KABARBURSA.COM - Menteri Keuangan (Menkeu), Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan pihaknya tidak menutup kemungkinan bakal menurunkan tarif pajak pertambahan nilai atau PPN (saat ini 11 persen) pada 2026.
Kendati begitu, Purbaya menyatakan akan bersikap hati-hati dalam memutuskan kebijakan tersebut.
Kabar rencana penurunan PPN pada tahun depan membawa angin segar bagi pasar. BRI Danareksa Sekuritas menyampaikan, penurunan otomatis harga barang dan jasa jadi lebih murah.
Selain itu, BRI Danareksa menyebut penjualan ritel dan sektor konsumsi bisa melonjak, sementara permintaan kredit konsumtif di bank juga ikut tumbuh.
"Tapi, kalau penurunan PPN ini terlalu cepat tanpa kompensasi pemasukan negara, bisa bikin defisit APBN melebar," tulis BRI Danareksa dalam risetnya, Kamis, 16 Oktober 2025.
BRI Danareksa kemudian merinci sejumlah emiten yang berpotensi tersengat efek positif rencana penurunan PPN tersebut.
Pertama, dari industri ritel. BRI Danareksa menyampaikan, ritel bisa terdampak positif karena Barang kebutuhan sehari-hari akan jadi lebih murah, mendorong volume penjualan.
Emiten atau saham ritel yang kemungkinan tersengat positif adalah UNVR, INDF, ICBP, AMRT, dan LPPF.
Industri e-commerce / marketplace dinilai juga bisa terkena dampak positif. Alasannya, Dengan harga lebih kompetitif, transaksi online bisa meningkat.
Dari industri ini, BRI Danareksa Sekuritas menyebut GOTO, BUKA, BELI, dan KIOS berpeluang mendapat sentimen dari penurunan PPN.
Ada juga dari industri perbankan dan pembiayaan konsumsi. Alasannya karena KPR, kredit kendaraan, kartu kredit, kredit multiguna akan mendapat tekanan positif.
Dalam hal ini, BRI Danareksa menyebut, saham seperti BBCA, BBRI,BNI, BTN, dan ADMF akan terdampak positif.
Penurunan PPN dinilai juga memberi kabar baik untuk industri distribusi dan logistik. Pasalnya, jika volume barang meningkat, kebutuhan logistik dan distribusi juga meningkat
BRI Danareksa kemudian memberi contoh emiten yang kemungkinan bisa terdampak seperti LAJU, LOPI, MPXL, BLOG, dan ALII.
BRI Danareksa menyampaikan pasar saham biasanya sudah “mengekspektasi” kemungkinan kebijakan — jadi sebagian dampak mungkin sudah tercermin di harga saham atau jumlah valuasi.
"Efek sektor bisa bervariasi tergantung margin perusahaan: perusahaan dengan margin kecil yang sangat sensitif terhadap volume akan lebih terbantu dibanding yang margin tinggi dan lebih tergantung biaya input," tulis BRI Danareksa.