Logo
>

Keuangan TLKM 1Q25 Melemah, Sinyal Waspada Investor?

tampak dinamika pasar yang cukup menarik dan layak dicermati oleh para investor, baik jangka pendek maupun panjang.

Ditulis oleh Yunila Wati
Keuangan TLKM 1Q25 Melemah, Sinyal Waspada Investor?
Ilustrasi PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM). Foto: Gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com

KABARBURSA.COM - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), membuka tahun 2025 dengan performa keuangan yang mengalami tekanan. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis untuk periode berakhir 31 Maret 2025, terlihat bahwa Telkom harus menghadapi penurunan laba bersih sebesar 3,97 persen secara tahunan. 

Laba bersih yang berhasil dibukukan salah satu emiten BUMN andalan di sektor telekomunikasi ini hanya mencapai Rp5,81 triliun, lebih rendah dari Rp6,05 triliun pada Kuartal I-2024.

Tekanan terhadap profitabilitas Telkom ini juga sejalan dengan penurunan pendapatan. Pada tiga bulan pertama tahun ini, pendapatan konsolidasi TLKM turun 2,11 persen menjadi Rp36,64 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp37,43 triliun. 

Ini menjadi sinyal bahwa persaingan di industri telekomunikasi masih ketat, sementara biaya operasional yang terus meningkat turut menggerus kinerja bottom line perseroan.

Laba usaha Telkom juga ikut tergerus hingga 4,72 persen menjadi Rp10,49 triliun. Penyebab utamanya adalah beban yang meningkat di berbagai lini, mulai dari beban karyawan hingga beban interkoneksi dan administrasi. 

Meskipun dari sisi revenue Telkom masih mampu menjaga posisinya di pasar, beban-beban tersebut menunjukkan pentingnya efisiensi operasional sebagai fokus perusahaan dalam jangka menengah.

Laba sebelum pajak juga mencatat penurunan sebesar 5,42 persen menjadi Rp9,59 triliun. Setelah dikurangi beban pajak penghasilan sebesar Rp1,99 triliun, laba periode berjalan tercatat Rp7,6 triliun—menyusut 2,81 persen secara tahunan. 

Jumlah ini menunjukkan bahwa kendati tekanan cukup besar, Telkom masih mampu menjaga kestabilan profit di tengah berbagai tantangan.

Menariknya, dari sisi neraca, TLKM justru mencatat peningkatan ekuitas sebesar 4,81 persen menjadi Rp170,3 triliun dibandingkan akhir tahun 2024. Ini mengindikasikan bahwa secara struktur modal, Telkom masih solid dan tetap tumbuh. 

Hal positif juga terlihat dari sisi liabilitas yang berhasil ditekan sebesar 5,79 persen menjadi Rp129,24 triliun, walaupun mayoritas masih berasal dari kewajiban jangka pendek.

Total aset Telkom per akhir Maret 2025 tercatat Rp299,54 triliun—relatif stabil dengan penurunan tipis 0,05 persen dibanding akhir 2024. Sementara itu, posisi kas dan setara kas Telkom justru meningkat menjadi Rp34,41 triliun, tumbuh 1,47 persen dari posisi sebelumnya di Rp33,91 triliun. 

Hal ini tidak terlepas dari membaiknya arus kas dari aktivitas operasional yang tumbuh 6 persen menjadi Rp16,78 triliun, dibandingkan Rp15,83 triliun pada kuartal pertama tahun lalu.

Secara keseluruhan, meskipun Telkom harus menghadapi penurunan laba akibat tekanan beban yang tinggi, perusahaan masih mencatatkan fundamental yang cukup sehat dari sisi neraca dan arus kas. Dengan posisi keuangan yang tetap kuat dan likuiditas yang terjaga, Telkom memiliki peluang besar untuk memperbaiki kinerja di kuartal-kuartal mendatang. 

Bagi investor jangka panjang, saham TLKM masih menjadi salah satu pilihan menarik di sektor telekomunikasi yang memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang dan prospek pemulihan profitabilitas jika efisiensi operasional berhasil ditingkatkan.

