KABARBURSA.COM – Di balik gemerlap remitansi para Pekerja Migran Indonesia (PMI), tersimpan tantangan besar: bagaimana agar mereka yang pulang kampung bisa tetap produktif, mandiri secara ekonomi, dan tidak kembali ke siklus kerja migran?
Jawaban strategisnya datang dari program inklusif Bank Mandiri bertajuk Mandiri Sahabatku, terutama melalui inisiatif Workshop Bapak Asuh yang baru-baru ini digelar di Malang.
Dalam workshop tersebut, lebih dari 200 alumni dan keluarga PMI dari berbagai negara berkumpul bukan untuk sekadar reuni, melainkan untuk satu tujuan besar: menjadi pengusaha di negeri sendiri.
Program ini bukan kegiatan seremonial semata. Sejak 2011, Mandiri Sahabatku telah menjangkau lebih dari 20.000 PMI. Kini, dengan model “bapak asuh”, di mana para pelaku usaha sukses dan praktisi bisnis mendampingi secara langsung, Bank Mandiri naik level dari sekadar pelatihan ke tahap pemberdayaan penuh. Peserta diajak menyusun rencana usaha, memahami pembiayaan, hingga belajar strategi pemasaran digital dari platform seperti TikTok Shop dan Tokopedia.
“Ini bukan sekadar CSR. Ini misi keberlanjutan,” ujar Hendrianto Setiawan, SVP Government Project Bank Mandiri, dalam siaran resminya.
Dan benar saja, program ini bukan berdiri sendiri. Ia menjadi bagian integral dari pilar Sustainability Beyond Banking yang dibangun Bank Mandiri.
Dalam Laporan Keberlanjutan 2024, program inklusi dan literasi keuangan, termasuk Mandiri Sahabatku, menjadi salah satu ujung tombak strategi ESG Mandiri. Tak main-main, lebih dari 3.000 PMI telah menerima edukasi pengelolaan keuangan dari program ini.
Langkah ini juga sejalan dengan target besar perusahaan untuk menciptakan dampak sosial jangka panjang, yang tercermin dalam kontribusi pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), khususnya pengurangan ketimpangan dan penciptaan pekerjaan layak.
Dari Literasi ke Eksekusi: Mandiri dan Visi "Indonesia Maju"
Bukan kebetulan bahwa program ini digelar di tahun peringatan 80 tahun kemerdekaan RI, di mana tema nasional adalah “Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”. Dengan menyasar PMI sebagai subjek utama pemberdayaan, Bank Mandiri mengeksekusi mandat itu secara langsung.
Yang menarik, pendekatan Bank Mandiri tidak hanya mengedepankan pelatihan kewirausahaan, tetapi juga memberikan akses nyata ke sistem perbankan: dari Kredit Usaha Mikro (KUM), Kredit Usaha Rakyat (KUR), hingga penggunaan aplikasi Livin’ by Mandiri dan Livin’ Merchant. Dalam Laporan Keberlanjutan 2024, disebutkan bahwa 69,39 persen pengguna Livin’ Merchant berasal dari area non-urban—indikasi kuat bahwa upaya digitalisasi Mandiri menyentuh basis ekonomi rakyat.
Bahkan dari sisi ekosistem hijau, Bank Mandiri telah menyalurkan lebih dari Rp149 triliun untuk pembiayaan hijau pada 2024, termasuk ke sektor-sektor seperti energi terbarukan dan pengelolaan air. Meski para PMI belum masuk langsung dalam portofolio green financing ini, pendekatan berkelanjutan yang inklusif membuka peluang di masa depan, terutama jika para purna PMI bisa masuk ke sektor agrikultur organik, logistik berkelanjutan, atau bisnis ramah lingkungan lainnya.
Mereka Pulang, dan Membawa Masa Depan
Apa hasil akhirnya? Sejumlah peserta kini mulai merintis usaha kuliner sehat, menjajal bisnis fashion lokal berbasis daring, hingga membuka toko sembako digital dengan sistem keuangan terpadu. Bagi mereka, program ini bukan hanya pelatihan, ini perubahan hidup.
Dalam laporan tahunan, Bank Mandiri menegaskan misinya sebagai “Sustainability Champion for a Better Future.” Tapi program Bapak Asuh menunjukkan bahwa better future itu bukan jargon korporat.
Ia hidup di desa-desa, di balik kios-kios sederhana yang kini dikelola oleh mantan buruh migran yang tidak lagi bermimpi ke luar negeri, karena kini mereka punya alasan kuat untuk tinggal, membangun, dan maju di tanah sendiri. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.