KABARBURSA.COM – PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) tercatat memiliki kapasitas produksi yang berpotensi melampaui kebutuhan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan pemerintah mulai 2025. Perhitungan berbasis data resmi menunjukkan bahwa kapasitas JPFA tidak hanya cukup, tetapi mampu menyuplai hingga beberapa kali lipat kebutuhan MBG.
Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas), proyeksi produksi daging ayam nasional pada 2025 mencapai sekitar 4,2 juta ton karkas. Kebutuhan MBG diperkirakan sebesar 70 ribu ton per tahun, setara 1,66 persen dari total produksi nasional. Angka ini relatif kecil jika dibandingkan dengan konsumsi nasional yang hampir setara dengan produksi domestik.
Dari sisi kapasitas, JPFA mengoperasikan 15 Rumah Potong Ayam (RPA) dengan estimasi output konservatif mencapai 165.564 ton karkas per tahun. Dalam skenario maksimal, kapasitas dapat meningkat hingga 331.128 ton per tahun. Angka tersebut belum mencakup kontribusi dari unit pengolahan PT So Good Food yang memproduksi ayam olahan siap masak, dengan output gabungan ratusan ton per bulan.
Perbandingan langsung menunjukkan bahwa kapasitas konservatif JPFA mampu menutupi kebutuhan MBG hampir 2,36 kali lipat. Jika kapasitas maksimal dioptimalkan, suplai dapat mencapai 4,73 kali lipat dari kebutuhan MBG. Secara nasional, kontribusi JPFA terhadap total produksi berada di kisaran 3,9–7,9 persen.
Di sisi hulu, JPFA memperkuat pasokan dengan 78 breeding farm dan 30 hatchery di Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Lokasi-lokasi ini dipilih dengan mempertimbangkan risiko penyakit yang rendah dan kedekatan dengan jaringan distribusi. Contohnya di Lampung, jarak farm ke jalan raya hanya sekitar 2 kilometer, yang menurut studi industri dapat menurunkan ongkos transportasi DOC hingga 18–24 persen.
Infrastruktur pendukung mencakup lima cold storage di Palembang, Lampung, Tangerang Selatan, Surakarta, dan Mojokerto dengan kapasitas simpan 50–150 ton per unit. Jaringan ini memungkinkan pasokan ayam segar diatur secara regional, mengurangi biaya logistik dan risiko keterlambatan distribusi.
Teknologi juga menjadi bagian dari keunggulan operasional. Penerapan Warehouse Management System (WMS) dan Transportation Management System (TMS) di sejumlah RPA memfasilitasi pelacakan real-time produksi dan distribusi.
Sementara itu, distribusi DOC memanfaatkan sistem Internet of Things (IoT) yang memantau suhu 32–35°C, lokasi, dan waktu tempuh, menjaga tingkat kematian DOC di bawah 1 persen—lebih baik dibanding rata-rata industri 2–3 persen.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Nasrullah, menegaskan bahwa program MBG tidak akan mengganggu pasokan umum karena industri perunggasan nasional berada dalam posisi surplus.
“Program makan bergizi justru akan membantu menyerap surplus produksi dan menstabilkan harga di tingkat peternak,” ujarnya pada konferensi pers di Jakarta, Mei 2025.
Dengan kapasitas yang signifikan, jaringan distribusi yang luas, dan dukungan teknologi pengolahan modern, JPFA memiliki modal kuat untuk menjadi pemasok utama program MBG sekaligus mempertahankan kontribusi penting di pasar nasional. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.