Sinyal Waspada bagi Investor?

PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) kembali menjadi sorotan di awal 2025. Dalam laporan keuangan terbarunya untuk periode yang berakhir pada Maret 2025, Telkom mencatatkan beberapa dinamika penting dalam performa keuangannya. Laba bersih perusahaan tercatat sebesar Rp5,81 triliun, mengalami penurunan sekitar 4 persen secara tahunan. 

Namun, penurunan ini bukan berarti sinyal bahaya bagi investor. Sebaliknya, ada banyak hal menarik yang justru memperlihatkan kekuatan fundamental TLKM dalam menghadapi tekanan bisnis dan menjaga keberlanjutan operasionalnya.

Sumber Stockbit.
Meskipun margin laba bersih turun menjadi 15,86 persen, dan EBITDA terkoreksi hingga 10,81 persen menjadi Rp16,07 triliun, Telkom justru mencetak pertumbuhan signifikan dalam free cash flow. Angka ini melonjak tajam hingga 44,4 persen menjadi Rp7,40 triliun. 

Ini adalah sinyal kuat bahwa secara operasional, Telkom tetap mencetak kas yang sehat dan memiliki ruang leluasa untuk berinvestasi atau membayar dividen.

Arus kas dari aktivitas operasional TLKM mencapai Rp16,78 triliun, naik hampir 6 persen dibanding tahun sebelumnya. Ini menunjukkan efisiensi pengelolaan operasional yang mulai membuahkan hasil, meskipun arus kas dari investasi masih negatif Rp6,52 triliun, sejalan dengan strategi ekspansi dan digitalisasi yang sedang dijalankan. 

Di sisi lain, arus kas dari aktivitas pendanaan berada pada posisi minus Rp9,92 triliun, yang mengindikasikan adanya pembayaran kewajiban atau dividen dalam jumlah besar.

Dari sisi neraca, Telkom tetap tangguh. Total aset mencapai Rp299,55 triliun atau tumbuh 4 persen year-on-year. Kas dan setara kas juga meningkat pesat menjadi Rp35,71 triliun, mencatat kenaikan lebih dari 16 persen. Ini berarti, perusahaan memiliki bantalan likuiditas yang kuat untuk mengantisipasi dinamika ekonomi maupun peluang investasi baru. 

Liabilitas perusahaan naik sedikit menjadi Rp129,24 triliun, namun masih dalam koridor yang sehat karena total ekuitas juga meningkat menjadi Rp170,3 triliun. Dengan rasio price to book sebesar 1,77, valuasi TLKM terbilang masih cukup wajar bagi investor jangka panjang yang mencari kestabilan.

Dalam hal efisiensi dan profitabilitas, return on assets Telkom tercatat di level 8,42 persen dan return on capital di angka 10,54 persen. Meskipun terjadi sedikit tekanan pada laba bersih dan EPS yang kini berada di posisi Rp58,65 atau turun 4 persen, investor tetap dapat melihat kekuatan bisnis TLKM dari pertumbuhan arus kas dan penguatan ekuitas.

Keseluruhan laporan ini menunjukkan bahwa Telkom sedang menjalani fase transisi yang sehat. Perusahaan sedang bergerak menuju bisnis digital yang lebih kompleks dan bernilai tinggi, sembari tetap menjaga kinerja operasional dan fundamental yang solid. 

Penurunan laba bersih yang terjadi bukan disebabkan oleh pendapatan yang anjlok, melainkan oleh beban yang meningkat sementara sebagai bagian dari langkah investasi masa depan.

Bagi investor, kondisi ini justru membuka peluang untuk masuk di valuasi menarik, apalagi dengan kekuatan kas, stabilitas neraca, dan arus kas bebas yang terus bertumbuh. 

Telkom tidak hanya fokus pada hasil jangka pendek, tapi juga membangun pondasi kuat untuk tetap relevan dan kompetitif dalam era digital yang terus berkembang.

