KABARBURSA.COM - Pada Juni 2024, inflasi Year on Year (yo
- y) di Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mencapai 2,22 persen. Kabupaten Rembang mencatat sebagai daerah penyumbang inflasi tertinggi, yaitu sebesar 2,80 persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng yang dirilis pada 1 Juli 2024, inflasi yoy Jateng di bulan Juni 2024 adalah 2,22 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,14.
Kabupaten Rembang mengalami inflasi tertinggi sebesar 2,80 persen dengan IHK sebesar 108,88, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kabupaten Wonosobo sebesar 2,00 persen dengan IHK sebesar 108,29.
Kenaikan inflasi yoy ini dipicu oleh peningkatan harga pada kelompok pengeluaran sebagai berikut:
- Makanan, minuman, dan tembakau sebesar 4,48 persen;
- Pakaian dan alas kaki sebesar 1,18 persen;
- Perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,17 persen;
- Perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,80 persen;
- Kesehatan sebesar 1,61 persen;
- Transportasi sebesar 1,47 persen;
- Rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,02 persen;
- Pendidikan sebesar 1,87 persen;
- Penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,09 persen; dan
- Perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 4,33 persen.
Sebaliknya, kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks adalah informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,64 persen.
Untuk tingkat deflasi month to month (m-to-m) Provinsi Jawa Tengah pada bulan Juni 2024 tercatat sebesar 0,28 persen, sementara tingkat inflasi year to date (ytd) sebesar 0,79 persen.
Perkembangan Harga Komoditas
Perkembangan harga berbagai komoditas di Jawa Tengah pada Juni 2024 secara yoy menunjukkan adanya kenaikan. Dari hasil pemantauan di sembilan kabupaten/kota, terjadi inflasi yoy sebesar 2,22 persen, atau peningkatan IHK dari 103,83 pada Juni 2023 menjadi 106,14 pada Juni 2024.
Pada bulan Juni 2024, Jateng mengalami deflasi mtom sebesar 0,28 persen dan inflasi ytd sebesar 0,79 persen.
Komoditas yang dominan memberikan kontribusi inflasi yoy pada Juni 2024 antara lain: beras, emas perhiasan, Sigaret Kretek Mesin (SKM), cabai merah, dan gula pasir.
Selain itu nasi dengan lauk, bawang putih, sepeda motor, tempe, minyak goreng, daun bawang, tarif air minum PAM, Sigaret Kretek Tangan (SKT), tahu mentah, mobil, kopi bubuk, dan pisang, akademi/perguruan tinggi, Taman Kanak-kanak, dan Sekolah Dasar juga menyumbang inflasi.
Sementara itu, komoditas yang memberikan kontribusi deflasi yoy antara lain, telur ayam ras, daging ayam ras, telepon seluler, bayam, dan kangkung.
Komoditas yang dominan memberikan kontribusi deflasi m-to-m pada Juni 2024 antara lain: bawang merah, daging ayam ras, telur ayam ras, tomat, bawang putih, bayam, angkutan udara, labu siam/jipang, kangkung, dan gula pasir. Sedangkan komoditas yang memberikan kontribusi inflasi m-to-m antara lain cabai rawit, Sigaret Kretek Mesin (SKM), kentang, tarif kereta api, dan mobil.
Kontribusi Kelompok Pengeluaran
Kelompok pengeluaran yang memberikan kontribusi inflasi yoy pada Juni 2024 meliputi:
- Makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,26 persen,
- Pakaian dan alas kaki sebesar 0,06 persen;
- Perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,02 persen;
- Perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,05 persen;
- Kesehatan sebesar 0,07 persen;
- Transportasi sebesar 0,19 persen;
- Rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,02 persen;
- Pendidikan sebesar 0,12 persen;
- Penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,22 persen; dan
- Perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,26 persen.
Sementara itu, kelompok pengeluaran yang memberikan kontribusi deflasi yoy adalah informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,05 persen.
