Logo
>

Keserakahan vs Ketakutan bikin Wall Street Labil

Ditulis oleh KabarBursa.com
Keserakahan vs Ketakutan bikin Wall Street Labil

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Keserakahan telah mengalahkan ketakutan di Wall Street. Meski guncangan pasar dalam beberapa pekan terakhir tampak hanya sekejap dalam grafik harga jangka panjang, kekalahan musim panas ini menjadi simbol ekstrem dari tren yang membentuk keuangan modern: guncangan pasar yang kian sering terjadi tanpa peringatan.

    Dalam sekejap, volatilitas yang meletus mereda, S&P 500 membukukan kenaikan mingguan terbesar sejak November, junk bond melonjak, dan imbal hasil Treasury kembali stabil.

    Menurut UBS Group AG, "pengukur ketakutan" Wall Street baru saja mencatat dua rekor: kenaikan tercepat sebesar 25 poin atau lebih, dan pemulihan tercepat dari lonjakan tersebut.

    Pembalikan arah pasar adalah mimpi buruk bagi siapa pun yang berusaha menjelaskan pergerakan pasar. Apakah pemicunya bersifat teknis, atau sesuatu yang lebih menakutkan seperti kegagalan kebijakan Federal Reserve dan kejatuhan AI yang diantisipasi?

    Di tengah pasar yang berayun cepat antara euforia dan keputusasaan, kelompok trader dengan leverage tinggi terus mendorong volatilitas.

    Kerapuhan pasar semakin nyata ketika posisi populer seperti carry trade yen tiba-tiba berbalik dan menyebar lintas batas, menciptakan kekacauan di seluruh pasar. Saksena dari BofA menilai, kecepatan pembalikan harga semakin memperkuat pandangannya tentang kerapuhan pasar yang meningkat dalam 15 tahun terakhir.

    Dari Bitcoin hingga Nikkei 225, semuanya mengalami guncangan, mencerminkan bagaimana ketidakseimbangan ekstrem antara penawaran dan permintaan dapat mengganggu pasar global.

    Pada minggu ini, pasar mencatat reli gabungan terbesar di 2024, dengan saham, obligasi, dan kredit melonjak serentak. S&P 500 naik 3,9 persen, mengakhiri penurunan selama empat minggu berturut-turut. Emas menembus USD2.500 untuk pertama kalinya, sementara VIX jatuh di bawah 15 setelah mencapai puncaknya di atas 65.

    Serangkaian data ekonomi mendorong trader untuk mengkalibrasi ulang taruhan mereka terhadap Fed, dengan prospek pemangkasan suku bunga mulai September.

    Perhatian kini beralih ke simposium Jackson Hole untuk mendapatkan petunjuk dari Ketua Fed, Jerome Powell.

    Katerina Simonetti dari Morgan Stanley Wealth Management menjelaskan, “Pasar tidak lagi hanya fokus pada suku bunga dan inflasi. Kini, perhatian beralih pada pendapatan, perlambatan ekonomi, dan volatilitas.”

    Dengan kemungkinan penurunan suku bunga oleh Fed, investor kembali takut kehilangan peluang di sektor-sektor berisiko. Sentimen yang berpotensi bergerak kembali ke level euforia menciptakan peluang lebih besar untuk guncangan pasar berikutnya. Pasar semakin rapuh.

    Pasar saham Amerika Serikat terguncang hebat pada hari Senin, mengikuti jejak kejatuhan yang sebelumnya terjadi di Eropa dan Asia. Kekhawatiran bahwa ekonomi AS sedang menuju perlambatan semakin kuat, memperburuk sentimen global.

    Nasdaq yang didominasi saham teknologi sempat terjun bebas 6,3 persen di awal perdagangan, sebelum mampu memangkas sebagian kerugiannya pada tengah hari. Indeks saham utama AS lainnya juga mencatat penurunan tajam, sementara pasar Eropa dan Asia terkoreksi signifikan, dengan indeks Nikkei 225 Jepang terperosok hingga 12,4 persen.

    Guncangan ini bermula dari data pekerjaan AS yang mengecewakan pada Jumat lalu, memicu ketakutan atas daya tahan ekonomi terbesar dunia.

