KABARBURSA.COM - Infografis di atas adalah gambaran bagaimana selama 45 bulan berturut-turut, Indonesia berhasil mencatat surplus dalam neraca perdagangannya. Meskipun demikian, fokus pada nilai ekspor dan impor migas dan nonmigas menunjukkan tren penurunan.
Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), pada bulan tertentu tercatat surplus sebesar USD2.01 miliar, sementara nilai impor mencapai USD18.51 miliar dengan kenaikan 0.36 persen secara tahunan (Year on Year/YoY).
Namun, nilai ekspor pada angka USD20.52 miliar mengalami penurunan signifikan sebesar 8.06 persen YoY dibandingkan dengan periode yang sama pada Januari 2023.
Mengenai nilai ekspor migas pada Januari 2024, terjadi penurunan baik secara bulanan maupun tahunan dibandingkan dengan Desember 2023 dan Januari 2024. Angka tersebut mencapai USD1.39 miliar, mengalami penurunan 5.49 persen secara Month on Month (MoM).
Dalam kategori ekspor nonmigas, kondisinya bahkan lebih menantang. Pada Januari 2024, nilai ekspor mencapai USD19.12 miliar, mengalami penurunan drastis sebesar 8.54 persen MoM dari Desember 2023 yang mencapai USD20.91 miliar.
Perbandingan dengan Januari 2023 juga menunjukkan penurunan signifikan sebesar 8.20 persen YoY dari USD20.83 miliar.
Sementara itu, sektor impor mencatatkan penurunan yang signifikan. Nilai impor migas pada Januari 2024 mencapai USD2.96 miliar, turun sebesar 19.99 persen MoM dari Desember 2023 yang mencapai USD3.37 miliar. Dibandingkan dengan Januari 2023, terjadi penurunan sebesar 7.15 persen YoY dengan nilai impor sebesar USD2.90 miliar.
Di sisi lain, sektor impor nonmigas justru mengalami kenaikan. Pada Januari 2024, nilai impor mencapai USD15.81 miliar, naik sekitar 0.48 persen MoM dari USD15.73 miliar pada Desember 2023. Jika dibandingkan dengan Januari 2023, terjadi kenaikan sebesar 1.76 persen YoY. (yubi/carl)