KABARBURSA.COM - Korea Selatan menemukan parasit yang berasal dari kotoran dalam balon-balon sampah yang dikirim oleh Korea Utara. Otoritas di Seoul melaporkan bahwa balon-balon tersebut juga berisi pakaian seperti pakaian dalam, dasi, dan kaus kaki.
Menurut Kementerian Unifikasi Korea Selatan, sejak akhir bulan lalu, Korea Utara telah mengirim lebih dari 1.000 balon melintasi perbatasan. Pemeriksaan terhadap isi puluhan balon menemukan parasit seperti cacing gelang, cacing cambuk, dan cacing benang.
Ketegangan di sepanjang zona perbatasan Korea yang sangat termiliterisasi meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara, menyatakan bahwa lebih banyak balon mungkin akan segera diterbangkan melintasi perbatasan. Hal ini terjadi setelah para aktivis di Korea Selatan menerbangkan balon ke Korea Utara bulan ini dan pemerintah Korea Selatan memulai siaran dengan pengeras suara yang mengarah ke utara.
Balon-balon yang dikirim oleh para aktivis biasanya berisi selebaran yang mengkritik keluarga Kim yang memerintah Korea Utara, serta barang-barang seperti uang dolar AS, kantong beras, dan USB berisi musik K-pop. Tujuannya adalah menarik perhatian warga Korea Utara untuk mengambilnya.
Selama lebih dari satu dekade, jutaan selebaran yang dikirim oleh aktivis Korea Selatan dan pembelot dari Korea Utara telah terbang melintasi perbatasan. Selebaran ini membawa pesan-pesan kritis dan daya tarik.
Korea Utara cenderung menghindari mengirimkan barang-barang yang mungkin memberikan indikasi tentang kehidupan sehari-hari mereka. Sebagian besar isinya adalah barang-barang seperti kertas bekas dan pakaian yang dipotong-potong, menurut Kementerian Unifikasi Korea Selatan.
Agar diketahui, pada akhir Perang Dunia II, Semenanjung Korea yang sebelumnya diduduki oleh Jepang dibebaskan oleh Sekutu. Namun, semenanjung ini kemudian terbagi menjadi dua zona pendudukan: zona utara yang diduduki oleh Uni Soviet dan zona selatan oleh Amerika Serikat. Pembagian ini terjadi di sepanjang garis paralel ke-38. Pada tahun 1948, dua negara yang terpisah secara resmi terbentuk: Republik Korea (Korea Selatan) di selatan dan Republik Rakyat Demokratik Korea (Korea Utara) di utara.
Meskipun sejak 2018, ada beberapa perkembangan positif dalam hubungan Korea Utara dan Korea Selatan, termasuk pertemuan puncak antara Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in. Namun, ketegangan tetap ada, terutama terkait dengan program nuklir dan misil balistik Korea Utara. Dunia internasional, termasuk Amerika Serikat dan PBB, terus mengawasi dan mencoba untuk memediasi hubungan antara kedua negara.
Konflik Korea Utara dan Korea Selatan tetap menjadi salah satu masalah keamanan internasional yang paling menonjol dan rumit di dunia saat ini, dengan potensi besar untuk dampak regional dan global.
Sejarah panjang konflik Korsel dan Korut
Perang Korea (1950-1953)
Pada 25 Juni 1950, konflik besar pertama antara kedua Korea meletus ketika Korea Utara, yang dipimpin oleh Kim Il-sung, melancarkan serangan mendadak ke Korea Selatan. Perang ini menarik perhatian internasional, dengan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya mendukung Korea Selatan, sementara China dan Uni Soviet mendukung Korea Utara. Perang Korea berakhir dengan gencatan senjata pada 27 Juli 1953, tetapi tidak ada perjanjian damai resmi yang ditandatangani, meninggalkan kedua negara dalam keadaan teknis masih berperang hingga hari ini.
Setelah perang, Semenanjung Korea tetap terbagi dengan perbatasan yang dijaga ketat. Zona Demiliterisasi Korea (DMZ) menjadi salah satu perbatasan paling termiliterisasi di dunia. Kedua negara berkembang dengan jalur politik, ekonomi, dan sosial yang sangat berbeda. Korea Selatan berkembang menjadi negara demokrasi yang makmur dengan ekonomi yang kuat, sementara Korea Utara tetap menjadi negara otoriter dengan ekonomi yang tertutup dan terisolasi.
Tensi antara kedua Korea terus berlangsung dengan berbagai insiden dan provokasi dari kedua belah pihak:
- Insiden Pohon Poplar (1976): Ketegangan meningkat ketika dua tentara AS dibunuh oleh tentara Korea Utara saat mencoba menebang pohon di DMZ.
- Penembakan di DMZ (1984): Terjadi baku tembak di DMZ setelah seorang pembelot Soviet melarikan diri ke Korea Selatan.
- Insiden Cheonan (2010): Kapal perang Korea Selatan, ROKS Cheonan, tenggelam di dekat perbatasan laut yang disengketakan, menewaskan 46 pelaut. Korea Selatan menyalahkan Korea Utara atas serangan torpedo, tetapi Korea Utara membantah keterlibatan.
- Penembakan Pulau Yeonpyeong (2010): Korea Utara menembakkan artileri ke pulau Korea Selatan, menewaskan empat orang dan melukai beberapa lainnya.
Meskipun sering terjadi ketegangan, ada beberapa upaya diplomasi dan dialog antar kedua negara:
- Pertemuan Puncak Antar-Korea (2000, 2007, 2018): Beberapa kali pertemuan tingkat tinggi telah diadakan antara pemimpin Korea Utara dan Korea Selatan, yang bertujuan untuk meredakan ketegangan dan meningkatkan kerja sama.
- Zona Industri Kaesong: Zona ini dibuka pada tahun 2004 sebagai proyek kerja sama ekonomi, tetapi telah beberapa kali ditutup dan dibuka kembali akibat ketegangan politik.
- Dialog dan Pertemuan Olahraga: Pertemuan olahraga, seperti partisipasi bersama dalam Olimpiade, telah digunakan sebagai sarana untuk memperbaiki hubungan. (*)