    Di sisi lain, Federal Reserve AS memutuskan untuk tidak menurunkan suku bunga, berbeda dengan kebijakan bank sentral lainnya seperti Bank of England yang telah memangkas suku bunga guna mendorong pertumbuhan.

    Tambahan tekanan datang dari kekhawatiran bahwa valuasi saham teknologi besar, khususnya yang berinvestasi masif dalam kecerdasan buatan (AI), telah melambung terlalu tinggi dan kini menghadapi risiko penyesuaian harga.

    Intel, raksasa pembuat chip, pekan lalu mengumumkan PHK besar-besaran dan hasil keuangan yang mengecewakan, sementara ada spekulasi bahwa Nvidia, pesaing utama di pasar chip AI, mungkin menunda peluncuran produk terbarunya.

    Pada akhir sesi perdagangan di New York, indeks Dow Jones, yang mencakup 30 perusahaan terbesar di AS, ditutup melemah 2,6 persen, meski sempat memangkas sebagian kerugiannya.

    Nasdaq berakhir turun 3,4 persen, sementara S&P 500 kehilangan 3 persen nilainya. Saham-saham teknologi raksasa terpukul keras, dengan Nvidia anjlok 6,3 persen, Amazon turun 4,1 persen, dan Apple tergerus 4,8 persen.

    Di Eropa, indeks CAC-40 Paris memangkas kerugian sebelumnya namun tetap berakhir 1,4 persen lebih rendah, sementara DAX Frankfurt dan FTSE 100 di Inggris masing-masing turun sekitar 2 persen.

    Keraguan Terhadap Ekonomi AS

    Kemerosotan pasar ini bermula pada hari Jumat, setelah data pekerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan memicu spekulasi tentang perlambatan ekonomi. Pada bulan Juli, hanya 114.000 pekerjaan baru yang tercipta, jauh di bawah ekspektasi, sementara tingkat pengangguran naik dari 4,1 persen menjadi 4,3 persen.

    Angka-angka ini menimbulkan kekhawatiran bahwa periode panjang ekspansi lapangan kerja di AS mungkin mendekati akhir. Ketidakpastian juga membayangi soal kapan dan seberapa besar Federal Reserve akan memangkas suku bunga.

    Simon French, kepala ekonom di Panmure Liberum, menyatakan bahwa belum jelas apakah angka pekerjaan tersebut hanya anomali akibat Badai Beryl — badai Kategori 5 yang menghantam Pantai Teluk AS pada Juli — atau ini merupakan tanda awal bahwa perusahaan mulai mengerem laju perekrutan.

    Meski begitu, data terbaru menunjukkan ekonomi AS tumbuh pada laju tahunan 2,8 persen dalam tiga bulan hingga Juni, jauh lebih kuat dibandingkan sebagian besar negara maju lainnya.

    Apakah AS Menuju Resesi?

    Kelemahan dalam data pekerjaan AS menimbulkan tanda tanya besar. Shanti Kelemen, kepala investasi di M&G Wealth, kepada BBC Today menyatakan bahwa sulit memprediksi apakah AS benar-benar menuju resesi. "Anda bisa memilih data untuk mendukung narasi positif, tetapi ada pula data yang bisa menegaskan cerita negatif," katanya. "Saya tidak berpikir arah ini mutlak."

    Gejolak pasar AS pun menyebar ke seluruh dunia, dengan kekhawatiran bahwa penularan akan berdampak lebih luas. Di Asia, Nikkei terpuruk, sementara pasar saham di Taiwan, Korea Selatan, India, Australia, Hong Kong, dan Shanghai juga terkoreksi antara 1,4 persen hingga 8 persen pada hari Senin.

    Masalah di Jepang sebagian dipicu oleh penguatan yen terhadap dolar AS, setelah Bank Jepang menaikkan suku bunga pekan lalu. Hal ini membuat saham di Tokyo dan barang-barang Jepang menjadi lebih mahal bagi investor serta pembeli asing. Sementara itu, inflasi di Jepang naik lebih dari ekspektasi pada bulan Juni, dan ekonomi negara tersebut menyusut dalam tiga bulan pertama tahun ini.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi