KABARBURSA.COM - Kondisi keamanan di Bangladesh saat ini tengah memanas dengan perintah tembak di tempat yang dikeluarkan untuk menindak tegas para perusuh. Kerusuhan yang berkepanjangan ini dikhawatirkan akan mengganggu iklim ekonomi negara tersebut, dan tentu saja berdampak pada perusahaan-perusahaan yang beroperasi di sana, termasuk PT Indorama Synthetics Tbk yang memiliki pabrik di Bangladesh.
Data perdagangan antara Indonesia dan Bangladesh pada periode Januari hingga Maret 2023 mencatatkan total nilai sebesar 915,1 juta dolar AS, mengalami penurunan sebesar 15,95 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada periode tersebut, ekspor Indonesia ke Bangladesh tercatat sebesar 889,8 juta dolar AS, sementara impor dari Bangladesh mencapai 25,3 juta dolar AS.
Total perdagangan antara kedua negara sepanjang tahun 2022 mencapai 4 miliar dolar AS. Ekspor Indonesia ke Bangladesh tercatat sebesar 3,8 miliar dolar AS, sedangkan impor dari Bangladesh hanya sebesar 110 juta dolar AS. Hal ini membuat Indonesia menikmati surplus perdagangan yang signifikan sebesar 3,7 miliar dolar AS.
Bangladesh menempati peringkat ke-24 sebagai tujuan ekspor terbesar Indonesia dan ke-68 sebagai asal impor. Komoditas utama yang diekspor Indonesia ke Bangladesh antara lain minyak kelapa sawit, batu bara, semen portland, bubur kayu kimia, dan serat stapel artifisial. Sementara itu, impor utama dari Bangladesh mencakup produk-produk tekstil seperti kaos, benang dari serat jute, setelan wanita dan pria, serta sak dan kantong.
Menurut data dari World Bank, lima komoditas utama yang diimpor Bangladesh adalah minyak bumi olahan senilai 11,3 miliar dolar AS, kapas mentah sebesar 2,9 miliar dolar AS, benang katun murni non-ritel sebesar 1,97 miliar dolar AS, besi tua sebesar 1,86 miliar dolar AS, dan minyak kelapa sawit sebesar 1,77 miliar dolar AS.
Adapun lima negara sumber impor terbesar bagi Bangladesh adalah China dengan nilai 26,8 miliar dolar AS, India sebesar 13,8 miliar dolar AS, Singapura sebesar 4,68 miliar dolar AS, Malaysia sebesar 4,23 miliar dolar AS, dan Indonesia sebesar 3,89 miliar dolar AS.
Profil PT Indorama Synthetics Tbk
PT Indorama Synthetics Tbk didirikan pada 1975 dan memulai kegiatan produksi pada tahun 1976 di sebuah pabrik pemintalan kapas di Purwakarta. Seiring berjalannya waktu, perusahaan terus memperluas bisnisnya dengan memproduksi berbagai jenis benang seperti Benang Pintal dan melakukan diversifikasi ke dalam produksi Benang Polyester Filament, Polyester Staple Fiber, PET Resin, Polyester Chip, dan Kain Polyester Filament.
Produk-produk ini ditujukan untuk pasar global dan diproduksi di pabrik-pabrik yang berlokasi di Purwakarta, Campaka, dan Bandung, Indonesia. Selain itu, perusahaan juga memiliki anak perusahaan di Uzbekistan, Sri Lanka, dan Turki. PT Indorama Synthetics Tbk telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1990.
Mayoritas saham PT Indorama Synthetics Tbk dikuasai oleh Indorama Holdings B.V. yang memiliki 440,24 juta saham atau setara dengan 67,28 persen dari total saham perusahaan. Pemegang saham terbesar kedua adalah PT. Irama Investama dengan 163,60 juta saham atau 25 persen. Selain itu, saham perusahaan juga dimiliki oleh masyarakat non-warkat sebanyak 50,05 juta saham (7,65 persen) dan masyarakat warkat sebanyak 463,37 ribu saham (0,07 persen).
Jumlah pemegang saham PT Indorama Synthetics Tbk mengalami fluktuasi sepanjang tahun 2024. Pada akhir Juni 2024, jumlah pemegang saham tercatat sebanyak 3.141, turun sebanyak 21 pemegang saham dari bulan sebelumnya. Pada Mei 2024, jumlah pemegang saham tercatat sebanyak 3.162, turun sebanyak 42 pemegang saham dari April yang tercatat sebanyak 3.204.
Pada akhir Maret 2024, jumlah pemegang saham mencapai 3.271, yang menunjukkan penurunan sebanyak 109 pemegang saham dari bulan sebelumnya. Jumlah pemegang saham pada Februari 2024 adalah 3.380, turun 74 pemegang saham dari Januari yang tercatat sebanyak 3.454.
Kinerja PT Indorama Synthetics Tbk
Merujuk pada data Stockbit, kinerja keuangan perusahaan dengan kode emiten INDR ini tampaknya tidak begitu memuaskan pada awal tahun 2024. Pada kuartal pertama 2024, perusahaan mencatatkan rugi bersih sebesar Rp120 miliar, jauh lebih buruk dibandingkan dengan laba bersih sebesar Rp992 miliar pada kuartal pertama 2023 dan Rp488 miliar pada periode yang sama tahun 2022.
