Logo
>

Kemenkeu Soal Jeda Tarif AS: Belum Aman

Jeda sementara dalam kebijakan tarif yang selama ini menjadi pemicu utama kekacauan pasar.

Ditulis oleh Dian Finka
Kemenkeu Soal Jeda Tarif AS: Belum Aman
Ilustrasi Donald Trump. Foto: KabarBursa/Andrew

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menanggapi langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menunda penerapan tarif impor resiprokal terhadap sejumlah negara mitra, termasuk Indonesia yang sebelumnya dikenai bea masuk sebesar 32 persen.

    Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara enggan memberikan tanggapan panjang lebar terkait keputusan tersebut. Ia menegaskan bahwa Indonesia tetap perlu bersikap waspada.

    "Kita lihat gimana reaksi banyak pihak dari berbagai negara," ujar Suahasil kepada wartawan di Kemenko Pangan, Jakarta, Jumat, 11 April 2025.

    Pasar keuangan global mencatat rebound dramatis pada Rabu waktu setempat, atau Kamis dinihari WIB, 10 April 2025, setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara mengejutkan mengumumkan jeda sementara dalam kebijakan tarif yang selama ini menjadi pemicu utama kekacauan pasar. 

    Pernyataan Trump, yang disampaikan pada Rabu sore hari setelah serangkaian tekanan hebat di pasar obligasi dan mata uang, berhasil membalikkan arah pasar secara drastis. 

    S&P 500 mencatat lonjakan harian tertingginya sejak krisis finansial 2008, ditutup melonjak 9,52 persen ke level 5.456,90, sementara Nasdaq meroket 12,16 persen menjadi 17.124,97, dalam kenaikan satu hari terbesar sejak Januari 2001.
     
    Pengumuman Trump menyebutkan bahwa pemerintahan AS akan memberlakukan jeda tarif selama 90 hari untuk banyak negara, meskipun tetap menaikkan bea masuk atas barang-barang dari China menjadi 125 persen. Keputusan ini muncul di tengah kekhawatiran bahwa eskalasi perang dagang yang dimulai awal April akan menyeret perekonomian global ke jurang resesi. 

    Sebelumnya, pasar sempat terpuruk karena rencana menaikkan tarif ke tingkat tertinggi dalam lebih dari satu abad, mendorong aksi jual besar-besaran di pasar obligasi dan dolar AS.
     
    Namun, euforia pasar tidak sepenuhnya menghapus kekhawatiran jangka panjang. Gina Bolvin, Presiden Bolvin Wealth Management Group, mengatakan bahwa pernyataan Trump merupakan “momen krusial yang telah ditunggu-tunggu pasar,” terutama karena bertepatan dengan awal musim laporan keuangan kuartalan. 

    Meski demikian, ia juga menekankan bahwa ketidakpastian tetap menyelimuti pasar terkait arah kebijakan tarif setelah masa 90 hari berakhir. Investor kini dihadapkan pada risiko volatilitas lanjutan, dengan ketegangan perdagangan masih menjadi bayang-bayang utama.

    Kinerja luar biasa di Wall Street turut mengangkat indeks saham global. MSCI All-Country World Index melonjak 5,70 persen ke posisi 785,28. Namun, reli pasar global ini terjadi setelah penurunan tajam di Eropa sebelumnya, di mana indeks STOXX 600 Eropa ditutup turun 3,5 persen, mencerminkan kepanikan investor sebelum pengumuman jeda tarif dari Trump.

    Reaksi Dampak Negatif

    Di Eropa, indeks STOXX 600 ditutup melemah 3,5 persen, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap dampak negatif tarif tersebut. Sektor kesehatan menjadi salah satu yang paling terpukul, terutama setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif tinggi pada produk farmasi impor.

    Di Asia, pasar saham juga mengalami tekanan berat. Indeks Nikkei 225 Jepang turun lebih dari 3 persen akibat kekhawatiran investor terhadap dampak tarif AS yang mulai berlaku. Sementara itu, indeks Hang Seng Hong Kong dan indeks lainnya di kawasan Asia menunjukkan penurunan signifikan, mencerminkan sentimen negatif yang melanda pasar global.

    Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga terdampak oleh sentimen global yang negatif. Sejak awal tahun 2025 hingga April, IHSG telah mengalami penurunan sebesar 8,04 persen, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap kondisi ekonomi global dan dampaknya terhadap pasar domestik.

    Secara keseluruhan, eskalasi perang dagang antara AS dan China telah memberikan dampak signifikan terhadap pasar saham di berbagai belahan dunia, meningkatkan volatilitas, dan menambah ketidakpastian bagi para investor.

    Kekhawatiran Pasar Global

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan penundaan selama 90 hari terhadap kebijakan tarif impor yang sebelumnya sempat memicu kekhawatiran pasar global. Penundaan ini dinilai sebagai langkah strategis untuk membuka ruang negosiasi dan meredakan eskalasi perang dagang, sekaligus memberikan sinyal bahwa pasar saham global, termasuk Asia, memiliki waktu untuk bernapas sejenak.

    Equity Research Analyst MNC Sekuritas, Christian, menjelaskan bahwa meskipun muncul isu bahwa Trump menunda kebijakan tarif untuk mengamankan modal kampanye, ia menilai motivasi utamanya bukan soal politik elektoral, melainkan strategi ekonomi jangka pendek. “Trump dikenal sebagai seorang trader. Ketika ia menyatakan it’s time to buy. itu bukan hanya sekadar retorika, tapi strategi untuk mengambil posisi harga murah sebelum langkah selanjutnya diambil,” ujarnya di acara Bursa Pagi-Pagi di studio Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat, 11 April 2025.

    Trump sebelumnya menetapkan tarif impor terhadap sejumlah produk asal China dan negara lain sebagai bagian dari strategi untuk mengurangi defisit perdagangan Amerika Serikat. 

    Selain itu, tarif juga digunakan sebagai alat tekanan agar negara-negara mitra dagang seperti China bersedia mengubah praktik perdagangan yang dianggap merugikan AS, termasuk isu transfer teknologi dan hak kekayaan intelektual. Dalam pandangan Gedung Putih, kebijakan tarif diposisikan sebagai instrumen tawar-menawar dalam diplomasi dagang yang lebih luas.

    Menurut Chris, penundaan tarif selama 90 hari ini seolah menjadi ajakan untuk para pelaku pasar kembali masuk ke dalam aset berisiko, terutama saham. “Ini bukan soal balikin modal kampanye, tapi lebih ke arah balikin posisi dorong dulu pasar naik, tarik investor masuk, baru atur langkah berikutnya,” tambahnya.

    Dalam jangka pendek, Chris menilai kondisi pasar tidak akan terlalu bergejolak. “Kita bukan sedang menghadapi pasar yang adem, tapi juga bukan roller coaster. Lebih ke mode observasi. Pasar sedang melihat, apa langkah selanjutnya dari AS dan respons negara-negara besar seperti China,” ujarnya.

    Sikap ambigu Trump yang kerap berubah-ubah misal hari ini menyatakan tarif, besok menunda, lusa membuka ruang negosiasi menjadi faktor yang menyebabkan ketidakpastian. Namun, dalam pandangan Chris, penundaan ini juga bisa dimaknai sebagai upaya menurunkan risiko resesi di AS, yang berdasarkan data Polimarket, peluangnya sudah menurun dari 60 persen ke 50 persen.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Dian Finka

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.