Tren Dividen Sempurna

Dividen PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) terus menjadi magnet utama bagi investor yang mencari pendapatan pasif dari saham BUMN unggulan. Dengan konsistensi dalam membagikan dividen setiap tahunnya, Telkom memperlihatkan komitmen tinggi terhadap pemegang saham, sekaligus menunjukkan kestabilan keuangan jangka panjang. 

Tahun lalu, TLKM kembali menetapkan dividen sebesar Rp178,50 per saham untuk periode buku 2023, yang akan dibayarkan pada 30 Mei 2024, dengan tanggal ex-date pada 16 Mei 2024. 

Sumber: Stockbit.
Nilai ini bukan hanya lebih tinggi dibandingkan dengan dividen tahun lalu yang sebesar Rp167,60 per saham, tetapi juga menghasilkan dividend yield yang menarik di kisaran 6,66 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan bunga deposito rata-rata bank umum, menjadikan saham TLKM sangat kompetitif untuk investor berorientasi dividen.

Jika ditelusuri ke belakang, tren pembagian dividen TLKM menunjukkan kecenderungan naik setiap tahunnya. Pada 2021, dividen dibagikan sebesar Rp149,97, kemudian meningkat menjadi Rp168,01 di tahun 2020, dan Rp154,07 pada tahun sebelumnya. Dengan catatan stabil seperti ini, Telkom bisa dikatakan sebagai salah satu dividend darling di pasar modal Indonesia. 

Payout ratio Telkom juga berada di level sehat, yakni 76,09 persen. Artinya, mayoritas laba bersih dialokasikan untuk pemegang saham, tanpa mengorbankan ruang bagi investasi bisnis atau kebutuhan ekspansi. 

Ini penting karena menunjukkan manajemen Telkom mampu menjaga keseimbangan antara menjaga daya tarik investor dan pertumbuhan jangka panjang.

Yang menarik dari dividen TLKM adalah bukan sekadar nominal besar atau yield tinggi, tetapi juga kepastian. Telkom hampir tak pernah absen dalam membagikan dividen, bahkan di masa pandemi atau kondisi ekonomi yang penuh tantangan. 

Stabilitas ini penting, terutama bagi investor institusi maupun ritel yang menjadikan dividen sebagai sumber pendapatan tetap. Selain itu, pembagian dividen ini juga merefleksikan kepercayaan manajemen terhadap arus kas perusahaan, yang terbukti tetap solid dari tahun ke tahun.

Di sisi lain, momentum pembagian dividen juga sering kali menjadi katalis positif bagi harga saham Telkom. Investor yang memburu dividend capture cenderung masuk ke saham ini menjelang tanggal cum-dividend, sehingga turut mendorong likuiditas dan sentimen positif di pasar. 

Tidak sedikit pula investor jangka panjang yang memegang TLKM sebagai bagian dari strategi income investing, mengandalkan dividen sebagai pemasukan berkala tanpa perlu sering melakukan jual-beli saham.

Dengan semua indikator ini, TLKM tetap menjadi salah satu pilihan terbaik di Bursa Efek Indonesia untuk investor yang mengutamakan kombinasi antara capital gain dan dividen rutin. 

Ke depan, selama kinerja operasional tetap terjaga dan strategi digitalisasi Telkom terus menunjukkan hasil, peluang kenaikan dividen di masa depan tetap terbuka lebar. Bagi investor yang mencari stabilitas di tengah gejolak pasar, dividen Telkom adalah alasan kuat untuk terus memegang saham ini dalam portofolio.

Waktunya Beli Saham TLKM?

Dari analisis teknikal saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dalam sepekan terakhir, tampak dinamika pasar yang cukup menarik dan layak dicermati oleh para investor, baik jangka pendek maupun panjang. 

Berdasarkan pembacaan indikator hingga 2 Mei 2025 pukul 12:05 GMT, sinyal-sinyal pasar memperlihatkan kecenderungan positif, terutama dari sisi indikator teknikal, meski pergerakan harga terhadap rata-rata pergerakan (moving average) masih menunjukkan hasil yang netral.