Secara keseluruhan, pada 2023, perusahaan mencatatkan rugi bersih sebesar Rp630 miliar. Sedangkan pada 2022, perusahaan masih mencatatkan laba bersih sebesar Rp663 miliar. Total rugi bersih PT Indorama Synthetics Tbk pada periode 12 bulan terakhir (Trailing Twelve Months atau TTM) hingga kuartal pertama 2024 mencapai Rp751 miliar.
Valuasi dan Rasio Keuangan
Valuasi saham INDR menunjukkan rasio PE (Price to Earnings) yang negatif, baik secara tahunan maupun TTM, masing-masing sebesar -3,67 dan -2,35. Hal ini mencerminkan kondisi perusahaan yang merugi dalam beberapa periode terakhir.
Rasio harga terhadap penjualan (Price to Sales) TTM sebesar 0,14 dan rasio harga terhadap nilai buku (Price to Book Value) sebesar 0,28 menunjukkan bahwa saham perusahaan diperdagangkan dengan harga yang relatif rendah dibandingkan dengan nilai buku dan penjualannya.
Solvabilitas dan Profitabilitas
Dalam hal solvabilitas, rasio lancar (Current Ratio) kuartalan INDR sebesar 1,03 menunjukkan bahwa perusahaan masih mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Namun, rasio cepat (Quick Ratio) yang hanya sebesar 0,46 menandakan adanya kekhawatiran dalam likuiditas jangka pendek perusahaan. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) kuartalan sebesar 0,29 menunjukkan struktur permodalan yang relatif sehat.
Profitabilitas perusahaan juga menunjukkan angka negatif, dengan Return on Assets (ROA) TTM sebesar -5,93 persen dan Return on Equity (ROE) TTM sebesar -11,73 persen. Margin laba kotor (Gross Profit Margin) kuartalan sebesar -0,42 persen, margin laba operasi (Operating Profit Margin) sebesar -3,05 persen, dan margin laba bersih (Net Profit Margin) sebesar -3,44 persen mengindikasikan kinerja operasional yang tidak menguntungkan.
Dividen
Meskipun kinerja keuangan yang kurang memuaskan, INDR masih memberikan dividen sebesar Rp240 per saham untuk periode TTM, dengan rasio pembayaran (Payout Ratio) sebesar -32,60 persen dan hasil dividen (Dividend Yield) sebesar 8,89 persen. Tanggal ex-dividend terakhir adalah 11 Juli 2023.
Arus Kas
Kinerja arus kas INDRmencerminkan berbagai dinamika keuangan perusahaan dalam beberapa periode terakhir. Total arus kas dari operasi (Cash From Operations) selama 12 bulan terakhir (TTM) tercatat sebesar Rp422 miliar, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dari aktivitas operasionalnya.
Namun, arus kas dari investasi (Cash From Investing) TTM menunjukkan angka negatif sebesar Rp293 miliar, yang mencerminkan pengeluaran perusahaan untuk investasi. Ini termasuk pembelian aset tetap dan investasi jangka panjang lainnya. Selain itu, arus kas dari pembiayaan (Cash From Financing) TTM juga menunjukkan angka negatif sebesar Rp436 miliar, mengindikasikan pembayaran utang dan dividen serta kegiatan pembiayaan lainnya.
Pengeluaran modal (Capital Expenditure) TTM sebesar Rp288 miliar menunjukkan investasi perusahaan dalam aset tetap dan infrastruktur. Akibatnya, arus kas bebas (Free Cash Flow) TTM hanya mencapai Rp134 miliar, yang merupakan selisih antara arus kas operasi dengan arus kas investasi dan pengeluaran modal.
Pertumbuhan
Dalam hal pertumbuhan, PT Indorama Synthetics Tbk mencatatkan peningkatan pendapatan (Revenue) pada kuartal tahunan (Year-over-Year atau YoY) sebesar 13,73 persen. Pertumbuhan ini juga terlihat pada pendapatan tahun berjalan (YTD YoY Growth) dengan angka yang sama sebesar 13,73 persen. Namun, secara tahunan, pertumbuhan pendapatan (Annual YoY Growth) menunjukkan penurunan sebesar 16,90 persen.
Sementara itu, laba bersih (Net Income) perusahaan menunjukkan penurunan yang signifikan. Pada kuartal tahunan, laba bersih mencatat penurunan sebesar 12.242,86 persen. Penurunan ini juga tercermin pada laba bersih tahun berjalan dan tahunan masing-masing sebesar 12.242,86 persen dan 194,99 persen.
Kinerja Saham
Kinerja harga saham PT Indorama Synthetics Tbk menunjukkan fluktuasi yang signifikan. Dalam periode satu minggu terakhir, harga saham mencatatkan penurunan sebesar 3,57 persen. Penurunan harga saham lebih tajam terlihat dalam periode satu bulan terakhir dengan angka 4,93 persen dan dalam tiga bulan terakhir sebesar 20,59 persen. Dalam enam bulan terakhir, harga saham turun sebesar 12,05 persen.
Kinerja tahunan harga saham juga mencerminkan penurunan yang signifikan. Dalam satu tahun terakhir, harga saham mencatat penurunan sebesar 36,62 persen, sementara dalam tiga tahun terakhir turun sebesar 31,12 persen. Dalam periode lima tahun, harga saham mengalami penurunan sebesar 44,33 persen, meskipun dalam sepuluh tahun terakhir, harga saham mencatatkan peningkatan sebesar 237,50 persen.(pin/*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.