Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Erwin Haryono, menyatakan bahwa posisi KFLN Indonesia menurun meskipun aliran masuk modal asing pada investasi langsung tetap solid. Pada akhir kuartal I-2024, KFLN Indonesia turun 0,8 persen quarter-on-quarter (qtq) menjadi 738,7 miliar dolar AS dari 745,1 miliar dolar AS pada akhir kuartal IV-2023.
Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk tetap terjaganya aliran masuk modal asing pada investasi langsung, yang mencerminkan optimisme investor terhadap prospek ekonomi domestik. Namun, terdapat aliran keluar investasi portofolio dalam bentuk surat utang domestik seiring meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global, serta penguatan nilai tukar dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk rupiah.
Posisi AFLN Indonesia meningkat karena peningkatan investasi penduduk pada berbagai instrumen finansial luar negeri. Posisi AFLN pada akhir kuartal I-2024 tercatat sebesar 485,7 miliar dolar AS, naik 0,4 persen (qtq) dari 483,9 miliar dolar AS pada akhir kuartal IV-2023.
Peningkatan terbesar terjadi pada aset investasi lainnya dalam bentuk simpanan dan piutang usaha, meskipun penguatan nilai tukar dolar AS terhadap mayoritas mata uang global menahan peningkatan posisi AFLN lebih lanjut.
BI melihat perkembangan PII Indonesia pada kuartal I-2024 tetap terjaga dan mendukung ketahanan eksternal, yang tercermin dari rasio PII terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 18,4 persen, lebih rendah dari 19 persen pada kuartal IV-2023.
Struktur kewajiban PII Indonesia juga didominasi oleh instrumen berjangka panjang (93,6 persen), terutama dalam bentuk investasi langsung.
Ke depan, BI akan terus mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek PII Indonesia.
BI juga akan memperkuat respons bauran kebijakan dan bekerja sama erat dengan pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal. Selain itu, BI akan terus memantau potensi risiko terkait kewajiban neto PII terhadap perekonomian untuk memastikan stabilitas keuangan Indonesia.
Triwulan Empat 2023
Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia pada triwulan IV 2023 mencatat kewajiban neto yang meningkat.
Erwin Haryono dari Departemen Komunikasi BI, pada akhir triwulan IV 2023, kewajiban neto PII Indonesia mencapai 260,3 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 251,9 miliar dolar AS.
Peningkatan kewajiban neto tersebut didorong oleh kenaikan posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN), yang melampaui pertumbuhan posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN). Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin 18 Maret 2024.
Posisi KFLN Indonesia meningkat sejalan dengan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dan optimisme investor terhadap prospek ekonomi domestik.
Pada akhir triwulan IV 2023, KFLN Indonesia naik 3,8 persen (qtq) menjadi 744,9 miliar dolar AS dari 717,3 miliar dolar AS pada triwulan sebelumnya. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh aliran masuk modal asing pada investasi langsung dan portofolio, mencerminkan persepsi positif investor terhadap iklim investasi di Indonesia.
Sementara itu, posisi AFLN Indonesia juga meningkat, terutama didukung oleh kenaikan cadangan devisa. Pada akhir triwulan IV 2023, AFLN mencapai 484,6 miliar dolar AS, naik 4,1 persen (qtq) dari triwulan sebelumnya.
Bank Indonesia memandang perkembangan PII Indonesia pada triwulan IV 2023 dan keseluruhan tahun 2023 tetap terjaga serta mendukung ketahanan eksternal. Rasio PII Indonesia terhadap PDB tahun 2023 tetap stabil di kisaran 19,0 persen, sementara struktur kewajiban didominasi oleh instrumen berjangka panjang (93,5 persen), terutama dalam bentuk investasi langsung.
Ke depan, Bank Indonesia meyakini kinerja PII Indonesia akan tetap terjaga seiring dengan upaya pemulihan ekonomi nasional yang didukung oleh sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait. Bank Indonesia akan terus memantau potensi risiko terkait kewajiban neto PII terhadap perekonomian.
Indeks Penjualan Riil
Bank Indonesia memproyeksikan bahwa kinerja penjualan eceran pada Maret 2024 akan tetap kokoh, dengan merujuk pada Indeks Penjualan Riil (IPR) Maret 2024 yang mencapai 222,8, menunjukkan pertumbuhan sebesar 3,5 persen (yoy).
Dalam pengumumannya pada Rabu 17 April 2024, bank sentral menegaskan bahwa kekuatan yang terus-menerus dari penjualan eceran ini didorong oleh pertumbuhan yang meningkat pada beberapa kelompok, termasuk Subkelompok Sandang, Kelompok Suku Cadang dan Aksesori, serta Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. (prm)