KABARBURSA.COM – Bank of Japan (BOJ) diperkirakan tetap menahan suku bunga acuan di level 0,5 persen pada pertemuan yang berakhir Jumat 19 September 2025.
Langkah ini mencerminkan sikap hati-hati para pengambil kebijakan yang masih menunggu kepastian terkait dampak tarif Presiden AS Donald Trump serta tanda-tanda pelemahan ekonomi Amerika.
Keputusan tersebut muncul hanya beberapa hari setelah The Federal Reserve memangkas suku bunga sekaligus memberi sinyal akan adanya pemangkasan lanjutan demi menahan kelesuan pasar tenaga kerja AS.
Perlambatan ekonomi di Negeri Paman Sam berpotensi mengguncang prospek pemulihan rapuh Jepang, terlebih ekspor Jepang mulai tertekan imbas kebijakan tarif. Pasar kini menanti keterangan Gubernur Kazuo Ueda seusai pertemuan. Publik berharap ia memberi gambaran kapan BOJ dapat melanjutkan siklus kenaikan suku bunga yang terhenti sejak Januari.
“Kami memperkirakan kenaikan baru akan dilakukan awal tahun depan, meski peluang Oktober tetap terbuka,” ujar Kei Fujimoto, ekonom senior SuMi TRUST. Seperti dinukil Reuters.
Ia menekankan bahwa para pembuat kebijakan masih harus mencermati pengaruh tarif terhadap laba korporasi dan kemampuan perusahaan untuk menaikkan gaji pekerja.
Meski proyeksi pemulihan moderat tak berubah, Ueda kemungkinan kembali menyoroti besarnya ketidakpastian ekonomi. Situasi politik pun ikut memperkeruh keadaan. Partai berkuasa bersiap menggelar pemilihan ketua pada 4 Oktober setelah Perdana Menteri Shigeru Ishiba mengundurkan diri.
Sanae Takaichi, kandidat terkuat sekaligus penentang kenaikan suku bunga, dijadwalkan mengumumkan janji kampanye pada hari yang sama.
Survei Reuters menunjukkan mayoritas ekonom memprediksi ada tambahan kenaikan 25 basis poin sebelum akhir tahun, meski terbelah apakah akan terjadi Oktober atau Januari. Harga pangan yang tinggi dan ketatnya pasar tenaga kerja memicu sebagian anggota dewan BOJ yang berhaluan hawkish memperingatkan risiko jika suku bunga riil negatif dibiarkan berlarut-larut. Data terbaru memperlihatkan inflasi inti Jepang naik 2,7 persen pada Agustus.
Angka itu menurun tiga bulan beruntun, tetapi tetap berada di atas target 2 persen BOJ. Naoki Tamura, anggota dewan BOJ, menegaskan bila risiko inflasi meningkat, bank sentral harus sigap menjaga kestabilan harga.
BOJ sebelumnya mengakhiri program stimulus besar-besaran tahun lalu dan menaikkan suku bunga jangka pendek ke 0,5 persen pada Januari dengan keyakinan target inflasi 2 persen dapat tercapai secara berkelanjutan. Namun Ueda menegaskan bahwa setiap langkah kenaikan akan ditempuh dengan penuh kehati-hatian, mengingat dampak kebijakan tarif AS masih membayangi ekonomi Jepang.(*)