KABARBURSA.COM - Investor besar telah tercatat melakukan aksi borong saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menjelang proses penggabungan perusahaan ke dalam holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Aviasi dan Pariwisata InJourney. Harga saham GIAA menguat ke Rp52 pada pembukaan sesi Kamis, 18 Juli 2024, naik 1,96 persen hingga akhir sesi pertama hari itu.
Melansir data BloombergNews menunjukkan ada salah satu pemegang saham GIAA yang sudah tancap gas memperbesar kepemilikan pada periode berjalan Juli 2024. Data tersebut mencatat kepemilikan State Street Corp Inc. baru sebesar 18,77 juta lembar pada akhir semester I 2024. Terkini, jumlah saham GIAA yang mereka pegang bertambah menjadi 19,01 juta.
Kementerian BUMN sebelumnya memastikan emiten maskapai penerbangan pelat merah Garuda Indonesia akan bergabung ke dalam Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata, InJourney, dalam waktu dekat. Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan sederet transformasi dalam kurun 5 tahun terakhir. Salah satunya melalui pembentukan holding.
Adapun, langkah terbaru Kementerian BUMN adalah menggabungkan PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero) menjadi PT Angkasa Pura Indonesia atau InJourney Airports. Penggabungan ini dilakukan pada Desember 2023. “Jadi, yang terakhir kami gabungkan adalah AP I dengan AP II di dalam InJourney dan kami juga akan mentransfer Garuda (GIAA) menjadi anak perusahaan InJourney dalam waktu dekat,” ujar Kartika.
Kartika atau akrab disapa Tiko mengatakan masuknya Garuda Indonesia ke dalam InJourney akan memperpanjang daftar perusahaan pelat merah atau BUMN yang bergabung ke dalam klaster atau holding yang dibentuk pemerintah. “Dari tadinya ada BUMN sekitar 110, sekarang kami ada hanya 40-an dan ini akan terus kami kecilkan sehingga secara span of control kami bisa benar-benar mengelola BUMN dengan layer investment holding dan layer operating holding,” pungkasnya.
Dalam perkembangan lain, Kementerian BUMN memproyeksikan Garuda Indonesia akan mengoperasikan sebanyak 98 pesawat sampai dengan akhir 2026. Dari proyeksi tersebut, sebanyak 61 pesawat berjenis B373-8000, kemudian 10 pesawat jenis B777-300, lalu 5 armada A330-900, pesawat A330-300 (kepemilikan) sebanyak 6 armada, selanjutnya 12 pesawat A330-300, dan sisanya pesawat jenis A330-200.
“Garuda Indonesia proyeksikan pertumbuhan alat produksi secara bertahap dengan target hingga 98 armada di akhir tahun 2026,” tulis laporan Kementerian BUMN.
Selain itu, Kementerian BUMN juga merencanakan agar Garuda Indonesia mengoperasikan sebanyak 98 pesawat pada akhir tahun 2026, termasuk berbagai jenis pesawat seperti B737-8000, B777-300, dan A330-900.
Kinerja GIAA 2023
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA), perusahaan penerbangan nasional, mencatatkan pertumbuhan pendapatan usaha konsolidasi sebesar 40 persen pada tahun 2023, mencapai USD2,94 miliar dibandingkan dengan pendapatan tahun sebelumnya sebesar USD2,1 miliar.
Kenaikan ini terutama didorong oleh pendapatan dari penerbangan berjadwal yang meningkat 41 persen year-on-year (yoy) menjadi USD2,37 miliar dari sebelumnya USD1,68 miliar, sejalan dengan pemulihan permintaan penerbangan setelah fase pandemi. Pendapatan dari penerbangan berjadwal penumpang sendiri juga meningkat 52 persen dari tahun sebelumnya menjadi USD2,21 miliar.
Sementara itu, pendapatan dari penerbangan tidak berjadwal tumbuh 65 persen menjadi USD288,03 juta dari USD174,81 juta, dengan pendapatan dari penerbangan haji yang mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 145 persen menjadi USD235,17 juta dari USD92,48 juta pada tahun sebelumnya. Pendapatan lain-lain juga mengalami kenaikan sebesar 15 persen dari tahun 2022, mencapai USD270,58 juta.
Setelah melewati fase yang penuh tantangan di era pandemi beberapa tahun lalu dengan melaksanakan berbagai langkah perbaikan, Garuda Indonesia berhasil membukukan laba tahun berjalan sebesar USD251.996.580 pasca merampungkan restrukturisasi di akhir tahun 2022 lalu.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjelaskan, implementasi aksi strategis korporasi dalam upaya percepatan pemulihan kinerja pascarestrukturisasi dibarengi dengan geliat pergerakan penumpang yang terus tumbuh, diharapkan dapat semakin memperkokoh landasan entitas bisnis Garuda Indonesia secara grup untuk fokus dalam mengoptimalkan pendapatan usaha serta upaya pembukuan laba kinerja perusahaan secara berkelanjutan.
"Sepanjang tahun 2023, Garuda Indonesia Group berhasil mencatatkan kinerja operasional melalui pertumbuhan jumlah angkutan penumpang hingga 34 persen yakni mencapai 19.970.024 penumpang dibandingkan pada periode sebelumnya 14.848.195 penumpang. Dalam capaian tersebut, Garuda Indonesia berhasil mengangkut penumpang sebanyak 8.291.094 dan Citilink sebanyak 11.678.930 penumpang," jelas Irfan.
Lebih lanjut dalam pembukuan kinerja keuangan FY 2023, sejalan dengan perampungan restrukturisasi yang telah dilaksanakan perusahaan di akhir tahun 2022 lalu pascasituasi pandemi di mana terdapat penurunan nilai asset, Garuda Indonesia juga mencatatkan pendapatan lain-lain bersih sebesar USD344,794,114 yang dikontribusikan salah satunya dari penerapan pembalikan penurunan nilai aset non-keuangan (reversal impairment asset) dengan nilai sebesar USD198 juta.
Adapun GIAA catatkan pertumbuhan pendapatan usaha secara group di kuartal I 2024. Pendapatan usaha GIAA naik 18,07 persen menjadi USD711,98 juta di periode Januari-Maret 2024. Kontribusi peningkatan pendapatan usaha tersebut turut didorong oleh pertumbuhan pendapatan pada lini penerbangan berjadwal sebesar 18,19 persen menjadi sebesar USD599,01 juta. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.