KABARBURSA.COM - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menyoroti penyempitan wilayah sungai sebagai penyebab utama banjir besar yang melanda Desa Tugu, Cisarua, Kabupaten Bogor. Wakil Menteri PU, Diana Kusumastuti menjelaskan, penyempitan membuat sungai tak mampu menampung curah hujan tinggi yang mengguyur sejak Minggu, 2 Maret 2025.
"Saya melihat bahwa sungai yang dulunya lebar, sekarang menjadi sempit karena banyak sekali rumah-rumah di bantaran sungai. Air itu tentunya mencari jalannya sendiri, sehingga harapan saya jangan dihuni," ujar Diana dalam keterangan tertulisnya, dikutip Rabu, 5 Maret 2025
Merespons masalah genangan air, Diana menekankan pentingnya langkah-langkah penanganan pascabanjir di wilayah Cisarua. Menurutnya, koordinasi lintas sektoral dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Bogor harus segera dilakukan. Salah satu upaya yang direncanakan adalah relokasi warga yang tinggal di badan sungai guna mencegah kejadian serupa pada masa depan.
Tak hanya pemukiman yang terdampak, banjir juga mengakibatkan kerusakan infrastruktur. Diana melaporkan ada enam jembatan yang putus, termasuk Jembatan Hankam yang merupakan akses utama antara Desa Lewimalang dan Jogjogan.
"Terdapat 6 jembatan yang putus. Saya juga mengimbau dalam membangun jembatan yang menyebrangi aliran air atau sungai, harus terlebih dahulu mendapat rekomendasi teknis dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PU. Saya lihat sungai-sungai ini terhalang oleh konstruksi jembatan," tambahnya.
Selain itu, Diana juga meninjau Bendungan Kering (dry dam) Ciawi yang memiliki peran krusial dalam menahan aliran air sebelum mencapai Jakarta. Bendungan ini dirancang untuk menampung hingga 6,05 juta meter kubik air dengan luas genangan 39,40 hektare dan mampu mengurangi debit banjir sekitar 111,75 meter kubik per detik.
Namun, curah hujan ekstrem yang mengguyur Puncak Bogor pada Minggu (2/3/2025) menyebabkan peningkatan debit air di hulu Sungai Ciliwung, hingga melebihi kapasitas tampung sungai. Akibatnya, air meluap, merendam permukiman, serta merusak beberapa jembatan.
“Intensitas hujan yang tinggi di wilayah Puncak Bogor pada Minggu mengakibatkan debit air di wilayah hulu Sungai Ciliwung terus meningkat sehingga sungai tidak mampu menampung air hingga menggenangi permukiman warga dan merusak beberapa jembatan,” ujarnya.
286 Gardu Listrik Dipadamkan
Hujan deras yang mengguyur wilayah Bekasi, Jawa Barat, sejak beberapa hari terakhir menyebabkan banjir yang semakin meluas. Akibatnya, PT PLN (Persero) terpaksa melakukan pemadaman sementara pada sejumlah gardu listrik guna menjaga keselamatan warga di daerah terdampak.
Pada Selasa, 4 Maret 2025 pukul 09.00 WIB, PLN awalnya menghentikan sementara operasional 147 gardu distribusi. Namun, seiring dengan bertambahnya titik-titik genangan, jumlah gardu yang terkena pemadaman meningkat menjadi 185 unit. Situasi semakin memburuk hingga sore hari, ketika jumlah gardu yang dipadamkan bertambah menjadi 286 unit.
Meski demikian, PLN berhasil menyalakan kembali 101 gardu, sehingga hingga pukul 16.00 WIB, masih ada 185 gardu yang belum beroperasi.
Beberapa wilayah yang terdampak pemadaman listrik akibat banjir ini meliputi Bekasi Timur (Gang Mawar), Kelurahan Teluk Pucung, Perumahan Taman Narogong Indah, Perumahan Kemang Pratama, Kelurahan Rawalumbu, Kelurahan Kalibaru Medan Satria, Kampung Pisangan, Perumahan Taman Kebalen, hingga wilayah Babelan.
PT PLN (Persero) melalui Unit Induk Distribusi Jawa Barat terus memantau kondisi di lapangan dengan mengerahkan 128 petugas yang bertugas memastikan keamanan infrastruktur kelistrikan. Setiap keputusan penyalaan kembali listrik dilakukan secara hati-hati setelah mempertimbangkan keselamatan warga dan memastikan bahwa kondisi telah aman.
Manager Komunikasi PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Jawa Barat Nurmalitasari, menegaskan bahwa pemulihan listrik dilakukan secara bertahap dengan koordinasi intensif bersama pihak berwenang dan masyarakat setempat. Ia juga menyampaikan bahwa PLN akan terus memberikan informasi terkini mengenai perkembangan pemulihan, sembari berupaya melakukan restorasi listrik secepat mungkin.
Dalam situasi seperti ini, PLN mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan mengutamakan keselamatan. Jika menemukan instalasi listrik yang terdampak banjir atau berpotensi membahayakan, warga diminta segera melapor ke PLN agar dapat ditindaklanjuti dengan cepat.
Banjir di Kabupaten Bekasi Meluas
Hingga Rabu pagi, 5 Maret 2025, banjir masih mengepung 24 desa yang tersebar di 13 kecamatan di Kabupaten Bekasi. Air yang menggenangi wilayah ini mencapai ketinggian 40 cm hingga 2 meter, menciptakan 36 titik banjir yang menghambat aktivitas warga dan menimbulkan dampak serius bagi kehidupan sehari-hari.
Melihat kondisi yang semakin parah, Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang langsung menginstruksikan seluruh perangkat daerah untuk bergerak cepat membantu masyarakat yang terdampak. Tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi dikerahkan untuk melakukan evakuasi di beberapa wilayah, menyelamatkan warga yang terjebak di rumah mereka akibat tingginya genangan air.
Selain evakuasi, berbagai instansi pemerintah turut serta dalam upaya tanggap darurat. Dinas Sosial bersama Dinas Kesehatan dan para camat di wilayah terdampak bekerja bahu-membahu untuk memastikan kebutuhan dasar masyarakat tetap terpenuhi. Bantuan logistik seperti makanan siap saji, air bersih, serta perlengkapan darurat lainnya telah disalurkan sejak Selasa malam. Tenda pengungsian juga didirikan untuk menampung warga yang rumahnya sudah tidak bisa ditempati.
Bupati Ade Kuswara menegaskan bahwa upaya pemerintah tidak hanya berhenti pada penanganan darurat. Pemkab Bekasi tengah mengidentifikasi penyebab utama banjir ini, apakah berasal dari kiriman air dari daerah lain atau akibat sistem drainase yang tidak berfungsi dengan baik. Kajian lebih mendalam akan dilakukan untuk mencari solusi jangka panjang agar bencana ini tidak terus berulang setiap musim hujan.
Di tengah situasi darurat ini, pemerintah daerah mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan segera melaporkan kondisi yang membahayakan. Seluruh pihak diharapkan dapat bekerja sama dalam menghadapi bencana ini, sehingga penanganan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efektif.(*)