Secara umum, rangkuman indikator teknikal berada dalam posisi “Sangat Beli”. Hal ini diperkuat oleh enam indikator yang memberikan sinyal beli, satu indikator jual, dan dua lainnya berada di zona netral. 

Salah satu indikator paling mencolok adalah Stochastic RSI yang menunjukkan level 100, sebuah sinyal bahwa saham TLKM saat ini berada dalam kondisi overbought. Meskipun demikian, kondisi beli berlebih ini justru mencerminkan adanya tekanan beli yang masih kuat dan kemungkinan tren naik belum sepenuhnya usai.

Begitu pula dengan indikator Williams %R yang juga berada di zona overbought di level -10, dan CCI (Commodity Channel Index) yang mendekati angka 90,6, turut menegaskan bahwa sentimen pasar terhadap saham TLKM masih sangat positif. 

Bahkan indikator ROC (Rate of Change) dan Ultimate Oscillator juga sejalan dalam memberikan sinyal beli, menandakan bahwa momentum masih cukup kuat untuk mendorong harga ke level yang lebih tinggi.

Namun, sinyal dari MACD (Moving Average Convergence Divergence) sedikit memberi nada kehati-hatian, karena saat ini MACD TLKM berada di angka -82,6, yang merupakan sinyal jual. Hal ini mengindikasikan adanya potensi tekanan harga dalam jangka pendek, meski belum cukup kuat untuk membalikkan tren secara keseluruhan. 

Sementara itu, ADX yang berada di angka 38,8 menunjukkan bahwa kekuatan tren masih solid, tetapi belum mencapai level ekstrem. Artinya, pasar masih memungkinkan bergerak ke arah tren yang sama dalam beberapa hari mendatang, selama tidak ada tekanan negatif yang signifikan.

Dari sisi volatilitas, Average True Range (ATR) berada di angka 209,2, yang menandakan volatilitas harga TLKM tergolong tinggi. Bagi trader harian, kondisi ini tentu sangat menarik karena memberikan banyak peluang untuk aksi jangka pendek, sementara investor jangka menengah dan panjang harus lebih cermat dalam menata posisi.

Sementara itu, dari perspektif moving average, TLKM berada di titik netral. Enam moving average memberikan sinyal beli, sementara enam lainnya memberi sinyal jual. Harga TLKM saat ini masih berada di atas MA jangka pendek (MA5, MA10, dan MA20), yang memberi sinyal positif untuk momentum jangka pendek. 

Namun seiring dengan naiknya horizon waktu, seperti MA50, MA100, dan MA200, harga masih berada di bawah level rerata tersebut, sehingga menggambarkan tantangan di tren jangka menengah hingga panjang.

Analisis pivot point menunjukkan bahwa level pivot utama berada di kisaran Rp2.587, dan harga saham saat ini berada sangat dekat dengan titik tersebut. Jika mampu menembus level resistance berikutnya di area Rp2.664 dan Rp2.727, maka TLKM berpeluang kembali menguji area Rp2.800-an. 

Namun jika tekanan jual muncul, maka support di Rp2.524 dan Rp2.447 akan menjadi area penting untuk dipantau, sebagai bantalan teknikal sebelum potensi koreksi lebih dalam.

Secara keseluruhan, TLKM dalam seminggu terakhir menunjukkan kecenderungan teknikal yang cukup optimistis. Meski sinyal dari moving average masih terbagi, kekuatan dari indikator teknikal memberikan gambaran bahwa investor masih melihat peluang positif dari pergerakan saham ini. 

Dengan volatilitas yang tinggi dan sentimen beli yang tetap dominan, TLKM layak untuk terus dimonitor terutama bagi investor yang menimbang momentum teknikal dalam strategi portofolionya. Untuk jangka pendek, potensi profit masih terbuka, sementara jangka panjang tetap memerlukan dukungan fundamental yang lebih kuat agar tren bisa berlanjut secara konsisten.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79