KABARBURSA.COM - Perusahaan penyedia jasa tambang, PT Sinar Terang Mandiri Tbk atau dalam kode saham MINE mengumumkan ekspansi bisnisnya dua kontrak strategis dari PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM), anak usaha PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), untuk pengelolaan jasa pertambangan dan pengangkutan material di Konawe, Sulawesi Tenggara.
Direktur Utama MINE, Ivo Wangary mengatakan dalam kontrak pertama perusahaannya dipercaya menjalankan kegiatan operasional tambang nikel, mulai dari pemindahan topsoil, penggalian bijih, hingga pengangkutan bijih nikel dengan target volume sebesar 25,3 juta BCM selama masa kontrak tiga tahun. Sementara itu, kontrak kedua mencakup jasa hauling nikel jenis saprolite dan gravel dari Konawe ke kawasan industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Morowali, Sulawesi Tengah, dengan target pengangkutan 13,5 juta ton dalam periode yang sama.
Menurut dia, dua kontrak baru ini mempertegas posisi MINE sebagai perusahaan jasa penunjang pertambangan nasional yang telah berpengalaman lebih dari dua dekade. Ia juga menekankan bahwa kerja sama ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat portofolio proyek dan menciptakan nilai berkelanjutan bagi seluruh pemangku kepentingan.
“Kami bersyukur atas kepercayaan yang diberikan oleh PT SCM. Kolaborasi ini adalah langkah strategis untuk memperluas cakupan operasional dan berkontribusi pada pertumbuhan bisnis jangka panjang MINE,” melalui keterangan resmi yang diterima KabarBursa.com pada Rabu, 28 Mei 2025.
Ivo juga menambahkan bahwa meskipun proyek ini membutuhkan investasi signifikan di awal, potensi kontribusinya terhadap keberlanjutan bisnis dan peningkatan kinerja keuangan dalam jangka menengah hingga panjang sangat menjanjikan.
Ia memaparkan pendapatan dan aset selama kuartal I 2025 tumbuh dua digit. Kinerja keuangan MINE pada Kuartal I 2025 menunjukkan tren pertumbuhan yang positif. Perseroan mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp572,7 miliar, tumbuh 12,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp509,9 miliar. Kenaikan ini ditopang oleh peningkatan aktivitas di proyek Weda Bay Nickel dan dimulainya hauling untuk PT SCM.
Laba komprehensif tahun berjalan juga meningkat menjadi Rp62,4 miliar, naik 8,5 persen dari Rp57,5 miliar pada Kuartal I 2024. Pertumbuhan ini menunjukkan efisiensi operasional dan strategi ekspansi yang mulai membuahkan hasil.
Seiring ekspansi, total aset MINE per 31 Maret 2025 meningkat menjadi Rp1,9 triliun, atau naik 20,3 persen dibandingkan akhir 2024. Peningkatan terutama berasal dari pengadaan alat berat, dengan pertumbuhan nilai aset tetap mencapai Rp195 miliar.
“Kami optimistis kontrak-kontrak baru ini akan menjadi katalis positif terhadap profitabilitas Perseroan dalam jangka menengah dan panjang,” ujar Ivo.
MINE telah berdiri sejak 2004 lalu. Portofolio layanan mencakup perencanaan tambang, operasional pertambangan, konstruksi infrastruktur, transportasi hasil tambang, serta peremukan batu dan pembuatan paving. Sejumlah proyek strategis nasional, termasuk pembangunan Tol Manado-Bitung dan proyek-proyek BUMN, turut menjadi bagian dari rekam jejak Perseroan. MINE mengoperasikan hampir 1.000 unit alat berat berbagai tipe.
Apakah Sahamnya Layak Dikoleksi?
MINE mencatatkan kinerja keuangan yang solid di tengah dinamika pasar sepanjang 2024 hingga awal 2025. Perusahaan yang bergerak di sektor digitalisasi pertambangan ini membukukan laba bersih berjalan (TTM) sebesar Rp368 miliar, naik dari Rp306 miliar pada tahun 2024 dan Rp249 miliar secara annualised per kuartal pertama 2025.
Dari sisi profitabilitas, Sinar Terang Mandiri membukukan margin laba bersih sebesar 10,88 persen, dengan margin laba operasional 17,99 persen dan margin laba kotor 20,04 persen pada kuartal terakhir. Pendapatan per saham (EPS) TTM tercatat sebesar Rp90,20, lebih tinggi dari proyeksi tahunan sebesar Rp61,00.
Secara valuasi, saham MINE tergolong menarik. Rasio price to earnings (PE) TTM hanya 5,48 kali, jauh di bawah median IHSG sebesar 8,15 kali. Hal ini menghasilkan earnings yield sebesar 18,26 persen, yang menunjukkan potensi imbal hasil tinggi bagi investor. Price to sales ratio berada di 0,75 kali dan price to book value (PBV) di level 2,53 kali. Adapun price to cashflow dan price to free cashflow masing-masing sebesar 8,62 kali.
Perusahaan menghasilkan arus kas operasional sebesar Rp234 miliar sepanjang TTM, dengan free cash flow yang setara. Posisi kas kuartalan mencapai Rp205 miliar, lebih tinggi dari total utang sebesar Rp175 miliar, menghasilkan posisi kas bersih atau net debt negatif sebesar Rp30 miliar. Rasio debt to equity hanya 0,22 kali, mencerminkan struktur permodalan yang konservatif. Current ratio dan quick ratio masing-masing sebesar 4,22 dan 4,03 menunjukkan kekuatan likuiditas jangka pendek. Sementara itu, Altman Z-Score yang berada di level 4,96 mengindikasikan posisi keuangan yang sangat sehat.
Meski kinerja keuangannya kuat dan valuasinya menarik, PT Sinar Terang Mandiri belum membagikan dividen sejak melantai di Bursa Efek Indonesia padaMaret 2025 ini. Dividend payout ratio, yield, dan ex-date belum tersedia, menandakan bahwa laba masih sepenuhnya direinvestasikan untuk mendukung ekspansi.
Harga saham MINE mengalami penurunan 10,18 persen dalam sebulan terakhir, menjauh dari level tertinggi 52 minggu di Rp625 dan mendekati titik terendah di Rp270. Dengan PE TTM yang lebih rendah dari pasar dan P/S yang rendah, saham ini tergolong undervalued, meski PBV di atas 2 kali menunjukkan bahwa pasar masih memberi premium atas prospek pertumbuhan.
Kapitalisasi pasar perusahaan saat ini mencapai Rp2,018 triliun dengan total saham beredar sebanyak 4,08 miliar lembar. Piotroski F-Score berada di angka 4 dari 9, mengindikasikan kualitas fundamental yang sedang, dan relative strength rating berada di level 44 persen.
Dengan fundamental yang kokoh, arus kas yang kuat, serta valuasi yang masih atraktif, saham PT Sinar Terang Mandiri Tbk berpotensi menjadi pilihan strategis bagi investor jangka panjang, terutama mereka yang mengincar saham undervalued dengan potensi pertumbuhan. Absennya dividen saat ini bisa dilihat sebagai upaya penguatan modal internal untuk ekspansi lebih lanjut.(*)