Logo
>

Inflasi Melandai, BI Siap Naikkan Suku Bunga Acuan?

Ditulis oleh KabarBursa.com
Inflasi Melandai, BI Siap Naikkan Suku Bunga Acuan?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Inflasi Indonesia pada bulan Juni diperkirakan mengalami laju yang relatif lambat. Pertanyaannya, apakah kondisi ini bisa mendorong Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan?

    Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi Juni dengan perkiraan kenaikan bulanan sebesar 0,06 persen. Meskipun sedikit lebih tinggi dari bulan Mei yang mencatatkan 0,03 persen.

    Sementara itu, inflasi tahunan diperkirakan akan mencapai 2,7 persen pada Juni, menurun dari 2,84 persen pada Mei.

    Pada bulan Juni, sejumlah bahan pangan mengalami kenaikan harga, seperti daging sapi murni yang mencapai rata-rata Rp 135.660 per kilogram, naik tipis 0,08 persen dari bulan sebelumnya. Kenaikan ini terjadi seiring perayaan Hari Raya Idul Adha.

    Per hari ini, Jumat 28 Juni 2024, harga cabai rawit merah juga naik signifikan sebesar 8,54 persen menjadi Rp 47.760 per kilogram, sementara harga cabai merah keriting melonjak 11,79 persen menjadi Rp 52.120 per kilogram dalam sebulan.

    Namun, sebaliknya, harga beberapa sembako mengalami penurunan. Harga beras medium misalnya, turun 0,67 persen menjadi Rp 13.410 per kilogram pada Juni, sedangkan harga beras premium turun 0,71 persen menjadi Rp 15.450 per kilogram.

    Harga bawang merah juga turun 11,38 persen menjadi Rp 42.890 per kilogram, sementara harga bawang putih mencatat penurunan tipis 2,07 persen menjadi Rp 42.090 per kilogram.

    Sebelumnya, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada April 2024 mencatatkan kenaikan sebesar 0,25 persen (mtm), dengan inflasi tahunan mencapai 3,00 persen (yoy).

    Konsistensi kebijakan moneter dan sinergi yang erat antara Bank Indonesia, Pemerintah Pusat, dan Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID), serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah, telah berhasil menjaga inflasi tetap terkendali. Bank Indonesia optimis bahwa inflasi akan tetap berada dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen pada tahun 2024.

    Inflasi inti juga tetap terjaga dengan pencatatan 0,29 persen (mtm) pada April 2024, yang naik dari bulan sebelumnya sebesar 0,23 persen (mtm). Kenaikan ini terjadi seiring dengan permintaan musiman yang meningkat pada Hari Besar Keagamaan Nasional Idulfitri dan dipicu oleh kenaikan harga komoditas global, terutama emas perhiasan. Secara tahunan, inflasi inti mencapai 1,82 persen (yoy), naik dari 1,77 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.

    Kelompok makanan yang cenderung fluktuatif mencatatkan deflasi sebesar 0,31 persen (mtm) pada April 2024, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi 2,16 persen (mtm). Penurunan ini dipengaruhi oleh harga cabai merah, beras, telur ayam ras, dan cabai rawit, yang turun karena musim panen.

    Meskipun demikian, inflasi masih terjadi pada bawang merah, tomat, dan bawang putih. Secara tahunan, kelompok makanan fluktuatif mengalami inflasi sebesar 9,63 persen (yoy), turun dari 10,33 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.

    Sementara itu, kelompok harga yang diatur pemerintah mengalami kenaikan inflasi sebesar 0,62 perse (mtm) pada April 2024, meningkat dari 0,08 persen (mtm) pada bulan sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara, angkutan antarkota, dan sigaret kretek mesin (SKM), seiring dengan mobilitas yang meningkat saat libur Idulfitri dan dampak kenaikan cukai hasil tembakau. Secara tahunan, inflasi kelompok harga yang diatur pemerintah mencapai 1,54 persen (yoy), naik dari 1,39 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.

    Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 19-20 Juni 2024 memutuskan untuk kembali menahan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25 persen.

    Adapun, suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility juga masih ditahan yang masing-masing sebesar 5,50 persen dan 7 persen.

    Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan keputusan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI sesuai dengan kebijakan moneter pro-stabilitas, sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk menjaga inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen pada 2024 dan 2025. Langkah ini juga bertujuan untuk mempertahankan aliran masuk modal asing dan stabilitas nilai tukar rupiah.

    "Pada saat yang sama, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," ujar Perry dalam Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Kamis, 20 Juni 2024.

    Selain itu, kebijakan makroprudensial yang longgar terus diimplementasikan untuk mendorong kredit dan pembiayaan dari sektor perbankan kepada pelaku usaha dan rumah tangga.

    Perry juga menekankan pentingnya kebijakan dalam memperkuat infrastruktur keuangan dan struktur industri sistem pembayaran, serta meningkatkan adopsi digitalisasi dalam sistem pembayaran.

    "Untuk memastikan stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di tengah ketidakpastian yang masih tinggi di pasar keuangan global, BI terus memperkuat kombinasi kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran," tambahnya.

    Sementara itu, Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa meskipun inflasi terkendali, keputusan untuk menurunkan suku bunga acuan tidak hanya dipengaruhi oleh inflasi semata.

    Meski masih ada ruang untuk menurunkan BI Rate, Perry menyoroti bahwa faktor global, ketegangan politik, dan persepsi terhadap fiskal juga berpengaruh signifikan. Terlebih lagi, tekanan terhadap nilai tukar rupiah juga menjadi pertimbangan serius, terutama setelah rupiah mencatat level terlemah dalam 4 tahun terakhir.

    Dengan kondisi seperti ini, kebijakan moneter BI cenderung memilih untuk tetap menjaga stabilitas, meskipun inflasi dalam kendali yang relatif aman. (*)

     

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi