Logo
>

JP Morgan Akumulasi Rp692 Miliar, NCKL Menguat ke Rp675

Saham NCKL melonjak ke Rp675 didorong akumulasi asing jumbo, terutama dari JP Morgan, KB Valbury, dan Mirae Asset, dengan volume 33,8 juta lot.

Ditulis oleh Syahrianto
JP Morgan Akumulasi Rp692 Miliar, NCKL Menguat ke Rp675
Ilustrasi: Fasilitas yang dimiliki dan dikelola oleh Trimegah Bangun Persada atau Harita Nickel. (Foto: Dok. TBP Nickel)

KABARBURSA.COM – Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) terpantau menguat signifikan pada perdagangan Rabu, 16 Juli 2025. Hingga pukul 14:27 WIB, harga saham naik 3,85 persen ke level Rp675, setelah sempat dibuka di posisi Rp650 dan menyentuh level tertinggi harian di Rp685.

Seperti dilihat dari data perdagangan Stockbit, volume perdagangan saham Harita Group ini mencapai 33,8 juta lot atau 3,38 miliar saham, dengan nilai transaksi senilai Rp22,57 miliar. 

Lonjakan harga tersebut menjadi penguatan harian tertinggi NCKL dalam dua pekan terakhir, setelah sebelumnya bergerak stagnan di kisaran Rp650–Rp655 selama lima hari berturut-turut.

Kenaikan harga saham NCKL tidak terjadi sendirian. Data broker summary pada Selasa, 15 Juli 2025, menunjukkan akumulasi besar-besaran oleh investor asing, dipimpin oleh J.P. Morgan Sekuritas Indonesia (kode BK) yang memborong saham senilai Rp692,3 miliar, dengan rata-rata harga beli di Rp650.

KB Valbury Sekuritas (CP) menyusul dengan akumulasi Rp642,2 miliar, lalu Mirae Asset Sekuritas Indonesia (YP) sebesar Rp557,5 miliar. 

Kelima broker teratas semuanya tercatat melakukan net buy dalam jumlah besar dengan volume akumulasi yang signifikan terhadap saham Harita Nickel.

Sebaliknya, tekanan jual berasal dari broker seperti SQ, NI, dan CC, namun jumlahnya relatif kecil dibandingkan nilai beli dari top broker. Penjualan terbesar hanya tercatat Rp3,2 miliar, memperlihatkan bahwa kekuatan beli masih mendominasi pasar saham NCKL pada sesi perdagangan hari ini.

Bagaimana Valuasi dan Teknikal Saham Harita Nikel?

Dari sisi valuasi, saham NCKL masih berada dalam zona menarik. Rasio price to earnings (PE) tercatat 6,01 kali secara trailing twelve months (TTM), dengan PE forward sebesar 5,54 kali. Angka ini jauh di bawah rata-rata PE IHSG yang berada di kisaran 7,96 kali, menandakan valuasi yang masih murah.

Earnings yield saham ini mencapai 16,64 persen. Sementara itu, rasio price to book value (PBV) berada di 1,30 kali dan EV/EBITDA sebesar 5,00 kali. Semua indikator ini menguatkan posisi NCKL sebagai saham undervalued di sektor bahan baku, khususnya pertambangan nikel.

Secara teknikal, harga NCKL berhasil menembus zona konsolidasi yang terbentuk sejak awal Juli. Dengan rata-rata harga beberapa hari terakhir di Rp668, posisi saat ini berada di atas rata-rata jangka pendek, membuka ruang penguatan lanjutan ke area psikologis Rp700.

Data historis mendukung tren ini. Saham NCKL sempat turun ke level Rp655 pada 7 Juli dan bertahan selama lima hari tanpa perubahan harga, sebelum akhirnya mengalami breakout pada 16 Juli. Dengan dukungan volume tinggi dan minim distribusi, reli ini mendapat konfirmasi dari sisi teknikal maupun akumulasi broker. (*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.