Logo
>

IHSG Hari ini Hijau, Berakhir di Level 8.124

IHSG naik 0,91 persen ke 8.124, ditopang sektor kesehatan dan properti. Rupiah melemah tipis.

Ditulis oleh Syahrianto
IHSG Hari ini Hijau, Berakhir di Level 8.124
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terparkir di area hijau dengan naik 73,58 poin atau 0,91 persen ke level 8.124,76. (Foto: KabarBursa/Desty Luthfiani)

KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terparkir di area hijau dengan naik 73,58 poin atau 0,91 persen ke level 8.124,76 pada perdagangan hari ini, Kamis, 16 Oktober 2025. 

Perdagangan hari ini memiliki volume transaksi mencapai 25,59 miliar saham dengan nilai transaksi tembus Rp17,94 triliun. Indeks pun sempat mencapai puncak tertingginya di level 8.148,05, sedangkan titik terendahnya di level 8.030,78.

Penguatan IHSG hari ini ditopang oleh mayoritas sektor, dengan sektor kesehatan mencatat lonjakan tertinggi sebesar 3,25 persen, diikuti sektor transportasi naik 2,10 persen, properti menguat 1,48 persen, serta barang konsumsi siklikal dan non-siklikal yang masing-masing naik 1,94 persen dan 1,45 persen. Hanya sektor teknologi yang melemah 1,17 persen, diikuti infrastruktur turun tipis 0,16 persen.

Kinerja positif lintas sektor tersebut juga terlihat dari penguatan indeks utama lainnya, di mana LQ45 naik 1,02 persen, IDX30 menguat 0,50 persen, SRI-KEHATI naik 1,29 persen, dan Jakarta Islamic Index (JII) turut menguat 1,20 persen.

Dari jajaran saham penggerak, PT Kedawung Indah Can Tbk (KICI) memimpin daftar top gainer dengan lonjakan 34,34 persen ke level 266, disusul PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (KIOS) yang naik 26,98 persen ke level 80, dan PT Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH) yang melesat 25,97 persen ke posisi 97. Sementara itu, PT Guna Timur Raya Tbk (TRUK) dan PT Berkah Prima Perkasa Tbk (BLUE) turut menguat masing-masing 25,00 persen dan 24,85 persen.

Sebaliknya, tekanan jual masih membayangi sejumlah saham, terutama dari sektor komoditas dan agrikultur. PT Dana Brata Luhur Tbk (TEBE) menjadi top loser dengan penurunan 14,95 persen ke level 3.130, diikuti PT Pradiksi Gunatama Tbk (PGUN) turun 14,94 persen ke 20.350, serta PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR) terkoreksi 14,77 persen ke level 5.050. Penurunan juga dialami PT Diamond Citra Properti Tbk (DADA) sebesar 14,74 persen, dan PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk (OPMS) melemah 13,39 persen.

Secara teknikal, pergerakan IHSG hari ini menunjukkan pola konsolidasi sehat di atas level psikologis 8.100, dengan dukungan kuat dari sektor riil seperti kesehatan, properti, dan industri. 

Investor tampaknya mulai melakukan rotasi portofolio dari saham teknologi ke saham berbasis aset dan konsumsi domestik, seiring ekspektasi stabilnya inflasi dan potensi pemangkasan suku bunga global dalam jangka menengah.

Dengan tren penguatan di sektor defensif dan meningkatnya nilai transaksi harian, analis memperkirakan IHSG masih berpeluang menguat menuju area resistance 8.200 dalam jangka pendek, selama tekanan dari pasar global tetap terbatas.

Rupiah Melemah Tipis, Pasar Tunggu Kepastian Langkah the Fed

Terpisah, mata uang rupiah menutup perdagangan Kamis, 16 Oktober 2025, melemah tipis 5 poin ke level Rp16.581 per dolar AS, setelah sempat menguat hingga 10 poin di awal sesi. 

Pergerakan rupiah hari ini mencerminkan kewaspadaan pelaku pasar menghadapi prospek kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) yang semakin dovish, di tengah ketidakpastian global yang kian tebal.

Pengamat Ekonomi, Mata Uang, dan Komoditas Ibrahim Assuaibi, menilai bahwa arah rupiah hari ini masih dipengaruhi faktor eksternal yang kuat.

“Para pelaku pasar kini hampir yakin The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Oktober, dan kemungkinan penurunan lanjutan di Desember, setelah nada dovish dari Ketua Jerome Powell,” jelas Ibrahim dalam keterangan tertulis.

Nada berhati-hati The Fed diperkuat oleh laporan Beige Book yang menunjukkan aktivitas ekonomi AS nyaris stagnan dalam beberapa pekan terakhir. Para pelaku bisnis melaporkan permintaan yang melemah dan tekanan biaya yang masih bertahan, sementara pasar tenaga kerja mulai menunjukkan tanda-tanda pendinginan.

“Situasi ini membuat The Fed cenderung melonggarkan kebijakan moneternya untuk menjaga momentum pertumbuhan,” ujar Ibrahim. “Namun di sisi lain, risiko geopolitik seperti ketegangan dagang AS–China dan potensi penutupan pemerintah AS yang berkepanjangan menambah tekanan terhadap pasar.”

Ketegangan terbaru antara Washington dan Beijing muncul setelah AS mengancam tarif baru bagi produk China, sementara Beijing memperluas kontrol ekspor bahan tanah jarang. 

“Kondisi ini menjadi faktor risiko penurunan yang material bagi ekonomi global,” kata Ibrahim, mengutip pernyataan Gubernur The Fed, Stephen Miran.

Selain itu, penutupan sebagian lembaga pemerintahan AS yang telah memasuki minggu ketiga meningkatkan ketidakpastian fiskal, karena menunda rilis data ekonomi penting yang menjadi pegangan pasar. 

Untuk perdagangan Jumat 17 Oktober 2025, Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun cenderung melemah di kisaran Rp16.580 – Rp16.620 per dolar AS, seiring pelaku pasar menunggu kejelasan arah kebijakan moneter global dan perkembangan situasi geopolitik.

“Rupiah masih ditopang oleh fundamental domestik yang cukup kuat, tetapi tekanan eksternal terutama dari dolar AS yang perkasa akan menahan potensi penguatan lebih lanjut,” kata Ibrahim menegaskan. (*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.