Daftar Kota dengan Tingkat Inflasi
Berikut adalah daftar kota dengan tingkat inflasi yoy ( persen) dan inflasi m-to-m (persen) berdasarkan data dari BPS Jateng per 1 Juli 2024:
- Cilacap: 2,18 (yoy), -0,23 (m-to-m)
- Purwokerto: 2,04 (yoy), -0,27 (m-to-m)
- Kabupaten Wonosobo: 2,00 (yoy), -0,37 (m-to-m)
- Kabupaten Wonogiri: 2,01 (yoy), -0,41 (m-to-m)
- Kabupaten Rembang: 2,80 (yoy), -0,22 (m-to-m)
- Kudus: 2,37 (yoy), -0,23 (m-to-m)
- Kota Surakarta: 2,51 (yoy), -0,34 (m-to-m)
- Kota Semarang: 2,22 (yoy), -0,26 (m-to-m)
- Kota Tegal: 2,29 (yoy), -0,15 (m-to-m)
- Provinsi: 2,22 (yoy), -0,28 (m-to-m).
PLTGU Jawa-1 Diklaim dapat Mengurangi Emisi Karbon
Pembangkit Listrik Gas Uap (PLTGU) Jawa-1 dengan kapasitas 1.760 megawatt (MW) akan segera beroperasi penuh setelah melewati serangkaian pengujian. PLTGU ini menggunakan bahan bakar gas alam cair, yang diharapkan dapat secara signifikan mengurangi emisi karbon.
PLTGU Jawa-1 dikelola oleh PT Jawa Satu Power (JSP) dengan kepemilikan oleh Pertamina Energi Baru dan Terbarukan (Pertamina NRE) 40 persen, Marubeni 40 persen, dan Sojitz 20 persen.
CEO Pertamina NRE, John Anis, menyatakan bahwa PLTGU Jawa-1 diharapkan dapat menekan emisi karbon sebesar 3,3 juta ton setara CO2 (tCO2e) per tahun.
“Angka ini sangat signifikan untuk berkontribusi pada target net zero emisi. Proyek ini menjadi hasil sinergi strategi BUMN antara Pertamina, PLN, swasta Marubeni dan Sojitz, serta pihak lainnya,” ujar John Anis dalam keterangan tertulis pada Minggu, 31 Maret 2024.
John Anis mengklaim, PLTGU Jawa-1 akan menjadi pembangkit terintegrasi terbesar di Asia Tenggara (ASEAN) yang dilengkapi dengan sistem regasifikasi, mengintegrasikan floating storage and regasification unit (FSRU) dengan unit pembangkit listrik 1760 MW, terdiri dari 2 unit dengan masing-masing kapasitas 880 MW. Unit 2 telah beroperasi komersial sejak Desember 2023.
Proyek ini menghubungkan pasokan gas di Papua dengan kebutuhan listrik di Pulau Jawa dan Bali, dengan keunggulan teknologi terbaru yang membuatnya lebih efisien dan harga jual listriknya lebih kompetitif.
PLTGU Jawa-1 juga dilengkapi dengan kemampuan teknologi black start untuk melakukan self-startup saat jaringan tidak tersedia daya impor.
Dengan menggunakan LNG, PLTGU Jawa-1 ini berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan dibandingkan dengan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara atau BBM. Hal ini sesuai dengan upaya yang dilakukan untuk menurunkan emisi karbon di sektor ketenagalistrikan.
Selain itu, teknologi sistem menara pendingin loop tertutup juga meningkatkan kehandalan dan mengurangi penggunaan air laut dalam operasional pembangkit.
“Tentu, dukungan dari semua pihak sangat diharapkan agar PLTGU Jawa-1 dapat menunjukkan keunggulan operasionalnya dan memberikan manfaat optimal bagi Pertamina dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” pungkas John Anis dengan tegas. (bay/*)