dampak dari musim La Nina yang akan datang," tutupnya.
Penurunan Sebagian Harga Pangan
Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengatakan pada Agustus 2024 Indonesia mengalami inflasi sebesar 2,12 persen secara tahunan atau year on year (yoy), bergerak stabil didorong oleh penurunan sebagian besar harga pangan.
Febrio berharap, dengan terkendalinya harga pangan menjadi sinyal positif sehingga semakin terjangkau masyarakat.
Meskipun demikian, pemerintah tetap mewaspadai potensi risiko musim kemarau yang dapat berdampak pada produksi beras dan hortikultura.
Febrio menyebut, koordinasi TPIP-TPID terus diintensifkan untuk menjaga stabilitas harga pangan, serta mengantisipasi potensi kebencanaan dan cuaca ekstrem.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.