Logo
>

Ini Alasan BI Turunkan Suku Bunga

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
Ini Alasan BI Turunkan Suku Bunga

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada Rabu, 18 September 2024, telah dinantikan oleh banyak pihak, terutama terkait keputusan penurunan BI Rate yang cukup signifikan. BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps), dari sebelumnya 6,25 persen menjadi 6 persen.

    Ekonom LPEM FEB UI, Teuku Riefky, menyebut bahwa kondisi penguatan rupiah serta ekspektasi penurunan suku bunga The Fed pada September 2024 menjadi faktor yang mendukung keputusan ini.

    Menurutnya, situasi ini memberikan keuntungan tersendiri bagi Indonesia, karena mampu menjaga stabilitas nilai tukar dan meminimalkan risiko arus modal keluar yang tiba-tiba.

    "Dengan latar belakang penguatan nilai tukar rupiah dan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed, langkah ini menjadi sangat tepat," jelas Riefky. Seperti dikutip di Jakarta, Kamis 19 September 2024.

    Kombinasi faktor-faktor tersebut, tambahnya, mampu mencegah potensi volatilitas di pasar keuangan yang bisa berdampak negatif pada perekonomian.

    Adapun rupiah menguat menjadi Rp15.395/USD pada pertengahan September, didukung oleh arus modal masuk yang kuat, dan cadangan devisa mencapai rekor USD 150,2 miliar.

    Sebagau informasi, nilai tukar rupiah menunjukkan tren positif pada perdagangan krmarin, mencapai posisi terkuat dalam setahun terakhir. Rupiah spot ditutup di level Rp15.335 per dolar Amerika Serikat (AS), menguat 0,44 persen dibanding penutupan sebelumnya di Rp15.402 per dolar AS.

    Sejalan dengan itu, nilai rupiah berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI berada di level Rp 15.338 per dolar AS, menguat 0,43 persen.

    Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan data perdagangan Indonesia yang lebih kuat dari perkiraan menjadi katalis positif bagi penguatan rupiah. Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat surplus pada Agustus 2024, menandai 52 bulan beruntun.

    Surplus perdagangan barang dan jasa mencapai 2,9 miliar dolar AS, sejalan dengan peningkatan ekspor dan perlambatan impor.

    Secara keseluruhan, ekspor Indonesia pada Agustus mencapai 23,56 miliar dolar AS, meningkat 5,79 persen dari bulan sebelumnya.

    Meskipun sektor migas mengalami penurunan, sektor nonmigas justru tumbuh signifikan, mencapai 22,36 miliar dolar AS, meningkat 7,43 persen dibanding Juli 2024. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh peningkatan ekspor produk lemak dan minyak nabati, biji logam, serta terak dan abu.

    “Capaian ini terjadi di tengah kondisi pasar utama seperti Jepang dan Amerika Serikat, yang saat ini mengalami kontraksi pada Indeks Manufaktur (PMI). Beberapa komoditas juga mengalami penurunan harga, terutama di sektor energi, pertanian, dan logam mineral,” tulis Ibrahim dalam riset hariannya, Selasa, 17 September 2024.

    Untuk perdagangan Rabu, 18 September 2024, Ibrahim memproyeksikan rupiah akan berfluktuasi namun ditutup menguat di rentang Rp15.230 – Rp15.350 per dolar AS.

    Sementara itu, Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memprediksi rupiah akan bergerak sideways pada perdagangan hari tersebut.

    Sementara itu, Ekonom Bank Permata, Menurut Josua, mengatakan Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan mempertahankan suku bunga acuan untuk mengantisipasi ketidakpastian global yang berlanjut. “Pergerakan rupiah berpeluang berada di kisaran Rp 15.275 – Rp 15.375 per dolar AS,” ujarnya.

    Nilai Tukar Rupiah

    Bank Indonesia resmi memangkas suku bunga acauan atau BI rate menjadi 6 persen dari sebelumnya 6,25 persen melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI September, lantas apa alasanya?

    Gubernur BI Perry Warjiyo, mengungkap alasan memangkas suku bunga acuan lebih cepat dari Federal Reserve atau The Fed. Pertama BI melihat bahwa penurunan suku bunga The Fed sudah lebih jelas, baik pada waktu maupun besarannya.

    Bank Indonesia (BI) percaya bahwa The Fed akan melakukan penurunan suku bunga sebanyak tiga kali tahun ini, yaitu pada September, November, dan Desember 2024, dengan masing-masing penurunan sebesar 25 basis poin. Selanjutnya, The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga empat kali pada 2025.

    Kedua, nilai tukar rupiah yang menguat pada September 2024 menjadi Rp15.330/USD atau menguat 0,78 persen dibandingkan dengan posisi akhir Agustus 2024.

    “Nilai tukar Rupiah menguat didukung oleh konsistensi bauran kebijakan moneter Bank Indonesia serta meningkatnya aliran masuk modal asing,” jelas Perry dalam konferensi pers, Rabu, 18 September 2024.

    Adapun penguatan Rupiah ini tercatat lebih tinggi dibandingkan apresiasi mata uang regional seperti Won Korea dan Rupee India yang menguat sebesar 0,32 persen dan 0,13 persen. 

    Ketiga, inflasi tetap rendah dan terjaga dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat rendah di seluruh komponen sehingga mencapai 2,12 persen (yoy) pada Agustus 2024. 

    Keempat, mendorong pertumbuhan, khususnya sektor perdagangan dan UMKM, memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran.

    “Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, termasuk UMKM dan ekonomi hijau, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian,” ungkapnya.

    Kelima, pertumbuhan data kredit menunjukan kinerja yang solid, mencapai 11,40 persen (year-on-year), Adapun perkembangan ini ditopang oleh sisi penawaran sejalan dengan minat penyaluran kredit yang terjaga, pendanaan yang memadai, realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan, dan dukungan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) Bank Indonesia.

    “Hingga minggu kedua September 2024, Bank Indonesia telah menyalurkan insentif KLM  sebesar Rp256,1 triliun kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp118,6 triliun, BUSN sebesar Rp110,5 triliun,  BPD sebesar Rp24,4 triliun, dan KCBA sebesar Rp2,6 triliun,” paparnya.

    Suku Bunga Acuan Turun

    Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen dari sebelumnya 6,25 persen melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI September.

    “Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 17 dan 18 September 2024 memutuskan untuk menurunkan BI Rate menjadi 6 persen,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu, 18 September 2024.

    Perry menambahkan, BI juga menurunkan suku bunga Deposit Facility yang dipangkas menjadi 5,25 persen dan suku bunga Lending Facility menjadi sebesar 6,75 persen.

    Pemotongan suku bunga BI ini menjadi yang pertama sejak bulan Februari 2021 karena bank sentral Indonesia ini telah mengerek suku bunga sebesar 275 bps pada periode Agustus 2022 hingga April 2024, dari sebelumnya 3,50 persen menjadi 6,25 persen.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Ayyubi Kholid

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.