KABARBURSA.COM - Jones Lang LaSalle Inc (JLL) Indonesia mengatakan bahwa aktivitas investasi sektor perhotelan nasional masih sepi dalam tiga bulan pertama atau kuartal I 2024. Namun pergerakan akan bangkit mulai kuartal II 2024.
Yunus Karim, Head of Research JLL, menyampaikan sebuah proyeksi mengenai total investasi ke sektor properti perhotelan di Tanah Air bakal menembus USD265 miliar sekitar Rp4,26 triliun pada 2024.
Melihat kondisi ini, ia menambahkan bahwa investasi sektor properti perhotelan di Indonesia masih kalah dari Thailand, yang membukukan setidaknya satu transaksi pada kuartal I 2024, yaitu untuk Karnmanee Palace Hotel di Bangkok.
"Minat investor dalam dan luar negeri terhadap Indonesia tetap kuat, didukung oleh kuatnya pariwisata dasar Nusantara. Transaksi hotel senilai sekitar USD265 juta diperkirakan terjadi pada 2024 di Indonesia, yang kemungkinan besar dipimpin oleh segmen high end," tuturnya, Selasa, 14 Mei 2024.
Hotel Jakarta-Bali Menggeliat
Namun demikian, JLL mencatat, prospek bisnis perhotelan di Jakarta dan Bali diyakini mulai mendapatkan momentumnya untuk pulih seperti kondisi prapandemi. Ini tercermin dari geliat pergerakan turis yang mengerek tingkat keterisian atau okupansi kamar hotel berbintang.
Dalam laporannya, JLL menjelaskan, pendapatan per tarif kamar yang tersedia atau revenue per availability rate (RevPAR) hotel mewah di Jakarta terus mengalami kenaikan, seiring dengan meningkatnya okupansi yang mengimbangi rerata tarif harian atau average dailiy rate (ADR) yang lebih rendah pada kuartal I 2024.
“Dalam 2 bulan pertama 2024, hampir 320.000 wisatawan internasional berkunjung ke Jakarta, naik 31,7 persen dari periode yang sama tahun lalu. Angka ini mewakili 86 persen dari realisasi pada periode prapandemi,” kata Yunus Karim.
Pada kuartal I 2024, lanjutnya, tingkat ADR hotel mewah mulai turun secara year on year (yoy), tetapi masih dalam kisaran yang melebihi tingkat sebelum pandemi. Hal tersebut memungkinkan tingkat okupansi kamar hotel mencapai hampir 60 persen pada kuartal pertama tahun ini.
Pengunjung domestik masih mendominasi permintaan kamar hotel di Jakarta dan memberikan kontribusi sebesar lebih dari 90 persen tamu hotel berbintang pada Februari.
Adapun, hanya 1 proyek hotel baru yang dibuka di Jakarta pada kuartal I 2024, yaitu Ibis Jakarta Raden Saleh dengan kapasitas 105 kamar. Pada akhir Maret, Jakarta tercatat memiliki sekitar 58.210 kamar hotel.
Hingga akhir tahun ini, diperkirakan terdapat tambahan sebanyak 1.353 kamar hotel baru. Adapun, rerata ADR hotel bintang di Jakarta pada kuartal I 2024 adalah seharga Rp2,41 juta, sedangkan RevPAR pada periode yang sama mencapai Rp1,44 juta.
Selanggam dengan perkembangan bisnis perhotelan di Jakarta, Bali pun mendapatkan momentumnya lantaran lebih dari 874.000 wisatawan internasional mengunjungi Pulau Dewata pada Januari-Februari 2024. Angka itu menyamai tingkat prapandemi.
“Kunjungan wisatawan internasional melalui angkutan udara pada Januari-Februari terus meningkat dan pulih secara bertahap. Di balik peningkatan ini, Dinas Pariwisata Bali memperkirakan 7 juta wisman akan mengunjungi Bali pada 2024,” tutur Yunus.
Australia tetap menjadi penyumbang terbesar kunjungan wisman, yang mewakili 24 persen dari total kunjungan wisatawan mancanegara di Bali; disusul China dengan 10,5 persen.
Pada kuartal I 2024, kinerja hotel-hotel mewah di Bali terus meningkat secara yoy dan mengungguli capaiaan prapandemi dalam hal okupansi dan ADR, seiring dengan terus meningkatnya jumlah hotel wisatawan internasional.
“Empat hotel dibuka pada kuartal I 2024, sehingga menambah 696 kamar hotel di Bali, termasuk 184 kamar dari hotel Meru Sanur. Sebanyak 1.063 suplai kamar hotel baru diharapkan dibuka di Bali sampai dengan akhir 2024,” paparnya.
Pada kuartal I 2024, ketersediaan kamar hotel bintang di Bali tercatat sebanyak 46.671 unit, dengan rerata okupansi sebesar 52,3 persen. Adapun, rerata ADR hotel bintang di Bali periode yang sama adalah seharga Rp9,08 juta, sedangkan RevPAR pada periode yang sama mencapai Rp4,74 juta.
Secara nasional, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat okupansi kamar hotel klasemen bintang di Indonesia pada akhir kuartal I 2024, atau Maret, hanya mencapai 43,41 persen anjlok 2,85 poin secara tahunan atau yoy.
Hotel bintang di Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Bali tercatat mengalami kenaikan okupansi tertinggi, masing-masing naik sebesar 18,35 poin, 15,49 poin, dan 12,70 poin.
Sementara itu, Lampung, DI Yogyakarta, dan Sumatra Barat, justru mencatat penurunan okupansi terdalam, masing-masing sebesar 12,25 poin, 11,80 poin, dan 10,21 poin.
Secara bulanan pun, bisnis perhotelan masih lesu tecermin dari tingkat okupansi yang menurun 6,04 poin Penurunan okupansi kamar hotel bintang secara bulanan terjadi di sebagian besar provinsi.
Data BPS
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat okupansi kamar hotel klasemen bintang di Indonesia pada akhir kuartal I 2024, atau Maret, hanya mencapai 43,41 persen anjlok 2,85 poin secara tahunan atau year on year (yoy).
Hotel bintang di Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Bali tercatat mengalami kenaikan okupansi tertinggi, masing-masing naik sebesar 18,35 poin, 15,49 poin, dan 12,70 poin.
Sementara itu, Lampung, DI Yogyakarta, dan Sumatra Barat, justru mencatat penurunan okupansi terdalam, masing-masing sebesar 12,25 poin, 11,80 poin, dan 10,21 poin.
Secara bulanan pun, bisnis perhotelan masih lesu tecermin dari tingkat okupansi yang menurun 6,04 poin Penurunan okupansi kamar hotel bintang secara bulanan terjadi di sebagian besar provinsi.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.