Logo
>

Ini Analisa Penyebab IDXINFRA Nyungsep

Ditulis oleh Desty Luthfiani
Ini Analisa Penyebab IDXINFRA Nyungsep

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks sektor infrastruktur atau IDXINFRA terpantau melemah pada perdagangan sesi Senin di Jakarta, Senin 10 Februari 2025, pukul 10.31 WIB.

    Berdasarkan pantauan Kabarbursa.com di Stockbit beberapa saham BUMN karya mengalami koreksi cukup dalam, di antaranya Wijaya Karya Tbk atau dalam kode saham WIKA) yang turun 5,88 persen ke level 192, Adhi Karya Tbk (ADHI) melemah 2,48 persen ke level 197, serta PP (Persero) Tbk atau dalam kode saham PTPP terkoreksi 2,01 persen ke level 292. Sementara itu, Waskita Karya Tbk (WSKT) bergerak stagnan di level 202.

    Di sektor telekomunikasi, saham PT Telkom Indonesia Tbk atau dalam kode saham TLKM juga berada dalam tren negatif dengan penurunan 3,47 persen ke level 2.500. Selain itu, Indosat Tbk atau dalam kode saham ISAT melemah 1,35 persen ke level 2.190, sementara XL Axiata Tbk atau EXCL turun tipis 0,44 persen ke level 2.280. Saham Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dan Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) juga mengalami tekanan, masing-masing turun 2,38 persen dan 0,77 persen.

    Pelemahan tajam juga terjadi pada saham sektor energi terbarukan, terutama Barito Renewables Energy Tbk atau dalam kode saham BREN yang anjlok 14,23 persen ke level 6.025. Tekanan juga terlihat pada Citra Marga Nusaphala Persada Tbk atau CMNP yang turun 9,97 persen ke level 2.620.

    Di sisi lain, ada beberapa saham sektor infrastruktur yang mencatatkan kenaikan, seperti Smartfren Telecom Tbk atau FREN yang menguat 4,35 persen ke level 24 dan Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk atau GMFI yang naik 4,65 persen ke level 45. Ada juga saham Megapower Makmur Tbk atau MPOW bahkan mencatatkan lonjakan 9,71 persen ke level 113.

    Perang Dagang China Vs AS

    Analis sekaligus Senior Investment Information Mirae Asset, Nafan Aji Gusta, mengatakan salah satu penyumbang turunnya Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG juga sektor tersebut. Namun, penurunan saham infrastruktur masih dominan disebabkan oleh tekanan yang dipengaruhi oleh sejumlah sentimen global, terutama terkait perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

    Faktor utama masih pada pergerakan pasar adalah rencana Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dalam menetapkan tarif impor baru yang dinilai dapat memperburuk ketegangan perdagangan global.

    "Sentimen perang dagang ini benar-benar kuat, apalagi Trump akan mengumumkan penetapan tarif baru, termasuk tarif impor yang cukup signifikan. Di sisi lain, rencana kenaikan tarif sebesar 25 persen untuk baja dan aluminium juga memberikan dampak negatif bagi pasar," ujar Nafan kepada Kabarbursa.com pada Senin, 10 Februari 2025.

    Selain faktor perang dagang, pasar juga mencermati rilis data inflasi Amerika Serikat, yang diperkirakan akan berdampak pada kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed).

    Di dalam negeri, nilai tukar rupiah turut mengalami tekanan akibat keluarnya dana asing dari pasar negara berkembang.

    "Untuk hari ini, masih minim sekali data ekonomi domestik yang bisa memberikan dampak signifikan. Bahkan, ketika Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi Indonesia untuk Januari, hasilnya berada di bawah batas bawah yang ditetapkan Bank Indonesia, yakni 1,5 persen hingga 3,5 persen. Inflasi Januari sendiri tercatat di kisaran 0,76 persen," ucap dia.

    Nafan merujuk pada laporan dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global ke depan masih akan menghadapi tantangan besar. "IMF dan World Bank dalam World Economic Outlook dan Global Economic Prospect memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2026 masih dalam kondisi yang underwhelming," ujar dia.

    Saham Infrastruktur Nyungsep

    Pengamat pasar modal, Ibrahim Assuaibi sebelumnya sempat menjelaskan soal memerahnya saham-saham infrastruktur.

    Menurutnya, fokus utama pemerintah Indonesia saat ini adalah menjalankan program makan bergizi gratis. Penurunan saham infrastruktur, kata dia, juga dipengaruhi oleh faktor eksternal dan kondisi pasar global.

    Ibrahim menjelaskan, salah satu faktor utama pelemahan ini adalah kebijakan Donald Trump di Amerika Serikat yang mendorong swasembada energi, termasuk eksplorasi besar-besaran minyak, gas, dan batu bara.

    “Dengan membanjirnya suplai energi di pasar global, harga komoditas menjadi tertekan, sementara perekonomian dunia, terutama Tiongkok, masih menghadapi ketidakpastian di sektor properti dan keuangan,” ujarnya kepada Kabarbursa.com pada 30 Januari 2025 lalu.

    Selain itu, kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat The Fed yang mempertahankan suku bunga juga mendorong penguatan indeks dolar dan kenaikan imbal hasil obligasi, sehingga investor cenderung mengalihkan dana mereka dari saham, terutama di sektor infrastruktur yang padat modal.

    Dari sisi domestik, Ibrahim menilai pada pemerintahan Presiden Prabowo Subianto lebih berfokus pada program sosial dan peningkatan konsumsi masyarakat, seperti makan gratis bagi siswa sekolah.

    Sementara itu, proyek infrastruktur besar, termasuk pembangunan Ibu Kota Nusantara dihentikan pendanaannya.

    “Pemerintah saat ini lebih memprioritaskan penguatan daya beli masyarakat melalui stimulus sosial, bukan percepatan proyek infrastruktur. Ini yang menyebabkan saham-saham konstruksi kurang diminati investor dalam jangka pendek,” ujar dia.

    Selain itu, minimnya arus investasi asing yang masuk juga turut menjadi faktor yang menekan pergerakan saham infrastruktur.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Desty Luthfiani

    Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

    Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

    Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

    Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".